“lo kenapa?”
Vandi menggeleng, dia tak sanggup menceritakan kecerobohannya sendiri. Dia masih menunduk tak merespon dan mencoba menenangkan dirinya agar bisa kembali berbicara dengan mereka. Setelah cukup lega dia kembali melihat pada teman-temannya.
“lo kenapa sih?”
“tau nih kek orang kesambet,” celetuk Akmal. “napa sih?”
“thanks yaa, tapi gue gak papa kok!” ucap nya dengan santai diiringi senyuman palsunya.
“yeee sok cool lo!”
“dia ganteng gak kek lo, soplak!”
“heh soplak gini banyak yang naksir.”
“sombong amat!” timbal Akmal, sedikit dia mendorong Dito hingga tubuhnya jatuh dari duduknya.
“wih jahat looo, paraahhhh!” ucap Dito lebay.
“heh mau kemana lo?” teriak Akmal melihat Dito melenggang ke pintu.
“cabut.”
“ikut woy.”
&&&
Pagi yang cukup mendung memberikan suasana dingin yang sedikit mengusik semangat untuk beraktivitas. Matahari pagi masih tertutup awan mendung sedangkan jam menunjukkan pukul tujuh kurang 15 menit. Semua orang dipaksa turun dan bergegas menuju aktivitas masing-masing. Cuaca yang mendung ini membuat Elfi harus menggunakan mobil untuk bisa sampai ke sekolah walaupun mungkin agak sedikit macet tapi ditakutkan hujan turun tiba-tiba. Tidak seperti dugaan, jalanan tidak terlalu macet pagi ini, mungkin banyak yang bergegas duluan karna diperkirakan hujan akan menghambat jalan.
Di sekolah biasanya ada satpam yang akan membantunya memarkirkan mobil tapi, saat itu dia tidak melihat satpam sehingga dia memarkirkan sendiri walaupun agak ribet. Tiba-tiba ada seorang yang membantunya mengarahkan sehingga dia mudah memarkirkan mobilnya.
“makasih yaa,” ucapnya pada siswa yang tadi membantunya.
Siswa itu tidak menjawab dengan perkataan hanya dengan lambaian tangan lalu pergi. Tidak nampak wajahnya karna dia menggunakan helm dan jaket hitam masih bertengger ditubuhnya. Sepertinya dia baru saja selesai memarkirkan motornya sendiri.
“siapa sih baik banget,” serunya. Dia pun langsung menuju ke ruang kelasnya. Selama di koridor dia tidak bertemu dengan kedua sahabatnya itu, biasanya mereka nongol.
“tumben jam segini mereka belum datang.” Dia melihat tempat duduk mereka masih kosong. Tanpa memikirkan mereka lebih lanjut dia pun duduk dan merapikan bukunya di laci.
“apa ini?” Elfi melihat ke sekeliling nya untuk meminta penjelasan namun mereka semua asyik dengan dunia mereka. Bingkisan kecil itu bergelantung gambar kelinci akrilik dengan memegang tulisan "Elfi". Perlahan dia pun membuka kotak kecil itu, ternyata didalamnya ada kertas bertuliskan kalimat ucapan.
“congrats, semangat menuju impian!”
“Maksudnya apa ya?” Dia bingung kenapa ada yang mengucapkan itu padahal dia merasa tidak sedang mencapai apapun. Dia pun menaruhnya lagi ke dalam laci dan membiarkan kotak itu didalam sana.
Terlihat Aca dan Rara datang dengan tergopoh-gopoh karena terlambat. Untung saja guru yang mengajar belum masuk ke kelas jadi mereka aman dari omelan guru. Melihat nafas mereka yang masih ngos-ngosan, Elfi membiarkan dulu mereka menenangkan diri sebelum bertanya alasan mereka terlambat.
Setelah pelajaran usai Aca dipanggil oleh guru olahraga untuk segera menemuinya di ruang olahraga. Sementara itu Elfi dan Rara juga pergi ke lab desain dan jahit untuk rapat sekaligus menerima keputusan dari pengawas lab sekolah dan kepsek.
Ternyata di sana teman-temannya sudah berkumpul dengan muka yang terpasang cemas. Dia tau alasannya, mereka sedang menunggu hasil keputusan dari kepsek dan pengawas lab.
“permisi!” suara Evan yang masuk ke ruangan dengan map coklat di dekapannya namun raut wajahnya sendu semacam kecewa sehingga seisi ruangan ikut terpengaruh oleh ekspresinya yang memelas.
“gimana Van?” tanya Elfi membuka pembicaraan diantara keheningan itu.
Evan menggeleng tapi dia menghadap ke bawah takut terintimidasi. Evan memberikan amplop coklat itu kepada Elfi. Diapun membuka dan mengecek berkas yang ada di dalam pasti Ini bagus benget yaa. Dia pun membaca lembaran persetujuan dan kerjasama, refleks dia menutup mulutnya setelah mengetahui sesuatu. Melihat perubahan ekspresi Elfi, Evan pun langsung berubah.
“surprise!!!!!” Evan melompat kecil dan me=ntangkan tangannya menyambut kebahagiaan mereka sendiri.
Kebingungan terlihat diantara mereka hingga tak mengerti dengan keduanya.
“proposal kita diterima!” jawabnya meluruskan kebingungan mereka. Seketika riuh kegembiraan saling bertautan di antara mereka.
“eh, ada lagi!”
“hah? Apaan?”
“kepsek menandatangani kontrak kerjasama dengan kita selama setahun,” lanjut Evan menambahkan informasi lainnya.
“huuuuwaaaaaaa......”
Lengkap sudah kebahagiaan mereka hari ini, perjuangan untuk melampirkan proposal kerjasama dengan buget besar dan resiko tinggi itu menurut mereka akan sangat sulit diterima. Tetapi Tuhan berkata lain, semesta penuh keindahan ketika kita sudah bersyukur.
"Sudah bersyukur kah kamu hari ini"
&&&
“ngapain disini?”
“oh itu, emmm tadi mau ke kantin cuman pas liat si Evan masuk ruang kepsek jadi penasaran.” alibi Vandi, dia tak mau terlihat mengikuti Evan. Padahal hanya ingin memastikan informasi itu sudah sampek ke Elfi atau belum.
“oh, ya udah, gue duluan ya!” Vero pun melenggang pergi ke kantin.
“huft, aman,” busuknya sendiri. Kembali dia fokus menatap pintu ruang kepsek yang masih tertutup rapat tanpa ada tanda-tanda untuk dibuka.
Selang beberapa detik kemudian, pintu itu terbuka dan Evan keluar dengan senyum bahagia. Dia yakin jika rencananya sudah berhasil. Ditambah lagi ketika dia mendapatkan pesan masuk dari pak Hendri jika semuanya sudah beres. Dengan rasa bahagia dia pun menuju ke kantin untuk menemui teman-temannya.
“wih, lagi kasmaran nii bro?” ejek Akmal yang melihat ditangan dirinya.
“manis bet dah senyumnya, ajarin dong puhhh sepuhhh,” sambut Dito ikut menimpali.
Dia duduk di samping Vero, si empunya langsung mengangkat tangan pada sosok siswi yang sedari tadi menatap nya. Siswi itupun menghampiri bersama temannya.
“lo mau pesan apa?” tanya Vero pada Vandi.
“pangsit ayam sama es jeruk!”
“pesenin buat kak Vandinya!” ucap Vero pada siswi tadi. “yang lain ada yang nambah?”
“seblak level 5!” celetuk Dito.
“gak ada lagi?” mereka semua menggeleng. “ini, jangan ada ketinggalan, GPL. Sisanya buat kalian!” Varo memberikan uang 50ribu pada siswi tadi dan mereka langsung memenuhi perintah.
Begitulah mereka, layaknya pergi ke restoran dan tidak perlu antri panjang. Pesanan dengan mudah dipesan lalu diantarkan pula ke meja mereka, like a sultan.
“oh iya guys, abis ini gue ke luar negeri selama 3 hari, jadi gue titip Vegas sama Vandi. Setuju?”
“setuju!” kompak mereka menjawab. Tak ada yang meragukan kepemimpinan Vandi yang nyaris sempurna, bahkan kedudukannya hampir sama dengan Vero di mata mereka. Selain penuh tanggungjawab, jujur dan perhatian, dia juga cinta perdamaian.
“gue harap lo bisa jaga Vegas seperti saat gue titip ke ello biasanya!” ucap Vero sambil menepuk pelan bahu Vandi di sampingnya.
Vandi mengangguk yakin. “lo ke luar negeri ngapain?”
“biasalah, papa mau kenalin gue ke teman-temannya. Walaupun yaa, gue gak suka tapi ini permintaan mama, gue gak bisa nolak.”
“kalo gitu cariin gue cewek disana yang paling cantik!” seru Dito penuh antusias.
“cewek ajaa lo!”
“oke nanti gue cariin, biar bervariasi cewek lo!” jawab Vero sedikit mengejek.
Vandi teringat sesuatu, dia harus mengabari Elfi dan mengucapkan selamat untuknya. Saat melihat ponselnya ternyata dia sedang online. Kesempatan dirinya untuk berkomunikasi lebih cepat.“Cieee yang lagi kasmaran, udh kek orgil,” celetuk Dito yang menemukan senyuman Vandi.
Haduuu ternyata cewek itu Elfi🤣
Gimana yaa kelanjutan kisahnya?Stay tuned yaaawww!!!
Tunggu cerita dibab selanjutnya
Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar yaaaa
Terimakasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Terhalang Dendam (Segera Terbit)
Fiksi Remaja"Memang benar cinta itu butuh perjuangan walaupun akhirnya tak bisa saling menggenggam tangan," ucap onty Hida. Tangan Elfi begitu dingin dalam genggaman Hida karna takut dan cemas berlebih. Sedangkan air matanya turun bergantian seakan meluapkan am...