chapter 8

64 23 6
                                    

“mereka gak boleh ketemu!” seseorang perempuan mengintip percakapan antara Vandi dan Elfi. “aku harus lakuin sesuatu.” dia pun pergi dari tempat itu dan menuju ke kantin sekolah.
“bantuin gue dong!” Dia duduk di meja pojok depan penjual minuman. Meja yang penuh itu masih membiarkan ditambah cewek itu. “tenang ajah, ini gak gratis kok.”
“oke, kamu mau apa?”
“bantuin gue gagalin rencana Vandi buat ketemu sama di Elfi. Lo kan tau yang harus deket sama Vandi itu gue, yang lain gak boleh.”
“serah loo, gak perlu ganggu gue lagi.”
“oke, gue cabut, bye!” sebelum pergi masih sempat dia mengambil satu pangsit yang tadi tak jauh dari tangannya. Mereka sedikit kesal namun tak digubrisnya.
“cari tau Elfi itu siapa!”
&&&
Sebuah rumah besar dengan keeksotisan yang belum luntur dengan nuansa asri menggabungkan view yang begitu elengan dana mewah. Beberapa detik melihatnya pasti sangat pangling karna penampakan pagar yang biasa saja namun di dalam penuh kejutan. Pak Riyan, kepala sekolah SMA Nusa Pelita diundang hadir dalam acara makan-makan di rumah keluarga Gardevian. Dia diundang khusus oleh Pak Vian, donatur utama sekolah. Pemandangan rumah Pak Vian begitu menakjubkan, dia dengan keluarganya tak henti-hentinya memuji keindahan itu.
“permisi, ada yang bisa saya bantu?” dua orang wanita menyapa mereka dengan pakaian yang cukup khas untuk ART.
“oh iya, saya Riyan dan ini keluarga saya. Tadi Pak Vian menyuruh saya dan keluarga untuk datang ke sini.”
“dengan Pak Riyan yaa? Mari ikut dengan kami!” kedua orang itu mengarahkan jalan mereka hingga sampai di tempat makan outdoor yang di hias cukup sempurna.
“silahkan pak, bu! Nyonya dan Tuan akan segera ke sini.” setelah menyampaikan hal itu, kedua pelayan tadi pergi berbaur dengan pelayanan lain yang mondar mandir menyajikan makanan di meja yang sangat luas sekali itu.
Mereka melihat meja sudah terisi penuh dan piring untuk makan pun telah disediakan lengkap dengan celemek. Setelah itu terlihat keluarga Pak Vian mendekat ke arah meja. Mereka berdiri memberikan hormat sebagai adab.
“selamat datang di rumah kecil kami!” ucap istri Pak Vian penuh kerendahan hati.
Mereka saling berjabat tangan, lalu kembali ke meja makan.
“mari, silahkan duduk!” Pak Vian pun ikut duduk.
Tanpa aba-aba para pelayan pun menuangkan minuman ke gelas mereka. Setelah itu, mereka mempersilahkan untuk meminum minuman itu sebelum lanjut berbincang.
“bagaimana pak? Apa ada yang kurang dari pelayanan kami?” tanya Pak Vian dengan kerendahannya.
“alhamdulillah sangat baik pak, malah kami sangat merasa ini terlalu berlebihan.”
“hah sudahlah, mari makan jangan malu-malu, anggap lagi makan di rumah yaa!”
Mereka semua makan dengan beberapa candaan kecil. Keluarga Pak Vian ternyata sangat asyik dan tidak memilih-milih orang untuk diajak akrab. Dengan pertemuan itu mereka melihat kedermawanan dan kerendahan hati keluarga itu. Tidak ada yang sombong, semuanya dianggap sama begitupun dengan anak-anak mereka.
“oh iya pak, saya lupa bilang kalo putra saya tadi ada urusan mendadak jadi dia tidak hadir bersama dengan kita.”
“gak papa pak, mungkin lain kali bisa berkenalan langsung dengan putra bapak.”
“siap pak, kapan-kapan kita kumpul lagi yaa.”
Beberapa saat kemudian mereka selesai makan dan Pak Vian langsung mengajak Pak Riyan untuk membicarakan perihal berkas kemarin. Mereka membahas beberapa proyek yang akan dipegang langsung oleh putranya. Jadi Pak Vian mau proyek yang ada di proposal itu disepakati dan menambah berkas persetujuan untuk bekerja sama dalam proyek tersebut.
“kalau boleh tau siapa nama anak bapak, mungkin saya tau dengan wajahnya?” tanya Pak Riyan.
“Devano Andi Saputra.”
&&&
“ada informasi tentang cewek itu?”
“tenyata dia itu temennya si Rara, mereka anak desain dan jahit.”
“berarti mereka itu temennya Si Aca yang galak itu loo!”
“oh itu keknya si Aca gak setuju deh sama mereka.”
“kesempatan bagus, cari tau dia dimana sekarang!”
“wait, keknya nanti dia pulang sendiri.”
“oke let's go!” mereka pun pergi sebagian memencar untuk mengalihkan perhatian dan memantau kondisi. Mereka menunggu di lobi utama tempat semua siswa akan  keluar. Namun lama mereka menunggu si empunya tak kunjung terlihat hingga harus mengerahkan lagi ke dekat kelasnya.
“mereka masih bareng-bareng, Ket!” lapor salah satu rekannya yang berada tak jauh dari ruang kelas Aca.
“pantau terus!”
&&&
“Devano Andi Saputra. Dan saya minta data ini tidak bocor ke umum tentang siapa anak saya yang bersekolah disana!”
“baik pak, saya akan menjaga rahasia ini.”
“oh iya satu lagi pak, bersikap biasa saja termasuk anak saya, sebab kebutuhannya harus lewat saya.” lanjut Pak Vian. “saya tidak mau anak saya nanti di luar malah semena-mena dengan orang lain.”
“sejauh ini yang saya tau, anak bapak tidak pernah melanggar aturan sekolah walaupun kadang saya jumpai dia bersama gengnya sedang tawuran.”
“saya sudah bilang sama anak saya untuk tidak bergaul dengan preman-preman itu, tapi dia selalu bilang kalo mereka diganggu. Tapi yaa, nanti dia akan sada4 sendiri dampaknya pak.”
“semoga ajah pak, anak bapak dan teman-temannya bisa sadar kelakuan mereka!”
“iya iyaaa.”
“kalau begitu, saya harus pamit pak, ini sudah larut malam, besok anak saya harus sekolah.”
&&&
“Aca!” seseorang memanggil Aca yang membuat si empunya berhenti.
“iya, ada apa Rin?”
“aduh gue cape lari-lari,” nafasnya yang ngo-ngisan itu terdengar jelas.
“tenangin diri dulu, baru ngomong!”
“lo temennya si Elfi-Elfi itu kan? Anak jahit!”
“iyaa itu temen gue, kenapa?” tanya Aca sedikit penasaran.
“tapi gue titip pesan ke temn gue buat ketemu dia ditaman sekarang, tapi katanya disuruh nunggu di taman duluan soalnya dia ada ketenuan sama temennya.” jelasnya.
“temen yang mana?” Aca bingung soalnya bahan udah habis dan dia akan segera pulang jadi dia tidak menyediakan jualannya yang sudah kosong.
Cewek itu menggidikkan bahunya pertanda dia tidak tau apapun. “tapi gue cuman mau bilang ketemunya beaok ajah, soalnya aku udah dijemput sama pak supir. Titip salam yaa  kasian takut dia nanti cari aku di taman.” setelah mengatakan iri dia pergi meninggalkan Aca yang sedikit merenung.
Aca teringat sesuatu sehingga dia pun pergi tanpa kalimat yang panjang lagi dia langsung menuju ke tempat itu. Ternyata tak butuh waktu lama untuk mencari pertemuan Elfi dengan seseorang. Dia yang teringat suatu hal tentang seseorang yang akhir-akhir ini tak fia sukai.
“El?” Aca menghampiri nya. “lo ngapain disini?”
“a-ak-ku lagi nunggu temen, iyah nunggu temen,” jawab Elfi terbata-bata.
“dah siang niii, balek yuk!”
“tapiii,”
“lo punya janji sam Ketrin? Dia tadi ketemu aku titip pesan katanya dia harus pulang jadi ketemu besok saja.”
“oh gitu, iya deh!”
Mereka pun akhirnya meninggalkan taman dan pulang bersama.


Kepoin yuk kelanjutannya
Stay tuned yaaa


Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar yaaaa
Terimakasih

Terhalang Dendam (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang