Dari sepuluh papan target, Maya berhasil mengenai angka antara 7 dan 8 bergantian, sedangkan dari dua belas target bergerak, baru lima yang bisa ditumbangkan. Maya terengah-engah. Darren lebih kejam dari Adam. Pria itu benar-benar menuntut kesempurnaan dalam melumpuhkan setiap target, membuat Maya kesal karena setiap melakukan kesalahan, pria itu akan berteriak di telinganya, memintanya kembali ke tempat awal dan mengulangi latihannya.
"Sekarang kita ganti rompinya, latihan pakai senjata asli." Darren menyodorkan rompi baru dan sebuah pistol.
"Hah? Pak, baru juga bisa menghindar dan berhasil nembak, masa langsung ganti? Kalau saya benar tertembak bagaimana?"
"Memang itu tujuannya, jadi kamu merasakan seperti apa rasanya tertembak."
Tet! Tet! Ngiiing! Suara itu bergema di seluruh penjuru rumah. Maya dan Darren saling berpandangan.
"Latihan apalagi ini, Pak?"
"Nona Vargas, Pak Evans, cepat lari!!" seru Bu Rosa dari dalam rumah. Wanita paruh baya itu melambaikan tangannya dan mengokang senapan, mulai menembak membabi buta di dalam rumah.
"Pak? Kenapa Bu Rosa?"
"Sial!! Cepat pakai rompinya, bawa senjata ini, kita harus keluar dari sini! Mereka sudah mengepung rumah ini!" Darren dengan cepat memakaikan rompi pada Maya dan juga dirinya sendiri, lalu menarik tangan Maya, keluar dari lapangan tembak menuju garasi.
"Ap-apa? Ini benaran?"
Terdengar suara teriakan para pelayan dan penjaga yang sedang saling menembak dengan penyusup. Dengung drone terdengar mendekat ke arah Darren dan Maya yang sedang berlari.
"Brengsek!!" Darren mengarahkan pistolnya dan menembak drone yang mengeluarkan peluru bertubi-tubi pada mereka.
Duaar!! Drone itu meledak. Datang drone lainnya. Dengan ekor matanya, Darren melihat dua penjaga berhasil dilumpuhkan oleh penyusup berbaju hitam. Penyusup itu kini mengejar Darren dan Maya.
"Maya, masuk ke garasi, ambil motor, saya akan mencoba menahan mereka!" Darren mendorong Maya sementara ia sendiri sembunyi di balik pintu garasi, mulai menembaki para penyusup yang mendekat.
Maya merasa panik. Matanya mencari-cari tempat kunci semua kendaraan di sana. Diambilnya sembarang kunci dan dinyalakannya semua tombol kunci, mencari mana yang merupakan kunci motor.
Di antara lampu-lampu mobil yang berkedip, sepasang lampu yang menyala dari ujung menarik perhatiannya. Sebuah motor Honda CBR 250RR warna hitam dengan aksen merah yang gagah menunggu untuk dikendarai. Maya mencari tombol pembuka pintu garasi. Begitu pintu perlahan membuka, di saat bersamaan rentetan tembakan menghunjam masuk ke garasi dari drone yang melayang di depan pintu dan juga beberapa penyusup bersenjata.
"Darren!! Cepat!" teriak Maya histeris. Ia merunduk berlindung di balik meja kerja yang penuh peralatan pertukangan dan memberanikan diri balas menembaki para penyusup itu. Darren berlari menuju motor, Maya melemparkan kunci motor dan kembali fokus menembak.
"Maya, cepat naik!" Darren mengulurkan helm dan menarik Maya naik di boncengan. Tak perlu disuruh, sebelah tangan Maya berpegang erat pada pinggang Darren dan sebelah tangannya tetap menodongkan pistol, menembakkan isi pistolnya.
"Darren, peluruku habis!"
"Ambil pistol di pinggangku! Tundukkan kepalamu, kita akan menerjang mereka!!" Darren menekan rem dan gas bersamaan, mengambil kuda-kuda, lalu langsung melesatkan motor keluar garasi, membuat barikade para penyusup berantakan. Beberapa dari mereka terjatuh dan tertembak. Maya berhasil melumpuhkan drone. Darren membawa Honda CBR itu melewati jalan setapak di samping rumah utama, terus menerjang pintu gerbang kecil. Sesampainya di luar gerbang, Darren berhenti, mengeluarkan alat kecil dari saku rompi dan menekan tombolnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Target --(TAMAT)
ActionMaya Nauli baru saja mendapat pekerjaan sebagai asisten pribadi CEO DareTrade Company di New York. Semuanya seharusnya berjalan baik-baik saja saat satu persatu peristiwa mengenaskan terjadi di sekelilingnya, hingga suatu hari nyawanya menjadi incar...