Aku terbangun dan ku dapati Wendy sudah tidak berada di sampingku, aku bergegas bangun dan keluar kamar. Aku tidak melihat siapapun di ruang tengah dan dengan segera mencari Wendy ke sekeliling rumah, di lantai 3, di luar rumah dan di kamarnya. Aku menghela nafas panjang berusaha tenang, dalam hati membodohi diri sendiri karena hari ini adalah hari kepergiannya dan bisa-bisanya aku tertidur begitu nyenyak.
"mencari Wendy?" suara Patricia membuatku tersentak.
"di mana dia?" tanyaku.
Patricia tersenyum licik, dia menghampiriku dan membuatku dengan spontan menjauh. Aku sedikit memiliki trauma padanya dan tidak ingin ada sesuatu yang terjadi lagi. Dia bahkan tidak langsung menjawab pertanyaanku dan hanya menatapku dengan tatapan aneh.
"aku bertanya padamu, di mana Wendy?" aku bertanya sekali lagi.
"tentu saja dia sudah pergi, 2 jam yang lalu" jawab Patricia sembari melihat ke jam tangannya.
"dia pergi ke mana?" aku hampir tidak dapat menahan air mata.
"aku pun tidak tahu ke mana ayah menbawanya pergi" jawab Patricia.
"kamu bohong!" sahutku.
Aku berjalan ke kamar mengambil ponsel dan kembali ke ruang tengah, aku mencoba untuk menghubungi Wendy.
"percuma, ayah tidak mengizinkannya membawa ponsel" ucap Patricia dan ku lihat ponsel Wendy berada di tangannya.
"ayahku sengaja menghukumnya, membawa dia pergi dan meninggalkan semua yang ada di sini. Dia akan menjalani kehidupan yang baru dan memperbaiki hidupnya yang hancur" tambah Patricia.
Aku kembali menghela nafas, air mataku kini tidak dapat terbendung. Aku mendekat ke Patricia, menggenggam tangannya.
"aku mohon katakan ke mana dia pergi" ucapku yang kini air mata sudah membanjir.
"aku sudah katakan bahwa aku juga tidak tahu. Waah sayang sekali padahal aku sangat ingin membantu tapi apalah dayaku" sahut Patricia masih dengan wajah liciknya.
Percuma aku berharap pada saudaranya yang tidak pernah peduli, sampai kapanpun dia tidak akan pernah memberitahuku walaupun sebenarnya dia tahu.
Aku kembali ke kamar melihat sekeliling berharap Wendy menaruh pesan sebelum dia pergi, namun semuanya nihil. Wendy tidak meninggalkan apapun kecuali kenangan terakhir saat dia tidur denganku semalam. Aku tidak tahu apakah dia memang sejahat itu tidak memikirkan perasaanku atau dia sengaja melakukannya agar aku dapat melupakannya dan menghapus kenangan singkat bersamanya.
==========
Aku keluar dari kamar dan menguncinya, sekali lagi ku hela nafas panjang setelah mengeluarkan semua sesak dan kesedihan karena kehilangan Wendy. Tidak tahu-menahu tentang dia mulai sekarang, entah hati ini akan aku bawa ke mana.
"kamu mau ke mana?" tanya Patricia saat melihatku dengan ransel dan koper yang aku bawa.
Aku berjalan menghampirinya, ku tatap wajahnya dengan kesal kemudian memberikan kunci kamar padanya.
"aku pergi, aku akan mencari tempat tinggal baru" jawabku.
"maksudmu?" Patricia terlihat bingung.
"aku sudah berjanji pada diriku jika Wendy pergi maka aku juga akan pergi dari rumah ini. Sekarang sudah tidak ada lagi yang bisa aku harapkan, aku sudah tidak bisa bertemu dengannya. Satu hal lagi, aku sangat menyukainya" ucapku.
Patricia menghela nafas dan geleng kepala.
"kamu sudah memiliki tempat tinggal baru? aku tidak masalah jika kamu tinggal di sini, aku juga tidak akan mengganggumu" ucap Patricia.
Aku tidak menjawab ucapannya dan kemudian langsung bergegas keluar dari rumah. Di luar, aku kembali menatap rumah yang selama ini menjadi tempat tinggalku dan membuat airmata kembali jatuh.
Aku ingat saat Wendy menyelesaikan tugasku, aku ingat saat dia tersenyum senang ketika menerima hadiah dariku, aku ingat saat dia menangis di pelukanku, aku ingat saat dia menyatakan perasaannya padaku, aku ingat ketika dia menciumku.
Namun, sekuat apapun aku mengingat kenangan itu tidak akan pernah membuat dia kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angels Like You
FanfictionKetika semua harus dipaksa untuk mengerti dengan keadaan