Chapter 12 {Renggang : 1}

4 1 0
                                    

oOo

Balqis berlari kedalam rumahnya dengan dada yang berdenyut sakit, dia berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya menghiraukan panggilan ibunya dari arah ruang tengah.

'BLAM'

Balqis menutup pintu kamarnya dan menguncinya didalam sebelum melompat keatas tempat tidur menenggelamkan wajahnya pada bantal. Bahunya bergetar hebat Balqis menangis kuat mengeluarkan emosinya yang tertahan.

Dia tahu selama ini hanya dirinya yang memiliki perasaan, namun semenjak kejadian di tempat camping itu dia sedikit berharap bahwa Abby juga memiliki perasaan yang sama padanya namun ternyata harapannya pupus sudah, Balqis merutuki kebodohannya yang terlanjur dalam jatuh pada pesona sahabatnya sendiri. Kedua tangannya meremas kuat bantal yang dipeluknya melampiaskan rasa sesak didadanya.

Balqis mendengar suara ketukan dari pintu kamarnya.

'Tok! Tok!'

'Neng, kamu gapapa? jangan bikin mama khawatir deh'

Terdengar suara mama nya dibalik pintu kamarnya yang membuat Balqis mau tidak mau harus menetralkan suaranya agar tidak terdengar seperti sedang menangis.

"I-iya Balqis gapapa kok ma, tadi cuma kebelet aja" Jawabnya dengan suara yang sedikit parau, Balqis menghapus air matanya yang masih terus mengalir.

'Beneran? kamu ngga lagi sakit kan?'

"H-huum, Balqis baik baik aja.. B-balqis mau tidur ya ma"

Air mata Balqis semakin deras meluncur saat dirinya mengatakan bahwa dia baik-baik saja, yang dalam kenyataannya dia sedang tidak baik-baik saja sama sekali.

'Yasudah besok pagi mama bangunin, besok masuk sekolah kan? jangan lupa kunci jendela ya neng'

Balqis semakin erat memeluk bantal didadanya, dia sudah tidak kuat lagi untuk menyahut ucapan mama nya. Balqis merebahkan kepalanya diatas tempat tidur dengan bantal didadanya sebelum memejamkan mata berusaha untuk terlelap, dia sangat berharap kalau ini cuma mimpi...

 .
.
.
.

Keesokan paginya, langit terlihat cerah untuk permulaan kembali masuk sekolah semenjak kegiatan camping dilaksanakan. Balqis sudah siap dengan seragam sekolahnya, dia membuka roll poninya seraya melihat pantulan wajahnya di cermin, matanya bengkak setelah puas menangis semalaman.

"Oke, semangat Balqis" gumamnya seraya menyoren tas punggungnya dibahu sebelum menuruni anak tangga, Balqis melihat sarapan sudah tersedia diatas meja makan, roti isi dengan segelas susu yang di siapkan ibunya.

Tanpa pikir panjang dia mengambil sarapannya dengan mood yang masih kurang bagus sebelum suara ibunya memanggil dari arah toko disebelah rumahnya.

"Neng! itu temennya udah nunggu didepan"

Sontak saja Balqis membelakan matanya jujur saja dia belum bisa berhadapan dengan Abby sekarang ini, tapi dia tidak bisa seperti itu mau bagaimanapun hubungan pertemanan mereka lebih berharga, bukan?

"Balqis berangkat dulu ya ma!"

Segera saja Balqis berlari keluar rumah seraya menata senyuman manis di bibirnya, dia harus bersikap biasa saja atau suasana diantara mereka akan canggung. Dia berlari keluar dari pekarangan rumahnya menuju seseorang yang sudah menunggunya didepan pagar rumah membawa sebuah motor matic.

"Abb-!! "

Seketika senyum Balqis memudar begitu melihat orang yang sedang menunggunya itu menoleh kearahnya, dia Alshad bukan Abby...

"Hey Qis, aku udah duga kamu belum berangkat"
"K-kak Alshad kok bisa ada disini?" Jujur saja Balqis sedikit kecewa dengan kehadiran Alshad. Dia mengira Abby yang sedang menunggunya seperti biasa tapi ternyata bukan. Lalu Abby kemana apa dia sudah berangkat? Balqis menoleh kearah rumah Abby mencari tanda-tanda Abby disana namun nihil.

"Aku sengaja mau berangkat bareng sama kamu, nih dipake" Alshad memberikan satu helm cadangan pada Balqis namun Balqis tetap bergeming tanpa bergerak sedikitpun dari tempatnya, dia masih berharap Abby akan muncul di gerbang rumahnya.

Karena tidak ada respon dari Balqis Alshad pun dengan inisiatifnya memakaikan helm dikepala Balqis masih dengan senyuman yang terlukis diwajahnya.

"Ayo naik, nanti kita telat loh" Alshad pun memakai helmnya sendiri sebelum menyalakan mesin motornya menunggu Balqis naik keatas motornya.

Dengan berat hati akhirnya Balqis naik keatas motor Alshad dengan tatapan mata tetap tertuju pada rumah Abby, matanya hampir berkaca-kaca, ada apa dengan Abby? Apa dia sedang tidak sekolah karena sakit? Atau... ada sesuatu?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hujan Menyatukan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang