11

84 9 6
                                    

Sepulang sekolah, minato mengikuti yori, yang entah akan pergi kemana. Karna Minato penasaran, ahirnya minato pun memanggil nyaa, ingin menanyakan

"Yori" Panggil nya dari belakang yori. "Tunggu" Lanjut nya, minato lalu menghampiri yori.

Yori lalu berbalik badan,dan hanya menatap nya, melihat minato yang akan menuju kesini.

Satu tarikan nafas minato keluarkan "kenapa kamu membiarkan ku seperti ini? Aku ada salah apa lagi? Maaf kalo ada salah, maaf" Ujar nya dengan penuh penyesalan.

"Gak usah minta maaf, minato gak salah" Jawab yori tanpa ekspresi

"Tapi, minato sedih, minato sedih, sakit hati, di biarin sama yori seperti ini" Ucap nya dengan lirih,minato lalu menjatuhkan kepalanya di dada kanan yori

"Maaf,jika sikap yori membuat minato sakit hati,yori masih bersama minato, cuma yori ahir ahir ini sibuk" Jelas nya, dengan di ahiri senyuman hambar nya,dan tepukan pelan di bahu minato. "Yori pergi dulu ya,yori janji,jika hari libur kita bertemu di kereta" Lanjut nyaa, lalu yori pergi melangkah kan kakinya dengan ragu,meninggalkan minato sendiri.

Minato memandang kedua bahu yori, hingga bahu itu tidak terlihat lagi, menghilang dari pandangan nyaa...

"Yori gak mau, yori gak mau jika minato lebih sakit dari ini. Aku tidak tau,entah apa yang harus kulakukan sekarang. Yori mencintaimu, minato. Yori sayang sama minato, yori akan selamanya ada di hati minato. Meski raga dan jiwa yori sudah tidak ada" Batin nya dengan dada yang sesak, air mata yang sedari tadi yori bendung, kini keluar membasahi kedua pipi nya. Sekarang, dirinya hanya bisa menikmati hidupnya tanpa banyak masalah, tapi apa boleh buat?masalah selalu datang, dan tak pernah usai.

Sesekali yori mengelap air matanya.Awan kini mulai berubah menjadi warna hitam pekat, kilatan kilatan terlihat di balik awan hitam,dengan guntur terus terdengar di telinga yori. Tetesan demi tetesan air hujan keluar, hingga menjadi deras nya.

Membuat baju yori menjadi basah kuyup, kini tangisan itu tersamarkan oleh air hujan.Dia berdiri dengan perasaan nya yang hancur,rasa sakit nya menjadi dua kali lipat. Rasanya hati nya remuk,yori tidak bisa mengharapkan siapapun lagi, bahkan dirinya, sudah tidak bisa lagi yori harapkan.

Yori berjalan di pinggir trotoar, dengan hujan yang masih melanda dengan deras nya.

Tiga tiba, di atas kepalanya ada teduhan payung yang melindungi kepalanya hingga ke ujung kaki. Yori, dia membalikan tubuh nya kebelakang, melihat sosok pria tampan yang memegang payung nya,tanpa melindungi kepalanya sendiri.Tubuh nya terbalut jas hujan yang melekat di rambut nya yang basah kuyup akibat berlari membawakan payung untuk yori.

Dia, dia minato.

"Kenapa kau hujan hujanan, nanti kau sakit. Yori" Ujar nyaa. Minato memandang wajah yori yang sudah putih pucat, dan seluruh tubuh nya menjadi dingin. Tatapan nya menatap kosong.

"Ayo pulangg,sudah kuduga, kamu pasti seperti ini, ada masalah apa?" Tanya minato dengan pelan. Yori, dia masih terdiam kaku, memikirkan sesuatu yang selalu menghantui nyaa setiap saat.

Sepanjang jalan menuju rumah yori,dia tetap saja diam tanpa mengeluarkan suaranya. Tatapan nya begitu sendu.

Jam menunjukan pukul 7 malam.

Bibir nya bergetar, merasakan udara dingin yang menusuk kedalam tubuh nya.

Minato lalu mendudukan tubuh yori di sofa,dan dia segera mengambil baju ganti dan handuk kecil untuk yori.

Dengan pelan minato mengeringkan rambut yori, mengunakan handuk kecil nya.Helaan nafas minato keluarkan, sikap yori kali ini benar benar membuat nya kawatir.

segenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang