Prologue : [Destiny]

2.4K 148 1
                                    

Bangkok, Thailand
30th April 2020

Kantor Penerbit Artharit
06 : 00 am

Awan gelap dan tetesan air terus menutupi kota Bangkok sejak semalam. Meski jam telah menunjukkan pukul enam pagi, tak terlihat sedikit pun tanda hujan akan berhenti.

Disaat kebanyakan orang memilih untuk tetap berada dirumah dan melanjutkan mimpi indah mereka, seorang lelaki mungil berwajah cantik itu malah duduk dengan semangat dibalik meja kerjanya di salah satu tempat penerbitan buku - yang meski tak begitu terkenal.

Entah berapa banyak sobekan dan remasan kertas yang berserakan disekitarnya.

" Gun? Pagi sekali kau datang!" White Nawat, pemilik kantor penerbit- sekaligus bos dari Gun Atthaphan Phunsawat, si lelaki mungil itu terkejut ketika melihat salah satu pegawai terbaiknya itu sudah ada di kantor sepagi dan sedingin ini.

" Ah! Phi White. Aku datang terburu-buru pagi tadi karena tak tenang meninggalkan naskahku. Ini akan segera selesai kok." Gun membalas sambil menyunggingkan senyumannya.

White menghampiri Gun dan menepuk pundaknya singkat, " Jangan terlalu memaksakan dirimu Nong." ucapnya sebelum beranjak keruangannya.

Gun melanjutkan naskah puisinya. Meski ia benar-benar merasa cukup lelah, namun ia belum merasa ini adalah batasnya. Karena semua ini untuk ibu dan adiknya.

Mansion Adulkittiporn
06 : 45 am

" Bi, dimana anak-anak?" Pria tinggi berpakaian kantor dengan mata yang tegas itu berjalan menuju meja makan sembari bertanya pada asisten rumah tangganya.

" Para Tuan muda sedang bersiap, Tuan." Bi Ramdah menjawab sopan.

Tak berselang lama, dua orang remaja laki-laki turun dari lantai atas, lengkap dengan seragam dan tas mereka.

"Pagi Papii." sapa keduanya bersamaan.

Jumpol Adulkittiporn, si pengusaha muda kaya raya hanya mengangguk mendengar sapaan anak-anaknya.

" Hari ini Papii bakal pulang terlambat. Kalian makan malam saja duluan." ucap Jumpol ditengah sarapan mereka.

" Iya Pa." jawab Chimon. Sedangkan Mix hanya mengangguk paham.

Sarapan mereka selesai dalam 10 menit. Mix dan Chimon pamit dan berlalu menuju sekolah bersama supirnya, begitu pula Jumpol yang langsung berangkat menuju kantornya.

" Siang ini anda ada meeting dengan perusahaan yy dan makan siang dengan Mr. Ruangroj." Sekertaris Jumpol, Mike membacakan jadwal Bos nya itu dari balik teleponnya.

Jumpol mendengarkan dengan baik sambil mengecek beberapa email di Ipad nya.

Ckitt...

Mobli di rem mendadak membuat Jumpol terkejut. " Ada apa Pak?" tanya nya sambil melirik kedepan.

" Maaf Tuan, ada seseorang yang lewat didepan mobil." ucap Supirnya.

Sang supir sudah bersiap turun, namun Jumpol menghalanginya dan turun melihat si pejalan kaki yang hampir tertabrak mobilnya.

Itu seorang lelaki bertubuh mungil yang kini terduduk diatas aspal dengan beberapa buku yang berserakan di jalanan- fan untunglah jalanan hari ini cukup sepi karena cuaca masih mendung, meski tak lagi hujan.

" Kau baik-baik saja?" Jumpol mengulurkan tangannya, berniat membantu.

Silelaki mungil menyambut uluran tangannya dan berdiri. " Terima kasih. Saya baik-baik saja." ucapnya.

Lelaki itu mengutip buku-bukunya dan berjalan ke pinggir terotoar. Meski tak terlalu kentara Jumpol masih bisa melihat bekas darah di celana panjang lelaki itu, ditambah lagi kakinya yang berjalan sedikit pincang.

" Sepertinya kakimu terluka. Ayo kuantar ke rumah sakit." tawar Jumpol agak merasa bersalah. Bagaimana pun juga mobilnya lah yang membuat lelaki ini terluka- meski bukan dia yang mengemudi.

" Ah, tidak. Tidak perlu. Terima kasih tawarannya. Saya rasa anda juga terburu-buru." tolak lelaki itu tak enak.

Jumpol melihat jam tangannya yang hampir menunjukkan pukul tujuh pagi. Ia mengeluarkan kartu namanya dan memberikannya pada lelaki itu.

" Ini kartu namaku. Hubungilah jika terjadi sesuatu." ucap Jumpol. Bagaimana pun ia adalah seseorang yang punya rasa tanggung jawab yang tinggi. Ia tak mungkin membiarkan seseorang yang terluka karenanya begitu saja.

Lelaki itu dengan ragu menerima kartu namanya. "Ngomong-ngomong siapa namamu?" tanya Jumpol kembali. Entah kenapa ia menjadi penasaran.

" G-Gun. Gun Atthaphan Phunsawat, Khab." ucap si mungil.

Jumpol terdiam sejenak. " Ah. Baiklah Gun. Kau bisa hubungi aku jika ada sesuatu yang terjadi. Aku permisi." Jumpol masuk kembali kedalam mobilnya dan meninggalkan tempat itu.

Gun masih berdiri di terotoar menyaksikan mobil yang kini berjalan menjauh itu dengan buku-buku dan kartu nama bertuliskan 'Jumpol Adulkittiporn' dan nomor telepon pria itu ditangannya.

Ia yang hanya keluar untuk membeli secangkir coffee di cafe, malah hampir mengalami kecelakaan dan bertemu seorang pria asing yang bahkan tak dikenalnya, mengkhawatirkan keadaannya.

Sebuah pertemuan singkat yang membawa keduanya masuk kedalam permainan takdir yang meng-ombang - ambingkan perasaan dan kehidupan mereka.

"Sebuah pertemuan yang diukir dengan benang merah pembawa takdir."

***

"Let's make our family."
- Our Family (OffGun) -

[Comming Soon ♧ ]

Our Family { Offgun}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang