02

1.4K 169 21
                                    

Selama perjalanan sepulang sekolah tadi, Shinyu merenung, mungkin Dohoon bukanlah sosok yang jahat, melainkan individu yang memiliki emosi yang mendalam dan sifat yang dingin. Terbukti bahwa Dohoon tidak pernah mengganggu orang-orang tanpa alasan, dan jauh dari citra seorang pembully.

Kejadian di UKS tadi memancing rasa penasaran Shinyu. Sorot mata Dohoon yang memancarkan cahaya keindahan menggugah hatinya, namun di balik keindahan itu, terasa ada banyak misteri yang tersimpan. Biasanya, Dohoon menampilkan sorot tajam yang penuh dengan dinginnya, seolah siap menusuk siapapun yang menatapnya. Namun terkadang, sorot matanya juga mengandung kesan sayu, seperti seseorang yang sedang dilanda kelelahan dan kekurangan istirahat.

Dohoon adalah sosok yang cukup misterius, yang menyimpan banyak rahasia di balik keremangannya.



"Selamat datang," sapa penjaga kasir di minimarket yang menjadi tujuan Shinyu malam itu.

"Eoh? Dohoon?" serunya dengan kejutan yang terbersit di wajahnya.

Dohoon hanya menatap Shinyu dengan tatapan yang familiar, mengangguk perlahan sebagai sambutan. Meskipun hatinya ingin sekali bertanya banyak hal pada Dohoon, Shinyu memilih untuk menahan diri. Ini masih jam kerja, dan tidak tepat untuk mengganggu.

Shinyu merasa prihatin melihat Dohoon masih harus bekerja larut malam seperti ini. Apakah ini alasan di balik sorot matanya yang ia lihat tadi?

Dari belakang rak minimarket, Shinyu diam-diam memperhatikan Dohoon yang melayani pelanggan dengan sikap yang ramah. Terlihat senyum tipis di bibirnya saat berinteraksi dengan pembeli.

"Dia tampak tampan saat tersenyum," gumamnya tanpa disadari, sebelum cepat-cepat menggertakkan kepalanya untuk menghilangkan pikiran yang muncul tiba-tiba di malam ini.



"Hai, Dohoon. Jadi kau bekerja di sini ya?" sapa Shinyu dengan ramah, sambil meletakkan barang-barang yang dibelinya di meja kasir.

"Ini saja?" tanya Dohoon tanpa menatap langsung ke arahnya.

Shinyu mengangguk, memperhatikan dengan harap-harap cemas apakah Dohoon akan menampilkan senyumnya seperti sebelumnya. Namun, senyuman itu tetap tidak muncul. Shinyu merasa sedikit kecewa.

"Kau sudah makan malam?" tanya Shinyu mencoba untuk memulai percakapan.

"Totalnya 8000 won," jawab Dohoon tanpa menjawab pertanyaan Shinyu.

Shinyu mengerutkan keningnya, sedikit kesal dengan sikap Dohoon yang terus mengabaikan pertanyaannya.

"Kau sudah makan malam atau belum, Dohoon?" tanyanya lagi, tetapi masih tidak mendapat respons.

"Mau pakai kantong plastik atau tidak?" Dohoon bertanya lagi, tampaknya masih fokus pada tugasnya.

"Kau ini pandai sekali mengabaikan pertanyaan orang ya..." desis Shinyu dengan nada kekecewaan, merenung tentang alasan di balik sikap dingin Dohoon yang membuatnya sulit didekati. Mungkin inilah mengapa Dohoon tampaknya tidak memiliki teman di sekolah. Meskipun terlihat intimidatif, kepribadiannya yang tertutup dan sikapnya yang kurang ramah membuatnya sulit untuk dekat dengan orang lain. Padahal, tadi siang mereka sudah mulai membangun percakapan.



"Apakah dia tidak akan memedulikan orang yang tidak memiliki urusan dengannya?" batin Shinyu, merenungkan sikap dingin Dohoon yang terus mengabaikan percakapannya.

Setelah itu, Shinyu beranjak membuat dua ramyeon yang telah ia beli tadi. Ketika ramyeon sudah matang, Shinyu mengambil dua mangkuk ramyeon dari dalam microwave.

"Ini," ucapnya saat menyerahkan salah satu mangkuk ramyeon ke arah Dohoon.

"Apa ini?" tanya Dohoon dengan tatapan tajam pada salah satu mangkuk ramyeon.

[✓] Save Me, Save You | Doshin ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang