CHAFTER 10 : Ale dan lukanya

4 4 0
                                    

Happy Reading ❤

Aleando sampai di rumah nya, hari ini dia tidak pulang ke apartemennya melainkan ke rumah yang paling dia benci, sudah hampir satu minggu dia tidak pulang ke rumah dan itu akan membuat sang ayah marah besar.

Dia membuka pintu jati yang menjulang tinggi  yang langsung menampilkan ruangan tamu yang mewah , di sofa sudah ada Arga yang sedang menonton TV dengan secangkir kopi di tangan nya.

Menyadari keberadaan anak bungsu nya itu dia lantas berdiri menghampiri ale " Anak papa udah pulang, kirain udah lupa sama rumah " Ucap nya sambil tersenyum sinis.

Ale menghembuskan nafas nya gusar, jujur saja dia sedang tidak mau berdebat dengan ayah nya ini,  dia memilih untuk pergi dari sana daripada meladeni papa nya, tapi tangan nya keburu di cekal membuat nya terpaksa berhenti.

"Terima hukuman " Bisik nya pelan tapi penuh penekanan, tampa merasa kasian atau iba dengan kondisi anak nya yang sedang tidak baik-baik saja,  muka yang pucat pasi, mata sayu dan terlihat lemas.

Ale hanya bisa pasrah ketika papanya itu mengeluarkan cambuk yang memang sudah papa nya pegang sejak tadi.

Plak
Plak

Dua cambukan berhasil mendarat di punggung nya itu, ale sama sekali tidak menampilkan wajah kesakitan nya dia hanya diam dan pasrah.

Baju seragam putih nya  seketika ada bercak-bercak darah bahkan baju itu sobek dengan lebar menandakan kalau pukulan sang ayah tidak main-main dan luka nya akan sangat dalam.

Arga yang melihat itu sama sekali tidak merasa bersalah melainkan dia merasa puas melihat darah yang mulai mengucur di punggung anak nya itu bahkan dia menambah kan satu pukulan lagi dan pergi begitu saja.

Rasa sakit perih, sesak pusing semua campur aduk,Kaki-kaki nya sudah tidak bisa menopang tubuhnya yang mati rasa ,dia duduk berlutut ,tangan nya bergerak untuk memegang dada nya yang kian terasa sakit, bahkan semakin parah.

Pembantu rumah yang melihat nya hanya bisa menangis ,dia merasa menjadi orang jahat karna tidak melakukan apapun saat anak majikannya itu di cambuk, tapi apalah daya mereka tidak punya kuasa untuk melawan tuannya.

Bi sani yang sudah tidak tega menghampirinya dengan air mata yang bercucuran.  "Den masih kuat " Ucap nya terisak.

Ale menganggukkan kepalanya , disini hanya bi sani yang selalu merawat nya di saat begini, ini bukan kali pertamanya papa nya itu melakukan hal semacam ini melainkan sudah tak terhitung jumlahnya.

Bi sani membopong tubuh ale sampai ke kamar nya bersama pembantu lain yang bernama bi lina.

Setelah sampai di kamar, bi sani memerintah kan bi lina untuk mengambil kan kotak P3K dan air hangat untuk mengobati luka di punggung ale.

Setelah bi lina kembali, bi sani dengan telaten mengobati luka itu sambil terus meringis melihat tiga luka baru yang sangat lebar membuatnya merasa linu.

Setelah semua nya beres dan lukanya sudah di perban BI sani memerintah kan ale untuk istirahat karna badan ale yang begitu panas.

"Den kayaknya den demam apa perlu bibi panggilin dokter " Ujarnya sambil menyelimuti tubuh ale sampai dada.

"Gak usah bi" Jawabnya pelan di akhiri batuk di ujung kalimat nya.

"Den yang sabar, den ale harus kuat perjalannya masih panjang" Ucap nya sambil mengusap lembut rambut ale, wanita paruh baya itu begitu menyayangi anak majikannya, karna dia sudah mengurus ale sejak kecil membuat nya tau seluk-beluk kehidupan cowok itu.

Ale tersenyum getir " Bi, ale mau ikut bunda aja......badan ale udah bener-bener rapuh, kesehatan ale juga semakin menurun apa masih ada harapan buat hidup "

Hari 40Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang