12. Masih Ada Kesempatan Kedua

143 15 9
                                    

Happy Reading

"Chris, katanya mau cari Janggala. Kok ke rumah sakit?" tanya Wendy bingung setibanya ia di rumah sakit tempat Janggala dirawat.
Netranya menelisik ke arah bangku tempat pasien dan pendampingnya menunggu antrian.

"Katanya mau ketemu Janggala." Jawab Christy datar tanpa menoleh ke arah Wendy. Gadis itu menatap lurus ke depan tanpa memperdulikan keduan temannya.
Sementara itu, Kevin yang juga ikut menjenguk Janggala justru membisu. Sejak Christy memberitahu tentang peristiwa yang menimpa Janggala saat di sekolah tadi, remaja berkulit pucat itu tak banyak bersuara dan cenderung sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Emang Janggala disini?" tanya Wendy polos.

"Menurut lu?" tanya Kevin jengah. Pemuda itu mendengus setelah menjawab pertanyaan Wendy. Dari nadanya sudah terlihat jika ia tidak menyukai gadis bob tersebut.

"Santai aja napa si? Gue cuma nanya juga." jawab Wendy sewot.

"Udah-udah. Jangan berantem, ganggu yang lagi sakit." lerai Christy. "Tuh udah ada keluarganya Janggala disana." lanjut Christy sembari menunjuk ke arah beberapa orang yang sedang duduk maupun berdiri menunggu didepan sebuah ruangan.

Netra tajam Wendy menyipit. Mencoba melihat nama ruangan yang tertulis lumayan besar diatas tempat tunggu pasien.

"Janggala masuk ICU?" Celetuk Kevin kaget.

Sama seperti Kevin, Christy dan Wendy pun terkejut mengetahui fakta itu. Tanpa berlama-lama ketiganya menghampiri ruang tunggu pasien.

Di tempat itu, Jacob tampak tertinduk lesu dengan bahu bergetarnya. Sedangkan Teressa, wanita itu terlihat sedang mencoba menenangkan Jacob yang terisak.

"Om? Om kenapa?" Tanya Kevin setibanya mereka di depan ruang ICU.

Teressa yang memang tidak pernah bertemu dengan mereka mengernyit bingung. "Kalian siapa ya?"

"Kami teman sekolahnya Janggala tante. Janggalanya bisa dijenguk ya?" Jawab Christy bersemangat sekaligus belum mengerti situasi yang terjadi. Gadis itu sudah membayangkan akan kembali berbincang dengan Janggala yang irit bicara, namun jawaban Jacob seolah mematahkan jiwanya.

"Janggala sudah tidak disini. Dia sudah pergi ke Surga. Janggalaku pergi.....Janggalaku......." racau Jacob. Pria tinggi itu kini menangis tersedu-sedu. Penampilannya tampak berantakan. Rambut gondrongnya tampak mencuat di beberapa bagian karena beberapa kali ditarik untuk melampiaskan emosinya.

"Mas, udah mas. Biarin Janggala tenang ya." hibur Teressa dengan suaranya yang bergetar.

"Hah? Apaan sih? Om tante jangan bercanda." protes Kevin.

"Bajingan! Omongan lu dijaga jing!" umpat Wendy. Gadis itu dengan spontan menampar mulut Kevin yang kini terdiam seribu bahasa. Tatapan matanya tampak kosong seolah tanpa emosi.

"Ga, ga mungkin. Janggala ga mungkin pergi." gumam Christy tidak percaya. Netranya seketika mengembun tak tertahankan. Hingga tak lama kemudian tangisan gadis berparas ayu itu pecah.

"Keluarga ananda Janggala. Apakah peralatan medis ananda sudah bisa kami lepaskan? Kasihan almarhum jik-"

"ANAK SAYA BELUM MATI!" Bentak Jacob. Pria jangkung itu memberontak dari pelukan Teressa, hendak meninju dokter yang kini bergerak mundur ketakutan.

"JACOB! Jangan seperti ini." tegas seorang pria lansia berwajah blasteran, Greg, ayah Jacob yang baru saja tiba bersama Gayatri. Pria yang masih tampak kekar di usia senjanya itu menahan tubuh bongsor Jacob yang begerak tak beraturan.

"Janggala masih hidup, dad. Janggala belum mati." denial Jacob, tubuhnya melemas setelah mengatakan itu.

"Ya Tuhan, Wira...." gumam Gayatri yang sudah tak kuasa menahan air matanya. Wanita paruh baya itu sudah terisak sejak ia tiba."Apa sudah tidak ada lagi kesempatan untuk Wira?" tanya Gayatri penuh harap.

Janggala Ingin Pulang [Park Jisung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang