Di ruangan televisi Elin sedang menonton acara kartun favoritnya ditemani oleh Djanu. Jarang sekali Djanu berada di Apartment milik Kakaknya itu, sering kali ia berada di Kost Kalendra sambil mengerjakan tugas kuliahnya. Tapi, terkadang bukan tugas kuliah yang mereka kerjakan, sesuatu hal yang perlu diperbaiki dan hanya mereka yang bisa melakukannya. Dan juga berkumpul bersama teman-teman segeng mereka.
"Kalian berdua!" Panggil Rebecca yang berada di Dapur.
Kedua adiknya itu segera menoleh ke belakang.
"Ayo bantu Kakak buat cookies."
Elin yang mendengarnya segera beranjak dari sofa, berlari ke dapur. Membuat kue ataupun makanan lainnya bersama adalah kegiatan favorit bersama Kakaknya. Djanu masih bersandar di sofa, malas mengikuti kegiatan itu.
"Janu! Cepetan, biasanya paling semangat."
"Iya, Kak, iya." Djanu berjalan sempoyongan ke arah dapur. Segera memakai apron ataupun sering disebut sebagai celemek, berwarna hitam.
Baiklah! Semua sudah siap untuk membuat cookies. Elin dengan gesit mengambil alat yang diperlukan dan menaruhnya di atas kitchen island atau disebut meja dapur yang digunakan sebagai pengganti meja makan, penyedia tempat penyimpanan ekstra, bahkan diperuntukkan sebagai bar mini. Rebecca menyiapkan bahan-bahan, terakhir Djanu mengambil mixer yang berada di kabinet bawah dapur.
Pertama-tama, Rebecca melepaskan mangkuk mixer agar lebih mudah saat memasukkan bahan-bahan, ia menuangkan tepung terigu sekitar 400gr, tepung maizena 30gr, mentega 200gr. Elin memecahkan 2 telur, membuka plastik brown sugar cukup digunakan sebanyak 160gr, dan memasukkannya ke dalam mangkuk mixer bersamaan dengan bahan lainnya.
Astaga! Djanu tidak sengaja menumpahkan tepung di meja dapur, lihatlah! Semuanya berantakan, muka dan celemek mereka bertiga dikotori oleh tepung.
"ABANGGG! BARU JUGA MULAI!" Teriak Elin kesal karena ulah Kakak laki-lakinya.
"DJANUAR PUTRA PANGESTU!" Rebecca meneriaki Djanu dengan nama panjangnya, menatap tajam kearah adik laki-laki yang saat ini memasang muka tidak berdosa.
Djanu menyengir lebar. "Hehe, cantik kok, pake bedak alami."
Rebecca melemparkan spatula silikon ke arah Djanu. Djanu menunduk, menghindari serangan maut kakaknya itu.
"SORRY KAK, GAK SENGAJA AKU, SUMPAH!" Ucapnya dengan kedua tangan menyatu, meminta maaf.
Rebecca menarik nafasnya panjang, tetap sabar, menahan emosi menghadapi kelakuan adik laki-lakinya. Saat kekacauan ini berlangsung tidak lama kemudian suara bel Apartment berbunyi.
"Mending kamu bukain pintunya, sana!" Titah Rebecca kepada Djanu. Yang disuruh segera hormat kepada Rebecca dan cepat-cepat berjalan ke arah pintu.
Djanu membukakan pintu, ia terkejut karena seseorang dihadapannya itu.
"Halo, Djanu." Seseorang itu menyapa dan tersenyum kearah Djanu.
Djanu segera menyalami tangan pria yang dihadapannya, "Kak Gala, ayo masuk." Ia mempersilahkan tamunya itu untuk masuk ke dalam.
Djanu berjalan lagi ke arah dapur diikuti oleh tamu yang akan mengejutkan semua orang yang ada di dalam Apartment.
"Waduh, berantakan banget. Ulah siapa ini?" Laki-laki itu mengomentari tentang dapur yang berantakan oleh tepung. Dengan percaya diri Djanu mengangkat tangannya, kepercayaan diri yang membuat Rebecca kesal.
"KAK GALA!" Elin berteriak senang saat tahu siapa yang datang.
Rebecca tidak merespon apapun, ia sudah tahu kalau tunangannya itu akan datang kemari. Manggala, pria yang berstatuskan sebagai tunangan Rebecca itu segera membantu kerusuhan yang ada di dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengapa Harus Hujan [BERSAMBUNG]
Roman pour AdolescentsElin, gadis yang sejak dulu selalu mempertanyakan hal yang sama tapi, jawaban yang sudah didengar berkali-kali bukanlah jawaban yang ia inginkan. Tidak rumit. Namun, keadaan yang membuat dirinya harus mencari kunci jawaban yang sebenarnya. Gadis itu...