19

1 1 0
                                    

"Siapa mereka? Apa yang kalian dapat? Dimana anak buah kita yang menjaga mereka? Mana anak buah kita yang lain!!" Darren menghampiri tim rahasia yang sedang fokus mencari info di depan komputer dan berbisik dengan murka.

"Mereka berhasil menghabisi anak buah kita. Tim dua sudah menuju rumah Pak Wayan, hanya saja, kami tidak tahu apakah akan tepat waktu atau ..." Anak buahnya tidak mampu meneruskan ucapannya.

"Bangsaat!! Lepaskan mereka! Beraninya kau ..." Maya mencoba meredam amarahnya dan berbicara dengan suara dalam dan bergetar. Darren frustrasi dan kembali mendekati Maya, menggenggam tangannya agar wanita itu tidak lepas kendali.

Seett!! Seett!! Dua orang penjaga yang berada di belakang Mbok Sum dan Bi Enah menyabetkan pisaunya sekaligus setelah mendapat tanda dari pemimpinnya, membuat kedua asisten rumah tangga itu langsung rubuh tanpa perlawanan.

"Aaarrggh!! Mbok Sum! Bi Enah! Brengsek!! Anjing kalian!!"' Maya berteriak histeris melihat kedua orang yang sudah lama bekerja di rumahnya itu mati di depan matanya.

Di layar tampak Pak Wayan dan istrinya menangis tanpa suara karena mulut mereka dibungkam.

"Kalau kau bersedia mundur dari posisimu sebagai pemilik Bonar Corp, mungkin nyawa mereka masih bisa selamat," sahut si pemimpin penjahat itu dengan tenang sembari menggulung lengan bajunya hingga siku. Terlihat sebuah tato berbentuk jangkar berukuran sebesar koin terletak di bawah lipatan sikunya.

"Siapa yang menyuruhmu? Kau tahu darimana berita itu? Apa untungnya buatmu jika saya melakukan itu?" tanya Maya disela air matanya yang mengalir.

"Kau tidak perlu tahu, yang penting kau mundur dan keluargamu akan selamat!" ujar si pria yang memakai topeng ski hitam itu.

"Hei dimana orang kita?" Andrew berbisik pada anak buahnya yang berdiri di belakangnya.

"Lima menit lagi, Pak Garfield!"

"Brengsek! Waktunya tidak akan cukup." Ucapan Andrew makin membuat anak buahnya keringat dingin dan langsung sibuk menelepon timnya yang berada di Jakarta.

"Keluargaku tidak ada sangkut pautnya dengan Bonar Corp. Hadapi saya langsung jika memang kamu punya nyali!" Maya berusaha menunjukkan bahwa ia tidak gentar dengan ancaman si penjahat.

"Banyak bacot sekali kau perempuan jalang! Kau tidak pantas menjadi pengganti Melvin. Ayo cepat putuskan!" Pemimpin penjahat itu memainkan pisaunya di depan leher Pak Wayan.

"Saya akan mengejarmu dan menghabisimu jika sampai terjadi sesuatu pada mereka!"

"Sementara menunggu saat itu tiba, ucapkan selamat tinggal pada ayah angkatmu ini!" Seett! Seett! Dengan santai, disabetkannya pisau itu ke leher Pak Wayan.

"Tidaak!! Ajiiik!!" Teriakan Maya menggema di penjuru ruangan.

"Ini baru permulaan. Ibumu akan kujadikan jaminan. Mundur dari posisimu sebagai pimpinan atau kau akan kehilangan ibumu juga, termasuk nyawamu sendiri. Selamat tinggal!" Video berakhir dengan suara tawa keji yang terdengar dari si pemimpin penjahat.

"Bajingan!! Dia mematikan sambungan video!" Darren menggebrak meja dengan kesal.

"Tidaak! Darren, bangsat itu menghabisi ayahku dan menyekap ibuku!! Anjiing!!" Maya melempar asbak ke arah tv. Layar tv besar itu langsung retak memanjang.

"Tenang, Maya! Tunggu, kendalikan dirimu!!" Darren mencoba merengkuh bahu Maya.

"Kenapa? Kenapa harus aku? Kenapa orang tuaku? Mereka tidak tahu apapun! Mereka tidak bersalah! Darren, kenapa? Aku sudah bilang kalau aku tidak mau menerima semua ini! Kau lihat 'kan akibatnya! Kamu jahat, Darren! Melvin Bonar Vargas, kenapa kau limpahkan tanggung jawab ini padaku??" Semua benda yang berada di atas meja dan masuk dalam jangkauan Maya melayang pada satu target, foto Melvin yang terpampang dalam pigura besar di belakang kursi pimpinan rapat. Darren dengan sigap memeluk Maya dari belakang, menahan semua pergerakan brutalnya.

The Target --(TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang