31

1 1 0
                                    

Praang!! Praang!! Suara gelas dan botol pecah yang dilempar terdengar bergema di ruang tv yang terbilang cukup luas dan mewah. Pecahan kaca berserakan di depan tv yang sedang menyiarkan berita singkat yang cukup menggemparkan.

"Polisi memutuskan untuk menutup kasus hilangnya Maya Nauli Vargas -CEO DareTrade- di kawasan Storm King Mountain karena permintaan pihak keluarga sang pewaris tersebut. Terkait dengan hal ini, pihak DareTrade secara resmi mengembalikan tampuk kepemimpinan kepada Darren Evans, CEO sebelumnya, di bawah supervisi Bapak Ruhut Vargas selaku komisaris utama sekaligus adik Almarhum Melvin Bonar Vargas, pemilik raksasa bisnis Bonar Corp."

"Bangsaaat!! Begundal sialan!" maki Celine pada tv berukuran 70inch yang terpampang di ruang santainya. Tubuhnya bergetar, kedua jemari tangannya mengepal dan ekspresi wajahnya penuh dendam.

Celine mengambil ponselnya dan menghubungi nomor Joey. Lima kali deringan dan terdengar suara berat lelaki itu.

"Apalagi, Celine? Tugasku sudah selesai 'kan? Aku sibuk mengurus bisnisku. Aku tidak mau lagi berurusan denganmu." Joey terdengar enggan.

"Hei keparat! Jangan berlagak ya? Bisnismu berkembang karena bantuanku! Atau kau lebih suka kusita lagi semuanya?"

"Kita sudah impas. Kau sudah mendapatkan keinginanmu, Maya sudah mati dan aku sudah mendapatkan bagianku, apalagi?"

"Lenyapkan Darren Evans!"

"Dua orang penting di DT mau kau habisi dalam waktu berdekatan? Kau akan membuat polisi makin mencurigaimu."

"Kematian Maya tidak membuat perusahaan jatuh ke tanganku! Si brengsek Darren itu yang menguasainya. Aku tidak bisa menerima semua ini. Dia harus hancur!"

"Kau tahu bayaranku tidak murah, Celine."

***

Nora masuk ke dalam ruang kerja Darren dengan membawa dua buket bunga berukuran besar di kedua tangannya. Darren mengernyit di sela-sela kegiatannya membaca dokumen.

"Bunga lagi? Penjilat dari perusahaan mana lagi ini?"

"Ini dari Nona Celine, Pak." Nora meletakkan kedua buket itu di meja sudut, berdampingan dengan buket lain dari berbagai perusahaan yang mengucapkan selamat untuk pengangkatan Darren sebagai pimpinan Bonar Corp.

"Hah? Kesambet apa dia?"

"Mungkin dia sudah menerima kekalahannya, Pak?" Nora mengendikkan bahunya dan menyerahkan kartu ucapan yang tadi diselipkan di buket bunga mahal itu.

"Akan jadi keajaiban jika itu terjadi. Terima kasih Nora, kau istirahatlah, ini sudah jam makan siang." Darren mengambil kartu ucapan itu dan Nora undur diri untuk makan siang.

[Selamat Darren, kamu memang kompeten dan berhak untuk berada di posisimu sekarang. Aku turut berbahagia. -Celine-]

"Dia salah makan obat sepertinya," gumam Darren sambil merobek kartu ucapan yang sudah dibacanya dan melemparnya ke tempat sampah. Bersamaan dengan itu, ponselnya berdering.

"Hai Darren, kamu sudah menerima bunganya?" tanya Celine terdengar riang.

"Apa yang sedang kamu coba lakukan, Celine?" ucap Darren ketus, menyesal karena menjawab telepon dari Celine.

"Berdamai. Aku menyesal dan menyerah. Kamu memang lebih baik. Maukah kamu memaafkanku?" Permohonan itu keluar dari mulut Celine dengan tulus.

The Target --(TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang