Perjalanan karir anak sekolah ini ternyata tidak terlalu mudah. Mereka bergelut dengan kegiatan baru yang harus rilis dari tangan mereka sendiri di tengah-tengah ujian tengah semester melanda mereka. Belum lagi mereka harus memikirkan dana untuk acara mereka sendiri. Mereka masih menyempatkan diri untuk berkumpul dan mengevaluasi dari kinerja mereka yang sudah beberapa hari yang lalu.
"bagaimana terkait yang lain? Investor sudah masuk, dari butik juga ada laporan bahwa bisa masuk di bulan depan. Perkembangan yang lain?" tanya Zean yang melihat hasil laporan sementara yang masuk.
"oke begini, bagaimana jika kita bagi tugas untuk kerja diluar kepanitiaan launching ini? Dengan itu kita bisa lebih menata kinerja kita lagi. Mumpung sekarang kita sedang kedatangan pak ketua sekaligus asisten Pak Hendri." Ali menepuk bahu Yoga yang kini sedang duduk di sampingnya.
"setuju! Baiklah saya akan langsung membagi yaa menjadi beberapa kelompok!"
Zean menggunakan papan putih yang tidak terlalu besar di belakangnya sebagai media pembantu pemetaan kelompok. Dengan begitu bijaknya dia menempatkan teman-teman mereka dengan menumbangkan kinerja. Elfi dan Rara kebagian pada kelompok dengan Ali, mereka bertugas di bagian yang mengurus konsep acara hingga dekornya. Ditambah lagi beberapa anak jahit dan BPH nya sebagai bagian dari jahit. Sedangkan Zean menempatkan dirinya di bagian lapangan untuk mencari dana beserta tim lainnya yang jumlahnya lebih banyak dari kelompok yang lainnya.
"ingat yaa! Kelompok ini hanya bertugas sampai H-3. Setelah itu kita kembali pada tugas dan tanggung jawab sebagai panitia acara! Jika memungkinkan sempatkan waktu kalian untuk mempersiapkan acara. Karna melihat dari tugas yang saya berikan mungkin sudah banyak tugas yang terkuras oleh kelompok sekarang, oke?"
"siap pak ketupel!"
"siap kak."
Serentak mereka setuju dengan ucapan dari Zean.
"oke kalau begitu semangat teman-teman, ini impian kita kita semua jadi saya harap tidak ada omongan dibelakang karna terlihat pilih kasih atau apalah semacamnya. Jika ada ketidaknyamanan saya harap langsung mengatakan kepada saya agar tidak ada miskomunikasi. Setiap kendala bisa langsung dilaporkan."
"oke teman-teman semuanya, sampai disini rapat lanjutan kita. Ketemu lagi di rapat evaluasi pada H-4 sekaligus pembubaran kelompok. Kurang lebihnya mohon maaf, saya selalu moderator izin undur diri, selamat sore!"
&&&
Elfi berjalan beriringan dengan Rara hingga ke pagar sekolah menunggu jemputan. Mereka duduk di kursi panjang yang sengaja dibuat untuk para siswa atau siswi yang menunggu jemputan. Lalu tiba-tiba sebuah motor berhenti di depan mereka.
"Ra, kamu ikut aku ajah yaa?"
"ya nggk gitu, kasian nanti supir kamu harus antar aku lagi."
"hari ini aku mau belanja jadi nanti langsung ke rumah kamu baru aku pulang, yah mau yaaaa. Please!" rengek Elfi sambil bergelayut layaknya anak kecil minta uang pada ibunya.
"ya udah deh iyaa." akhirnya Rara mengalah dengan Elfi yang mulai manja. Dia sangat tau jika sahabatnya yang satu ini tidak akan manja kecuali pada dirinya, Aca dan ayahnya. Selain itu tidak ada yang namanya Elfi manja.
Tittttttttt....
Sebuah motor berhenti pas di depan mereka duduk. Ternyata itu adalah Vandi, terlihat jelas walaupun dia menggunakan helm full face saat kacanya dibuka.
"aku anterin yuk! Sekarang jalanan macet, mungkin jemputan kamu sedang terjebak macet!" ucap Vandi dibalik helm fullface nya.
"oh ya?" Elfi melihat kembali ponselnya ternyata ada notif pesan masuk dari supirnya. Benar sekali pesan itu berisi ungkapan jika dia sedang terkena macet dan kemungkinan akan sangat lama. "huft, supirku kena macet Ra. Gak jadi belanja dong kita?" sesalnya.
"oh kalian mau bareng? Belanja?"
"iya rencananya aku mau belanja, makanya tadi suruh jemput pake mobil." jawab Elfi dengan gamblangnya.
"ya udah bareng aku ajah! Biar Rara bareng sama Yoga!" tunjuk Vandi pada bagian belakang yang ternyata ada motor yang mirip dengannya sedang bertengger dekat dengan mereka hanya saja tidak nampak karna sedikit di ujung belokan jalan.
"boleh, tapi bagaimana dengan barang-barangnya nanti? Pasti belepotan!"
"bilang sama supir mu suruh dia tunggu diparkiran mall, sambil nunggu macet kan bisa sambil belanja juga?"
"oke, yuk Ra!" ajak Elfi dengan penuh antusias.
"tapi El!" Rara menahan tangan Elfi yang begitu antusias. Dia membisikkan sesuatu pada Elfi sehingga terlihat raut wajahnya berubah menjadi datar dan sedikit kecewa.
"Ra," Elfi menatap Rara penuh iba, ada hal tersirat yang ingin sekali diungkapkan namun tak bisa dengan kata-kata. Ada semacam ikan batin yang dia percayai akan dapat dimengerti oleh Rara.
"huft, okey. Tapi aku tidak akan tanggungjawab dengan itu!" tegas Rara dengan berat hati mengabulkan keinginannya untuk ikut dengan mereka.
"oke." akhirnya mereka pun berangkat dengan motor terpisah menuju ke mall terbesar di kota J.
Sesampainya di sana mereka menyembunyikan dulu seragamnya dibalik jaket mereka masing-masing. Setelah itu mereka masuk ke parkiran tanpa dikenali bahwa mereka anak sekolah.
"ya udah yuk, kalian mau ikut apa nunggu di sana?" tunjuk Elfi ke arah restoran seafood yang bisa menjadi langganan Elfi saat pergi ke mall.
"kita nunggu di sana ajah El! Kalian belanja ajah, oke!" celetuk Yoga tanpa menunggu Vandi untuk menjawab.
"oh oke," Elfi menanggapinya, dia pun langsung berbalik badan dan pergi bersama Rara untuk belanja.
&&&
"jangan bilang kamu mau ikut mereka muter-muter mall tanpa capek? Duh Vannnnn," keluh Yoga yang sebal dengan gerak-gerik temannya yang satu ini memicu hormon adenalin.
"gak tau Yo, kenapa yaa? Kalo lagi sama dia itu rasanya bahagia banget."
"heleh, tapi biasanya orang yang suka, akan selalu bikin kepikiran, khawatir hanya pada wanita yang ada di hatinya. Apa jangan-jangan........"
"apa iyaa yang bikin aku kek gini itu karna aku cinta sama dia?"
"bisa jadi sih, karna emang ciri-ciri itu mengarahkan pada dua hal tersebut."
"hah, udah lah mungkin cuman kagum atau kasian ajah!" simpul Vandi sepihak.
"serah loo deh!" Yoga nyerah dengan keputusan temannya itu.
"permisi!" seorang pelayannya membawa nampan yang berisi dua cangkir minuman pesanan mereka.
"makasih bak!"
Mereka berdua mengisi gabut acara menunggu dengan main game. Mereka menghabiskan waktu dengan hanya secangkir minuman dan beberapa ronde permainan itu namun Elfi dan Rara belum keliatan tanda-tandanya jika sudah selesai. Hingga mereka menghabiskan minuman mereka dan belum terlihat tandanya.
"halo guys! Lama ya?" tanya Elfi dengan gamblangnya. Mereka pun duduk di sebrang kursi mereka sehingga mereka berhadapan.
"banget! Emang beli apa ajah sih?" Yoga dan Vandi pun menaruh ponselnya karna takut disita oleh tatapan mereka.
"biasa kebutuhan rumah, bantu ayah ajah dih!" Elfi memanggil salah satu karyawan untuk memesan makanan.
Mereka pun akhirnya makan bersama dengan menu kesukaan Elfi yang berbau seafood. Butuh waktu yang sangat singkat untuk makan makanan mereka sendiri walaupun porsi jumbo tapi mereka bisa menghabiskannya. Karena capek sekolah sehari dengan ekskul yang mereka ikutin.
"aku antar Rara pulang abis itu langsung ke markas yaa!" pamit Yoga saat mereka sudah bersiap pulang di parkiran.
"oke, mungkin gue pulang dulu ambil baju." ucap Vandi dibalik helm fullface nya.
"guys aku dulu yaa!" teriak Elfi dari kaca mobilnya yang mengarah ke teman-temannya itu sambil melambaikan tangan.
"Hati-hati yaa!" sambut Rara yang kini sudah siap di atas boncengan motor Yoga.
Setelah itu Yoga juga menyusul meninggalkan Vandi yang masih main hap di atas motornya.
&&&
"Bi, jangan ngadu yaa, please!"
"gak bakalan kok non,"
"mbak harus ada di pihak aku tapi gak papa pura-pura ada di posisinya Aca klo mereka lg disini!"
"oke siap!"
"pak Anto juga loh, harus ada di pihak aku, oke!"Maaf guys hampir telat yaaa
Makasih sudah tetap menjadi pembaca ku
Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar yaaaa
Terimakasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Terhalang Dendam (Segera Terbit)
أدب المراهقين"Memang benar cinta itu butuh perjuangan walaupun akhirnya tak bisa saling menggenggam tangan," ucap onty Hida. Tangan Elfi begitu dingin dalam genggaman Hida karna takut dan cemas berlebih. Sedangkan air matanya turun bergantian seakan meluapkan am...