Part 3

503 51 0
                                    

[Name] segera bergerak kala fajar telah menyingsing seusai mengonsumsi sarapan bersama kakaknya. Sangat untung sekali [Name] masih mengingat jalan menuju kios pasar yang ia temui kemarin.

Lagi, perjuangan [Name] sedang berlangsung. Kios tempat si nenek belum buka. Kemungkinan si nenek masih belum hadir. Suasana masih sangat pagi meskipun sudah ada beberapa kios yang sudah buka.

[Name] memutuskan untuk duduk di sisi depan pohon depan kios si nenek. Sebenarnya, [Name] meragukan keputusannya ini. [Name] tidak pernah melakukan pekerjaan kebun seperti yang ditawarkan.

Namun, apa boleh buat? [Name] sangat membutuhkan uang. Membeli bahan makanan juga memerlukan uang apalagi obat yang dikonsumsi kakaknya.

Berbicara mengenai obat yang dikonsumsi kakaknya, [Name] menaruh sebuah kecurigaan yang sangat tinggi. Tanda dan gejala yang dimiliki kakaknya saat ini menunjukkan batuk biasa. Yah, setidaknya itu yang [Name] temukan di hadapannya.

Akan tetapi, ada hal yang berbeda. Obat yang dikonsumsi kakaknya berbeda dengan komposisi obat batuk yang pernah [Name] coba beli.

[Name] mengambil nafas dalam. Dilihat dari gelagat kakaknya yang terlihat tidak ingin membeberkan penyakitnya sama sekali mengundang kecurigaannya. Kecurigaan akan tingkat bahaya penyakitnya.

Yah, [Name] tetap mewaspadai dan menaruh atensi lebih kepada kakaknya selain mencari uang lebih banyak lagi.

Berbicara mengenai pekerjaan. Ada alasan mengenai kenapa [Name] tidak bekerja sebagai ninja resmi desa ini. Selain dikejar oleh pihak Hyuuga, [Name] tidak ingin membongkar identitasnya. Tidak ada jaminan aman jika [Name] berani membongkar identitasnya. Malah kemungkinan ditangkap akan lebih tinggi. Sungguh, [Name] tidak mau disiksa lebih lanjut dengan alasan yang menurut pribadi [Name] tidak bisa disalahkan.

[Name] mendongakkan kepalanya. Sinar oranye fajar dari ujung timur membuat pemandangan sangat indah. Pemandangan indah untuk menjalani hari.

Serasa puas memandangi fajar yang menyingsing, [Name] memutar kepalanya ke arah bawah. Tepat setelah [Name] melihat ke arah bawah, tampak sosok si nenek berjalan dengan membawa gerobak penuh sayuran.

[Name] mengambil nafas dalam. Gadis itu bergerak ke bawah dan mendekat ke arah si nenek seraya berujar, "baa-san, boleh saya bantu?"

Si nenek mengernyitkan dahinya.

[Name] terkekeh pelan. "Baa-san boleh arahkan saya ke kios, namun gerobak ini saya bawa saja. Ini terlalu berat untuk baa-san."

Si nenek tertawa. "Baiklah. Aku arahkan ya, anak baik."

[Name] mengangguk. Segera ia mengambil posisi si nenek. Dengan sekuat tenaga, [Name] mendorong gerobak. Sungguh, gerobak lebih berat daripada kursi roda yang diduduki pasien. Tapi, tidak mengapa. [Name] harus lebih bersemangat.

[Name] membantu si nenek dalam menata sayuran dan membuka kios. Bahkan [Name] ikut serta dalam menjaga kios hingga senja hari tiba.

Ketika senja telah tiba, [Name] diajak ke kebun nenek sesuai dengan perjanjian. [Name] membulatkan matanya di balik kain hitamnya.

Kebun milik si nenek sangatlah luas. Kebun yang dipenuhi beberapa sayuran dan beberapa buah. Kebun dekat kediaman si nenek.

"Bagaimana, [Name]?"

[Name] tersenyum. Menguatkan tekad dalam hatinya. "Tidak apa, baa-san. Saya mampu bekerja mengurus kebun di sini."

Si nenek menepuk pelan pundak [Name]. "Baik. Kau bisa mulai bekerja esok hari, [Name]."

[Name] mengangguk dan tersenyum. "Baiklah, baa-san. Saya mohon izin pamit dahulu."

Si nenek mencekal lengan [Name]. Lalu, menyerahkan sekantong sayuran yang sedari tadi ia bawa. "Bawa ini, [Name]."

[Name] menolak. "Tidak perlu, baa-san. Saya-"

"Ini imbalanmu telah membantuku di kios seharian penuh."

[Name] tersenyum dan membungkukkan tubuhnya sembilan puluh derajat. "Terima kasih, baa-san."

Si nenek mengangguk. "Hati-hati di jalan!"

[Name] mengangguk. "Baik, baa-san!"

✧-'-✧

Sesuai kesepakatan, [Name] mulai bekerja pada keesokan harinya. Tentu [Name] siapkan sarapan dan makan siang untuk kakaknya sebelum memulai pekerjaannya. Lalu, memutuskan untuk memburu hewan kala ia pulang. Langit belum begitu gelap. [Name] memerlukan daging untuk memasak makanan kakaknya. Ia ingin melengkapi gizi kakaknya.

[Name] dan Ryuuzi sering menyempatkan waktu untuk melatih byakugan milik [Name] meskipun sudah [Name] larang. Jika ditanya alasannya, maka Ryuuzi menjawab, "ini untuk kepentinganmu, [Name]. Ini pasti berfungsi ketika kau dikejar oleh mereka. Aku tidak terima penolakan."

Pendapat Ryuuzi juga benar. [Name] sering berada di luar rumah tanpa didampingi Ryuuzi sementara Ryuuzi lebih ahli dalam membela diri. [Name] berpikir mungkin akan merepotkan Ryuuzi lebih banyak lagi jika [Name] tertangkap oleh mereka. Belum lagi dengan hukuman yang menanti. Mungkin saja itu dapat memperburuk keadaan Ryuuzi dan [Name] tidak menginginkan hal itu. [Name] ingin Ryuuzi dapat hidup dengan nyaman di kala keadaannya yang serba kurang.

[Name] melihat bungkus obat Ryuuzi. Mengambil beberapa sampel. Meskipun tidak aktif dalam dunia kesehatan kembali, [Name]  masih mengenali obat. Apalagi di kehidupannya masa lalu, [Name]  sering membudidayakan tanaman obat dan masih mengenali bau dan bagaimana hasil racikannya.

Di sela harinya dalam bekerja, [Name] menyempatkan dirinya untuk mencari dan menelaah tanaman obat. Begitulah harinya bekerja hingga enam tahun lamanya. [Name] bersyukur meskipun beberapa tanaman obat yang diincar telah tiada, namun [Name] masih mendapatkan beberapa tanaman obat. 

[Name] mengetahui secara pasti jika efeknya pasti tidak semaksimal mungkin. Namun [Name] tetap berupaya untuk merawat Ryuuzi semaksimal ia bisa. Untunglah hingga tahun keenam, Ryuuzi masih bertahan. [Name] berharap Ryuuzi dapat bertahan lebih lama lagi.

[Name] menyiapkan sup daging hangatnya. Langkahnya mendekat ke arah kamar Ryuuzi. Ia mengetuk dinding kamar. Hal itu dikarenakan tidak adanya pintu di sana. [Name] berujar, "nii-sama, ayo sarapan!"

[Name] mengerutkan dahinya. Tidak seperti biasanya, Ryuuzi tidak lekas menjawab. Lagi, [Name] kembali mengetuk lebih keras. Ia berujar, "nii-sama, aku ijin masuk!"

Kembali, tidak ada jawaban.

Segera, [Name] bergerak masuk ke dalam kamar Ryuuzi. Gadis itu terperangah. Keadaan Ryuuzi sangat mengkhawatirkan. Darah berceceran di kasur dan pakaiannya dengan keadaan Ryuuzi yang pingsan. [Name] segera mengganti pakaian atas Ryuuzi dan membawanya ke rumah sakit.

Meskipun jarak rumah [Name] dengan rumah sakit cukup jauh, untungnya tubuh [Name] mampu membopong tubuh Ryuuzi. Selain dikarenakan kekuatan ototnya meningkat, berat badan Ryuuzi tidak condong memiliki peningkatan yang signifikan.

Obat yang [Name] buat tidak mengurangi rasa sakit dan efeknya secara signifikan. Keterbatasan biaya adalah permasalahannya. Sampai kemarin siang, dirinya hanya mampu menghidupi keseharian dan menyisakan sedikit tabungan.

[Name] menghembuskan nafasnya panjang kala mendapati perkataan dokter untuk merawat inapkan kakaknya. [Name] menganggukkan kepalanya.

Saat ini yang terpenting adalah kesehatan Ryuuzi. [Name] masih memiliki tabungan yang sedikit membantunya membayar biaya perawatan Ryuuzi.

Syukurnya, [Name] mendapatkan tawaran untuk kerja di malam hari sebagai penjaga kediaman mewah untuk sementara waktu. Tawaran yang hadir akibat [Name] menyelamatkan putra tunggal dari pemilik kediaman.

Setidaknya, sumber pendapatan [Name] bertambah. [Name] bisa bekerja di kebun nenek dari pagi hingga sore selanjutnya sebagai penjaga kediaman pada malam hari.

Maret, 2024

[COMPLETED] The Wasted One [Sasuke X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang