"dua sandwich, americano dan greentea" ucap barista sembari menyerahkan pesananku.
Pagi ini aku akan menemui Wendy karena tidak ada kuliah hari ini, aku senang karena bisa menemaninya dan mungkin dapat menghabiskan waktu bersama seharian. Entah, sejak aku tahu masalah yang dialaminya aku jadi semakin ingin mengenalnya lebih dekat. Walaupun tidak dapat membantu secara finansial setidaknya ada orang yang dapat mendengarkan keluh kesahnya.
Aku berjalan memasuki lobby guest house dan menyapa resepsionis kemudian langsung pergi ke kamar Wendy, aku mengetuk pintu kamarnya beberapa kali namun tidak ada tanda-tanda bahwa pintu akan dibuka. Aku kemudian memutuskan untuk meneleponnya dan terdengar suara dering telepon dari dalam kamar.
"dia masih tidur?" aku bicara sendiri.
Karena tidak ingin mengganggu akhirnya aku kembali ke lobby dan meminta key card cadangan pada resepsionis.
Aku kembali ke lantai di mana kamarnya berada dan kemudian membuka pintu kamarnya perlahan. Benar saja, Wendy terlihat masih berada di dalam selimut dan tidur dengan nyenyak. Dia bahkan tidak menyadari bahwa aku berada di dalam kamar.
Perlahan aku meletakkan makanan yang aku bawa dan duduk di sofa, aku dapat melihat wajah Wendy dengan jelas dan tidak membiarkan cahaya matahari masuk dari celah gorden agar dia tidak terbangun.
"bagaimana Tuhan bisa menciptakan wanita secantik ini?" gumamku.
Seketika aku tersadar dengan apa yang aku gumamkan, aku tersenyum karena sebelumnya tidak pernah kagum dengan wanita.
Ku lihat Wendy menggeliat dan sedikit membuka matanya.
"selamat pagi..." ucapku tersenyum.
Dia sedikit terkejut ketika sudah membuka mata sepenuhnya dan melihatku, dia berusaha menutupi tubuhnya dengan selimut.
"aah maaf aku langsung masuk" ucapku merasa tak enak karena ku sadari Wendy tidak mengenakan pakaian.
"aaah tidak apa-apa, maaf aku memang sering tidak berpakaian kalau tidur" jawab Wendy yang terlihat sibuk mencari pakaiannya.
Aku mengalihkan pandanganku ketika dia sedang memakai pakaian, rasa canggung terlintas dan membuatku sedikit salah tingkah.
"apa yang kamu bawa?" tanyanya berjalan mendekatiku kemudian duduk di sofa.
"aku membawakan sarapan dan juga kopi" ucapku sembari mengeluarkan sandwich dari tempatnya.
"tidak ada kuliah hari ini?" tanya Wendy yang langsung melahap sandwich, aku hanya menggeleng menandakan jawaban atas pertanyaannya sembari memperhatikan dia makan.
"wow ini enak! cobalah!" ucap Wendy yang kemudian menyodorkan sandwich yang sudah dia makan di depan mulutku, tentu membuatku terkejut.
"masih ada satu lagi, aku makan yang ini saja" ucapku mengambil sandwich di meja.
"tidak, aku tahu rasanya berbeda. Kamu harus mencoba yang ini" Wendy memaksa, ku lihat dia merobek roti sandwich dan kemudian menyuapiku.
Aku tidak dapat menolak dan membiarkan sandwich dan sedikit jarinya masuk ke dalam mulutku. Perlakuannya membuatku terkejut ditambah dia menjilat jarinya setelah menyuapiku.
"enak 'kan?" tanyanya.
"hmm, iya ini enak" jawabku tersenyum salah tingkah.
"apa rencanamu hari ini?" tanya Wendy.
"hmm, aku belum memikirkannya. Apakah kamu sudah lebih baik?" tanyaku mencemaskannya.
"aku bersyukur karena kamu, jika kamu tidak ada aku tidak tahu akan menjadi seperti apa dirimu" jawab Wendy tersenyum menatapku lekat.