20

730 100 0
                                    

Sore hari pukul empat sore lebih bel pelajaran terakhir telah usai membuat seluruh murid berhamburan keluar kelas tak terkecuali murid baru di kelas itu, Kim Dohoon.

Di sekolah baru inipun dia tetap kesulitan untuk mendapatkan teman apalagi ini sudah tahun terakhir dia di SMA yang artinya kurang dari setengah tahun lagi ia akan segera lulus. Akan sulit mendapatkan atau ada yang mau berteman dengan orang baru lagi toh nantinya akan segera berpisah.

Meskipun seperti itu bukan mencari teman yang utama saat ini. Yang terpenting adalah kini ia bisa bernapas lega karena Ibunya sudah kembali sehat seperti sedia kala. Ia juga tidak perlu repot bekerja karena dia mendapatkan uang saku yang cukup dari Mingyu. Setidaknya sampai hanya ia lulus SMA dan itu tidak lama lagi.

Saat melangkah keluar dari gerbang sekolah, mata tajam Kim Dohoon menangkap sosok yang amat ia kenal, sosok yang di dalam hatinya amat ia sayangi. Dalam tatapannya yang penuh rasa, ia mengetahui bahwa orang itu seharusnya marah, marah karena Dohoon meninggalkannya tanpa kata perpisahan yang pantas.

“Shinyu?” Sudah satu bulan sejak Dohoon pindah sekolah dan mereka tidak bertemu.

Dalam seragamnya yang rapi, Shinyu tetap tegak berdiri di antara kerumunan murid yang melintasinya. Tatapan matanya menyisir setiap wajah yang ia temui, mencari-cari tanda-tanda kehadiran Dohoon di antara kerumunan yang bergerak. Apakah dia berharap untuk menemukan sosok Dohoon di antara mereka?

Dari kejauhan, Dohoon terpancar kebingungan dan kegugupan dalam pandangan matanya saat menatap Shinyu. Dia bisa melihat wajah sendu Shinyu yang tanpa henti mencarinya sejak tadi, mencari jejak-jejak keberadaannya di antara kerumunan murid yang bergerak. Matanya yang penuh harapan seolah-olah memancarkan keinginan untuk bertemu, secercah harapan bahwa pertemuan mereka tidaklah mustahil.

Namun, meski keinginan itu begitu kuat dalam dirinya, Dohoon merasa terikat pada sebuah janji dan kesepakatan untuk tidak bertemu dengan Shinyu. Meskipun hatinya bergetar ingin menyapa, keterikatan pada janji itu mengikatnya dalam kebisuan yang menyiksa, menghambat langkahnya untuk mendekati sosok yang begitu berarti baginya.

“Maafkan Aku, Shinyu.”

Dengan hati yang terasa berat, Dohoon menyesap getirnya di bibir saat ia berbalik dan langkahnya mengarah ke gerbang belakang sekolah. Di dalam hatinya, keinginan untuk bertemu Shinyu terus membara, tetapi keterikatan pada janji yang telah diucapkan mendorongnya untuk menghindari pertemuan itu. Meskipun keinginannya begitu kuat, Dohoon merasa bahwa memenuhi janji itu adalah cara yang tepat untuk menghormati dan menjaga kepercayaan yang telah terjalin. Dengan langkah tegar, ia memilih jalan memutar, berharap agar tak harus bertemu dengan Shinyu, sambil meratapi kerinduan yang semakin mengemuka di lubuk hatinya.

•••

Shinyu merasakan kekecewaan yang mendalam melanda dirinya, seperti badai yang merobek keheningan hatinya. Meski telah berusaha sekuat tenaga, upayanya untuk menemukan Dohoon ternyata tidak membuahkan hasil. Kegagalan itu membuatnya merasa terpukul, merenung pada setiap langkah yang telah diambil, dan berharap akan ada solusi di ujung jalan.

Meskipun telah mencoba bertanya kepada beberapa siswa, namun hasilnya nihil. Tidak ada yang mengenal atau mengetahui tempat tinggal Dohoon. Situasi ini tampaknya wajar mengingat betapa Dohoon selalu menjaga jarak di sekolah sebelumnya.

Shinyu sadar bahwa ia tidak bisa sembarangan menerobos masuk ke dalam sekolah untuk mencari Dohoon, mengingat hal itu akan melanggar aturan dan etika. Dalam keheningan dan kekosongan, Shinyu merenung, mencari jalan keluar dari labirin perasaannya yang kacau dan kerinduan yang semakin memuncak.

Ia berjalan menjauh dari sekolah sebab hari semakin gelap juga sekolah yang sudah sepi.

Dalam perjalanannya yang tidak jauh dari sekolah, Shinyu tiba-tiba memperhatikan sosok tampan yang tidak asing baginya, turun dari bis dengan langkah mantap dan penuh keyakinan, seperti sebuah pencahayaan di tengah kegelapan. Entah mengapa, hatinya tiba-tiba merasakan getaran aneh, sebuah dorongan tak terungkap yang mengajaknya untuk mengikuti langkah pria tersebut, meskipun ia tidak sepenuhnya yakin akan alasan di balik keputusannya itu. Dalam kebingungannya, Shinyu melangkah di belakang pria tersebut, mengikuti langkah-langkahnya yang terarah, sementara pertanyaan-pertanyaan tak terjawab mengalir di dalam benaknya, mencari jawaban di tengah kegelapan dan misteri yang membayangi.

[✓] Save Me, Save You | Doshin ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang