Arkan terbangun dari tidurnya walau sekarang masih jam tiga, ia sengaja karena ingin melaksanakan shalat tahajud. Memang sudah rutinitas sehari-hari Arkan dimana pada jam tiga dia akan bangun melaksanakan shalat tahajud, kemudian tidur dan bangun lagi jam setengah lima untuk melaksanakan shalat subuh di masjid yang tak jauh dari rumahnya.
Arkan menuju kamar mandi kemudian berwudhu dan melaksanakan shalat tahajud. Setelah itu ia akan berdzikir dan memanjatkan doa-doa dan hajatnya.
Zhafa juga tengah melaksanakan shalat tahajud, sebenarnya ini baru pertama kalinya Zhafa melaksanakan shalat tahajud. Dia kemudian berdzikir dan berdoa kepada Allah SWT. agar diberikan perlindungan dan petunjuk jalan yang benar.
Setelah melaksanakan shalat tahajud, Zhafa beranjak dari duduknya dan berjalan menuju balkon yang terdapat di luar kamarnya.
Zhafa duduk di sebuah kursi kecil yang ada di balkon, Zhafa menghirup udara segar dan menghembuskannya pelan. Kemudian tersenyum kecil memandangi bintang-bintang yang bersinar terang di langit.
Tanpa sepengetahuan Zhafa ternyata Arkan yang juga berada di balkon sebelah kamarnya tengah menatapnya dengan tatapan penuh makna, kemudian Arkan beranjak ke dalam kamarnya sebelum Zhafa melihat keberadaannya.
~~~
Pagi-pagi sekali Arkan sudah bersiap-siap untuk berangkat ke kantor, sedangkan Zhafa baru saja selesai mandi dan tengah mengenakan pakaian gamis simpel yang diberikan oleh bi Lastri yang katanya Arkan yang membelinya khusus untuknya.
Sebenarnya Zhafa tidak terlalu suka mengenakan baju syar'i seperti ini, tetapi mau bagaimana lagi hanya ini yang diberikan untuknya. Ketika di luar Zhafa juga hanya suka mengenakan kaos oblong dan celana jeans panjang tanpa menggunakan jilbab, tapi mulai sekarang Zhafa berniat untuk menutup auratnya, mungkin Zhafa sudah diberikan hidayah.
Tok tok tok
Zhafa yang tengah bercermin menoleh ke arah pintu, segera ia beranjak dari duduknya dan membuka pintu. Terlihat seorang pria tinggi yang memakai kemeja putih dipadukan celana dan jas hitam. Di tangan kirinya terdapat sebuah arloji, pria itu sangat tampan, hidungnya mancung, bulu matanya lentik, matanya bagus, bibir tipis yang berwarna pink cerah, kulitnya putih dan bersih, rambutnya yang hitam dan berkilau, membuat siapa saja yang memandangnya tak akan bisa memalingkan wajahnya karena saking sempurnanya pesona pria yang berada di depan Zhafa sekarang.
Zhafa hanya diam terpaku dengan pesona dari pria yang berada dihadapannya. Dia Muhammad Arkan Cheza, pria yang menolong Zhafa di klub malam itu.
"Hey,"ucap Arkan sambil melambaikan tangan kanannya di depan wajah Zhafa. Zhafa yang di tegur pun langsung gelagapan.
"H-hai, namaku Zhafaya Naraya Almeizha,"ucap Zhafa seraya mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan pria di hadapannya.
"Maaf bukan muhrim, kalo saya Muhammad Arkan Cheza, panggil Arkan aja,"ucap Arkan seraya mengatupkan kedua tangannya. Zhafa pun langsung menarik tangannya dengan cepat karena malu dengan Arkan.
"Oh, jadi Bapak yang udah nolongin saya di klub itu yah,"ucap Zhafa sambil tersenyum manis kepada Arkan.
"Iya, saya yang udah nolongin kamu. Kamu nggak usah panggil saya Bapak karena saya belum tua, saya masih muda kok,"ucap Arkan datar.
"Hehehe maaf kalo gitu, jadi saya panggilnya apa?"ucap zhafa seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Panggil Arkan aja,"kata Arkan masih dengan wajah datarnya.
"Oh, oke Arkan,"ucap Zhafa dengan wajah penuh semangat.
Arkan yang sedari tadi hanya menampakkan wajahnya yang datar, sama sekali ia tak menyunggingkan senyum kepada Zhafa, Zhafa pun merasa tidak nyaman dengan kondisi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Asmara Kita
RomanceDia hampir dilecehkan di klub oleh para lelaki di malam itu, tapi untung saja ada seorang pria baik hati yang menyelamatkan dirinya dari para lelaki hidung belang itu. Hingga akhirnya dia mempunyai rasa terhadap pria itu dan tanpa ia ketahui bahwa p...