Bergabungnya [Name] dalam tim Hebi sudah terhitung lebih dari satu hari. Semula, tetap, Sasuke menyangka bahwa itu adalah perasaan kagum. Kagum karena kemampuan dan kasih sayang yang dimiliki oleh [Name] kepada orang lain. Kasih sayang yang begitu mirip dengan kasih sayang yang diberikan oleh kakaknya.
Namun, ketika ia melihat [Name] cukup pandai membaur dan tertawa bersama Suigetsu, rasanya Sasuke ingin membakar Suigetsu. Seperti saat ini, Sasuke melihat [Name] tertawa bersama ketika mengumpulkan kayu bakar.
Sasuke menatap datar keduanya. Bibirnya terbuka. Memanggil seseorang. "Juugo!"
Seketika Juugo datang dan hadir di sebelah Sasuke. "Ada apa?"
Sasuke berdecak. "Sudahlah! Beritahu semuanya untuk cepat kemari!"
Lalu, Juugo menganggukkan kepalanya. Laki-laki itu berjalan menjauhi Sasuke dan bergerak menghampiri rekan timnya.
Sama seperti biasanya, [Name] begitu cekatan dalam mempersiapkan makan malam. Dengan lembut, ia menawarkan makanan kepada semua orang tentunya membuat Sasuke menghembuskan nafasnya lelah.
Bahkan ketika Karin menyindirnya seperti, "menurutmu kita tidak bisa mengambilnya sendiri? Ini bukan makananmu saja? Mengapa kau tawarkan kepada kami?"
[Name] hanya diam. Namun, keesokan harinya, ia mengulanginya tapi tidak kepada Karin.
Sebenarnya, Sasuke juga mempertanyakan hal yang sama.
Mengapa [Name] sebaik ini dengan orang lain? Bukankah menyediakan makanan saja sudah cukup? Mengapa harus menawarkannya seperti ini?
Bagi Sasuke, rekan tim hanyalah orang yang berguna terkecuali [Name]. Rekan tim tidak lebih dari itu. Tindakan [Name] membuat Sasuke heran. Tindakan yang menurutnya terlalu baik.
Bahkan seperti saat ini, Suigetsu merasa kurang dengan lauk yang ia dapat. [Name] memberikannya tanpa syarat. Ia berujar, "aku sudah kenyang. Makanlah!"
Suigetsu berseru senang. "Terima kasih, [Name]!"
Suigetsu melirik ke arah Karin seraya berujar, "[Name] baik hati sekali!"
Karin berdecak. Sebelum ia mengeluarkan omelan panjangnya, [Name] mengingatkan, "tidak boleh seperti itu, Suigetsu!"
Lalu, [Name] berdiri. Berniat beranjak dari tempat mereka membakar ikan. "Aku mau ke sungai dahulu!"
Karin berdecak. "Sana! Jangan kembali lagi!"
[Name] terkekeh pelan. Ia segera melangkahkan ke arah sungai dan berniat mengambil air sungai dan memasaknya untuk penjagaan jika ia haus di perjalanan.
Sasuke yang melihat [Name] keluar seperti melihat kesempatan. Sasuke segera berdiri. Melangkahkan kakinya menjauh dari rekan timnya tanpa pamit. Mendekat ke arah [Name].
Sasuke menarik lengan [Name] untuk menjauh dari sungai dan mencari tempat yang sepi. Tempat yang cocok untuk berbicara diantara keduanya.
[Name] mendongakkan kepalanya. "Ada apa, Sasuke? Ada yang perlu kau bicarakan padaku?"
Bingo! Bagaimana perempuan di hadapannya bisa menebak langkahnya?
[Name] mengaktifkan byakugannya dan mematikannya kala selesai mengamati lingkungan sekitar.
"Yang lain masih di tempat yang sama, Sasuke. Jika kau mau mendiskusikan hal penting berdua, kusarankan untuk dilakukan segera."
Sasuke berdecak. Lalu, memegang erat kedua lengan [Name]. Menatap mata [Name] yang tertutup dengan kain hitam. Bibirnya melontarkan hal yang mengganjal hatinya selama beberapa tahun belakangan ini.
"[Name], jangan mendekati laki-laki selain aku!"
Lalu, Sasuke mengecup bibir [Name]. [Name] terperangah untuk sesaat dan meraba bibirnya yang dikecup oleh Sasuke. Gadis itu mengernyitkan dahinya.
Dengan helaan nafas panjang, ia bertanya, "mengapa kau ingin aku seperti itu?"
Sasuke terdiam.
Sekali lagi, [Name] menghela nafas lelah. "Sasuke, setidaknya beritahu aku alasannya agar aku tidak menganggapmu melecehkanku secara kurang ajar seperti ini."
Lagi, Sasuke tetap terdiam.
[Name] mulai beranjak dari tempat keduanya. "Baiklah kalau kau tetap mau diam. Untuk perbuatan kurang ajar pertamamu ini aku maafkan. Selanjutnya, mungkin kau akan menemui versi diriku yang lain. Aku duluan, Sasuke!"
Begitu melihat [Name] yang telah melangkah beberapa jarak dari Sasuke, Sasuke segera mencekal lengan [Name]. [Name] terdiam. Menunggu respon Sasuke selanjutnya.
Tak disangka, Sasuke kembali mengecup bibirnya. Kali ini, bukan kecupan ringan seperti tadi. Ini kecupan dalam, atau lebih tepatnya ciuman satu arah. Sasuke menciumnya dengan paksa.
Emosi [Name] memuncak. Gadis itu tidak suka dipermainkan seperti ini. Untuk hal lain, mungkin [Name] tidak bermasalah memaafkannya karena tidak keluar batasan. Namun, ini sudah keluar batas!
Tangan kanan [Name] sudah siap hendak menampar Sasuke. Akan tetapi, hal itu diurungkan dengan adanya kalimat lanjutan dari Sasuke.
"Aku mencintaimu, [Name]. Aku sungguh mencintaimu."
[Name] terkesiap. Ia menatap Sasuke dengan datar, dan bertanya, "itu mungkin, namun mengapa? Mengapa kau menyukaiku? Aku tidak punya sesuatu yang menarik sama sekali."
"Karena kau adalah orangnya."
[Name] terdiam sejenak. Lalu, ia berujar, "terima kasih telah mencintaiku, tapi ijinkan aku untuk memikirkannya dahulu. Aku permisi. Aku akan menyiapkan air untuk perbekalan."
[Name] meninggalkan Sasuke yang tengah mematung di tempat dan melenggang ke arah danau. Melanjutkan kegiatan yang terjeda.
Tentu [Name] terkejut. Ia tidak pernah mendapatkan pengakuan seperti ini sebelumnya. [Name] tidak percaya dengan kata cinta. Mungkin saja yang dirasakan oleh Sasuke adalah ketertarikan semata bukan cinta karena [Name] bukanlah sosok yang pantas untuk dicintai.
✧-'-✧
Selama satu minggu penuh, [Name] menjauh dari Sasuke. Menggunakan wajah baik seperti biasa bukanlah hal yang sulit untuk menyembunyikan wajah asli dirinya yang jauh dari kata baik-baik saja.
Sasuke yang melihatnya pun sadar. Sadar akan [Name] yang menjauhi dirinya. Dengan tidak sabar, Sasuke menyeret [Name] ke tempat sepi kala tim Hebi usai mendiskusikan rencana penyerangan dan pertahanan.
[Name] memaksakan senyumnya. "Ada apa, Sasuke?"
Sasuke yang menghadap ke arah [Name] langsung luruh dan mengistirahatkan kepalanya di pundak kiri [Name]. Tak lupa, lelaki itu memegang erat kedua lengan atas [Name].
Dengan lirih, ia bertanya, "apakah perasaanku membebanimu sehingga kau menjauhiku?"
[Name] tersentak. Sasuke sadar akan hal itu? Di kehidupan masa lalunya, ia sering menghindari orang ketika merasa tidak nyaman dan orang itu tidak sadar ketika [Name] menarik diri dari kehidupannya.
Apakah itu karena perbedaan rasa? Orang yang dijauhi [Name] di kehidupan masa lalunya tidak menganggap [Name] penting tentunya. Sementara Sasuke mungkin berbeda.
[Name] tersenyum simpul. Tangan kanannya menepuk punggung Sasuke. Ia mengambil nafas panjang. "Sasuke, aku menghargai perasaanmu. Aku sungguh menerimanya. Namun, rasanya aku kurang pantas untukmu. Kau bisa memilih sosok yang lebih pantas lagi dariku."
Sasuke seketika langsung mendongakkan kepalanya. Ia menatap wajah [Name] dengan tatapan tidak percaya. "Siapa yang menegaskan hal itu padamu? Aku memilihmu karena kaulah orangnya. Cepat bilang siapa, lalu aku akan-"
[Name] meletakkan jarinya di bibir Sasuke. Dengan lembut, ia berujar, "tidak perlu seperti itu, Sasuke. Hidupku memang tidak sebermakna itu hingga pantas dicintai orang lain."
Sasuke menggenggam telapak tangannya. Lalu, mendekatkan bibirnya ke telinga [Name]. Ia berbisik, "akan kuperlihatkan kesungguhanku dan bagaimana layaknya kau dicintai olehku."
Maret, 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] The Wasted One [Sasuke X Reader]
Fiksi Penggemar[Anime Fanfiction | Short Story Series | The New Izumi's Side Story] Cover cr: pinterest Keira Asadina adalah sahabat karib dari [Name] Canary atau yang sering dipanggil Keira sebagai Aria di tempat kerjanya. Keira adalah sosok yang lebih suka menge...