"Pak, bagaimana saya bisa tinggal di sini? Saya sudah menyewa sebuah flat, dan ... Pak Garfield, saya tidak akan bisa membayar biaya sewa di sini, saya bahkan belum mulai bekerja!" cicit Maya tak percaya. Tak mungkin ia harus tinggal di apartemen yang biaya sewanya saja ia tidak berani membayangkannya.
"Kau lupa apa yang baru saja menimpamu? Kau hampir mati tadi, Maya. Beruntung Brad sigap menghalau papan iklan itu."
"Itu kecelakaan, Pak."
"Kau yakin? Kau adalah asisten Darren. Artinya jika ada yang mengincar nyawa Darren, kau pun termasuk dalam targetnya. Selain itu, Darren ingin asistennya selalu siap 24/7, tepat waktu datang ke kantor, sigap jika diperlukan menemani beliau ke luar kota bahkan luar negeri, dan tempat ini efisien, dekat dengan kantor. Mengenai biaya sewa, Darren berbaik hati hanya memotong 10% dari gajimu per bulan." Andrew memaparkan alasan yang masih sulit dicerna otak Maya.
"Tapi ... saya sudah membayar sewa flat untuk satu tahun."
"Sudah saya urus, uang sewa flatmu sudah dialihkan untuk membayar deposit apartemen ini. Kau hanya tinggal bekerja dan menempati apartemen ini sekarang."
"Pak, barang-barang saya?"
"Kau bisa ambil barang-barang pribadimu nanti. Adam, sopir kepercayaan Darren, akan mengantarmu. Kemana-mana kau harus bersama Adam, ini nomor teleponnya. Nah, yang ini kode kunci kamarmu dan kamar Darren. Terlarang bagimu memberi tahu orang kantor bahwa kau tinggal di sini, apalagi orang luar kantor, entah itu teman atau keluargamu. Hal yang sama berlaku pada Cecil semasa ia menjadi asisten Darren. Kau mengerti Maya?" Andrew memberikan serangkaian instruksi dan kertas berisi informasi yang dia sebutkan tadi, tapi Maya hanya diam tertunduk menatap kosong pada kertas di tangannya.
"Kau bekerja untuk seorang Darren Evans, Maya. Menjaga keselamatanmu dan rahasia perusahaan sama dengan menjaga kelangsungan hidup Darren, kau paham?" Andrew mengamati raut muka Maya. Menyeringai tipis, pria yang menjabat sebagai COO sekaligus sahabat Darren itu merengkuh lengan Maya, memaksa gadis itu menatap retina warna madu milik Andrew yang tegas.
Kalau Maya hanya hidup untuk dirinya sendiri, mungkin ia akan dengan tegas menggeleng, menolak segala fasilitas ini, akan tetapi, imaji orang tua angkatnya berkelebat di benaknya. Saat menerima tawaran kerja di DT Company, Maya bertekad bekerja sungguh-sungguh karena imbalan hasil kerjanya lebih dari cukup untuk memenuhi impiannya untuk membalas jasa kedua orang tua angkatnya karena telah mengadopsi Maya.
"Saya paham, Pak Garfield." Dengan pasti Maya menganggukkan kepalanya dan tersenyum tipis.
"Bagus, sekarang saya harus pergi. Darren itu merusak rencana kencanku, kau tahu?! Dasar dia! Kau mulailah bekerja, jika sudah selesai dan perlu mengambil barang ke flatmu, hubungi Adam, oke?" Andrew menekankan setiap suku kata yang diucapkannya agar Maya memahaminya.
Sepeninggal Andrew, Maya menutup pintu apartemen dengan jantung berdegup. Perlahan ia membalikkan badan dan mengembuskan napas, menenangkan dirinya yang merasa ekstra senang.
"Wuhuu!! Yeaah! Kamu menang lotre Maya!!" Maya berteriak kegirangan, meloncat di atas sofa yang empuk dan lembut, berlari-lari memutari dapur dan tuang tv, membuka balkon dan menghirup dalam-dalam udara lantai 15, menari dengan gerakan acak, masuk ke kamar utama yang luas dengan cat dominan hijau mint, membuka lemari baju yang membentang sepanjang kamar dan terbelalak memeriksa tiap setelan kerja yang tergantung karena baju-baju itu bukan baju biasa yang dapat ditemukan di Macy's, Rodeo Drive, Madison Ave dan sejenisnya, tapi ini merk terkenal dan edisi terbatas. Belum lagi jajaran kosmetik dan perawatan wajah di meja rias yang sepertinya bakal membuat wajah Maya makin licin dan bersinar. Asisten CEO itu berjalan pelan ke arah peraduan, mengelus tepi tempat tidur ukuran king, naik ke atas kasur dan merebahkan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Target --(TAMAT)
AksiMaya Nauli baru saja mendapat pekerjaan sebagai asisten pribadi CEO DareTrade Company di New York. Semuanya seharusnya berjalan baik-baik saja saat satu persatu peristiwa mengenaskan terjadi di sekelilingnya, hingga suatu hari nyawanya menjadi incar...