20 - Bodoh

507 56 7
                                    

08.00

"Jadi kau bertemu dia lagi?! Kau itu--! Arghh! Tauk dah!"

Gun bersandar dengan lemas di kursinya, hanya bisa tersenyum manyun mendengar omelan sahabatnya yang dari pagi-pagi buta sudah mengoceh di rumahnya dengan alasan bosan sebab sang tunangan dan anak-anak manisnya sudah berangkat dengan urusan masing-masing.

Hari kemarin berlalu dengan sangat berat bagi Gun—bahkan ia tak bisa tidur dengan baik malam tadi, membuat kantung mata kini bergantung di kedua matanya yang lemas.

New mendengus kesal, tak habis-habis mengomeli sahabatnya setelah Gun menceritakan tentang segala hal yang terjadi kemarin padanya.

"Anak-anak merindukanku, mau bagaimana lagi, New." Gun hanya bisa membalas lemas.

New menghelah nafas lagi, "Jangan hanya memikirkan anak-anak, Gun. Pikirkan kebahagiaanmu juga!"

Gun terdiam. Lelaki itu mengalihkan pandangannya lagi—kebiasaannya saat ingin menghindari topik pembicaraan.

New jelas tau kebiasaan buruk sahabatnya ini. Lelaki itu mendengus sadar dan berkata, "Anak-anak hanya alibimu, kan? Kau merindukan si brengsek Adulkittiporn itu juga, kan? Mengaku saja."

Gun tersentak kecil, semakin menjauhkan tatapannya bahkan tak berani membantah.

New hanya bisa membuang nafas berat.

"Kalau kau memang mencintainya dan rindu, pulanglah. Lawan saja wanita kurang ajar itu! Lagipula mereka sudah tidak punya hubungan apa-apa selain MANTAN!"

Gun menoleh, tersenyum kecil saat mendengar kalimat emosi sahabatnya.

"Memangnya kau gak marah kalau aku kembali kesana?" Gun bertanya jahil.

"Memangnya kalau aku marah kau bisa berhenti mencintai si brengsek itu?" New melempar balik pertanyaannya dengan sinis.

Gun terkekeh, "Hehe.."

Jawabannya jelas 'tidak'.

...

Drrrt—

Baru keduanya senyap, ponsel Gun yang di letakkan di atas meja bergetar. Sebuah nomor asing.

"Siapa?" tanya New.

Gun menggeleng, tanda tak tau. Namun lelaki itu tetap mengangkat panggilan itu.

"Atthapan Phunsawat disini."

"Papa!! Papii—Papii pingsan!"

!!

Gun segera bangkit. Wajahnya pucat dan terkejut. Suara putra tengah Jumpol di seberang sana bergetar, bahkan terdengar isak keras di balik suaranya. Jelas si bungsu yang menangis.

"Kenapa, Gun?" New yang terkejut itu berdiri, namun ia paham dengan cepat begitu Gun membalas,

"Iwin? Tenang, Oke? Sekarang Papii dimana? Papa segera kesana!"

"Papii di jemput ambulance... Kak Mix ikut sama Papii. Win—Win kirimin alamatnya ke Papa.."

New yang turut mendengar lantas menangguk kecil, segera berjalan keluar bersama Gun menuju mobilnya yang terparkir di halaman.

"Oke, Papa ke rumah sakit sekarang, ya? Win dan Chimon gak usah sekolah hari ini, istirahat di kamar, okey?"

Jawaban Win yang menurut terdengar. Setelah menyampaikan beberapa kalimat hiburan, Gun akhirnya menutup panggilan tersebut dan menyusul Off ke rumah sakit bersama New—yang bagaimana pun kesalnya dengan Off, jelas tak setega itu membiarkan sahabatnya yang panik ini pergi sendirian ke rumah sakit.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our Family { Offgun}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang