16

823 111 9
                                    

Sebuah sinar harapan muncul di tengah kegelapan pikiran Shinyu ketika ia menyadari perasaannya terhadap Dohoon. Pertanyaan tentang tujuan hidupnya selama ini menghantui pikirannya. Selama ini, semua pencapaian dan upaya yang dilakukannya adalah untuk memenuhi harapan dan keinginan Ayahnya, bukan untuk dirinya sendiri.

Menjalani kehidupan yang tidak sesuai dengan keinginannya membuatnya merasa terbebani, meskipun ia telah terbiasa dengan hal itu. Namun, Shinyu yakin bahwa ia akan bisa melakukannya dengan sepenuh hati jika mendapatkan dukungan dari orang-orang di sekitarnya, terutama dari Ayahnya yang telah mengadopsinya dan menaruh tanggung jawab besar padanya untuk masa depan.

Namun, apa yang telah dilakukan Ayahnya? Pria itu sama sekali tidak pernah menganggap Shinyu sebagai anaknya, membuatnya merasa hampa dan terpinggirkan.

Malam itu, setelah percobaan bunuh dirinya yang gagal karena campur tangan Dohoon, Shinyu masih terus berjuang dengan pikiran-pikiran gelapnya. Namun, tepat sebelum ia akan mengambil langkah drastis lagi, ia menyadari perasaannya terhadap Dohoon.

Ya, sekarang Shinyu memiliki satu tujuan.

Sekarang Shinyu memiliki satu tempat yang dapat ia panggil rumah, tempat di mana ia merasa nyaman dan diterima sepenuhnya.

Sekarang, Shinyu tidak lagi memikirkan untuk mengakhiri hidupnya, karena ia tahu bahwa ia memiliki alasan untuk terus hidup dan menemani perjalanan hidupnya bersama Dohoon.

•••

"Dohoon!" seru Shinyu dengan semangat sambil melambaikan tangannya, lalu berlari kecil menuju Dohoon, orang yang sudah ia tunggu sejak tadi.

"Shinyu? Eh!" Dohoon langsung menahan tubuh Shinyu yang hendak melompat memeluknya di tengah keramaian. Shinyu mengernyitkan keningnya dan menekuk wajahnya dengan ekspresi malas.

"Tidak perlu menekuk wajahmu seperti itu. Ayo cepat, katamu mau melihat teman-temanmu di kebun binatang," ujar Dohoon sambil melangkah meninggalkan Shinyu.

Shinyu, yang merasa kesal atas ejekan itu, segera mengejar Dohoon dan mencubit pinggangnya dengan geram, membuat Dohoon mengaduh sementara Shinyu tertawa puas.

"Kau menyamakanku dengan monyet?!" protes Shinyu.

"Enggak tuh? Siapa bilang aku menyakanmu dengan monyet?" balas Dohoon sambil tersenyum.

"Lalu apa?" tanya Shinyu dengan rasa penasaran.

"Kuda nil," jawab Dohoon dengan santai.

"Dohoon, ihh!" Shinyu segera memukul-mukul pundak Dohoon dengan kesal sepanjang perjalanan menuju halte bis.

Mereka berdua tertawa cerah bersama secerah cuaca siang hari ini, sinar matahari yang menghangatkan wajah mereka seolah menjadi pelipur lara bagi Dohoon. Entah sejak kapan Dohoon bisa mulai tersenyum selebar ini; ia lupa kapan terakhir kali ia merasakan keceriaan seperti ini. Namun, setidaknya, saat bersama Shinyu, ia bisa kembali merasakan perasaan itu.

Setibanya di Kebun Binatang, tempat tujuan mereka hari ini, Shinyu dengan cepat menarik Dohoon berlari menuju gerbang, semangatnya membara seperti api yang tak terpadamkan. Dohoon hanya berusaha mengimbangi energi Shinyu, berjalan dengan langkah ringan dan tersenyum melihat semangat temannya.

Tidak pernah terbayang sebelumnya bagi Dohoon bahwa ia akan pergi ke Kebun Binatang seperti ini. Jika saja Shinyu tidak mengajaknya pada malam itu, ia mungkin tidak akan mengalami momen berharga ini. Namun, karena berusaha menyenangkan Shinyu dan ingin membuat temannya melupakan kejadian yang menyakitkan, Dohoon dengan tulus menyetujui ajakan Shinyu.

“Dohoon lihat itu!”

“Dohoon! Jerapahnya tinggi sekali!”

“Bangau oh bangau mengapa engkau kurus?!”

[✓] Save Me, Save You | Doshin ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang