Sebulan telah berlalu sejak kejadian tengah malam itu. Entah sudah berapa banyak chat dari si demit bercepol yang hanya kubaca dan sama sekali tidak kujawab.
"Yas, itu si Jame kamu apain sih? Pusing banget Mas Delta diteror terus sama dia."
"Hah?"
"Digantungin sama Kak Ayas tuh, Mas." sahut Kyiv.
Aku langsung melempar bantal sofa yang ada di pangkuanku.
"Kyiv mah jangan didengerin, Mas Delta." ucapku.
"Lah emang bener sih. Giliran ada yang mau serius, Kakak malah kabur."
"Yaiyalah kalo yang mau serius modelan dia mah. Mana ada sejarahnya si demit bercepol itu serius dalam berhubungan."
"Kenapa sih nih? Ada apaan? Mas Delta jadi bingung. Coba ceritain, Ro."
"Jadi gini loh Mas Delta, sebulanan lalu apa ya. Pokoknya udah lama deh. Kak Ayas tuh pulang pagi kan."
"Mana ada pagi. Tengah malem ya itu." ralatku cepat.
"Lah orang udah jam dua pagi siih." sahut Kyiv lagi nggak mau kalah.
"Iya udah jam berapa lah terserah. Terusin ceritanya, Ro." ucap Mas Delta.
"Nah itu dia dianterin sama si Jamaikaa Syailendra itu, Mas."
Mas Delta langsung melirikku dengan lirikkan tajamnya, "Kok bisa?"
"Entah. Tau-tau pulang sama dia. Tapi Aero udah feeling sih pasti Kakak pulang dianter sama dia. Secara pengisi acaranya dia, terus Mas Delta update lagi anterin Bude Gendis ke mana tuh waktu itu aku lupa deh."
"Okay lalu?"
"Yaudah terus ketemu sama aku sama Papa juga. Ngobrol singkat, terus dia bilang mau serius sama Kakak." Kyiv melanjutkan ceritanya.
"Hah?!" seru Mas Delta kaget. Untung dia lagi nggak minum, kalau lagi minum pasti udah nyembur ke mana-mana tuh airnya.
"Iya dia bilang gini ke Papa, 'kalau Om merestui, saya mau serius sama anak Om'. Luar biasaa bukaann."
"Baru pertama kali ketemu kalian kan?" tanya Mas Delta.
"Iya, Mas. Gede juga nih nyalinya si Jamaikaa Syailendra."
"Kyiv, dipanggil Mama tuh." ucapku malas. Biar dia berenti berceloteh.
"Dih mana ada manggil. Mama aja lagi sibuk ngegosip sambil nyiapin makanan sama Bude di dapur."
"Ciyeee keponakan Bude yang paling cantik udah mau diseriusin sama cowook." suara Bude Gendis muncul.
"Ciyee sepupu Mas Cakra yang paling cantik diem-diem ternyata pacarnya artis." kali ini suara Mas Cakra.
"Iiihh apa siih, Bude sama Mas Cakra. Jangan percaya cerita Mama apalagi cerita si Aerokyiv ini."
"Lah gimana nggak mau percaya, emang kenyataannya gitu kan, Ro?" ucap Mama yang baru muncul.
"Betuulll!"
"Iiihh kok aku jadi dikeroyok gini sih. Nggak asik ah mainnya keroyokan."
"Ta, ini si Jamee yang sohib kamu itu kan?" tanya Bude Gendis.
"Iya, Mam. Nggak tau Delta juga gimana bisa mereka tau-tau sedeket itu."
"Ih enggak deket yaa, Mas Deltaaa. Dia nya aja yang sok-sokan deket sama aku tuh. Susah sih emang kalau cantik kayak aku gini mah."
"Idih idiiihh PDnya sundul langit kau, Kak." celetuk Kyiv.
"Dia baik kok, Yass. Walau sekarang udah jarang main ke rumah, tapi si Jame ini oke lah buat dijadiin pasangan."
"Yeehh Mama nggak tau aja kalo pacarnya Jame ada di mana-mana." sambar Mas Delta.
"Nah betul tuh, Bude!" seruku mengiyakan ucapan Mas Delta barusan.
"Ya selama belum ada yang diseriusin mah nggak apa, Ta. Itung-itung nyari yang terbaik buat diseriusin." Mas Cakra bersuara.
"Setujuuu, Mas Cakra!" seru Kyiv mengiyakan ucapan Mas Cakra.
"Nah ini kan mau serius sama Ayas." ucap Bude Gendis.
"Tenang aja, Yas. Kalau macem-macem, bodyguard-bodyguard kamu ini pasti maju paling depan." ucap Mas Cakra lagi.
"Kalau perlu sebelum serius beneran, kalian kasih tantangan dulu aja. Kalau bisa melewati tantangan-tantangan dari para bodyguardnya Ayas, baru deh bisa masuk ke Semestanya Ayas." kali ini Mama menyuarakan pendapatnya.
"Ish apaan sih padaa. Ayas nggak mau."
"Hilih nggak mau nggak mau tapi dianterin pulang ayo-ayo aja." ucap Kyiv.
"Lah kalau rejeki mah nggak boleh ditolak. Ada yang mau nganter pulang termasuk rejeki kan?" kilahku.
"Pada lagi ngomongin apa sih ini kayaknya seru banget."
Pakde Adam muncul diikuti Papa dan Mas Cio.
"Ini nih si Ayas udah ada yang mau seriusin." jawab Bude Gendis.
"Enggak, Pakdee. Jangan percaya."
"Lha yang ngomong Budemu kok. Pakde mah percaya aja sama istri." ucap Pakde Adam sambil tertawa.
"Ahh resee."
"Yang kamu ceritain itu, Ro?" tanya Mas Cio ke Kyiv.
"Iya betul, Mas."
"Kaget loh gue, Mas. Jam dua pagi, anak gue baru pulang. Dianter cowo yang gue belum kenal. Terus gue langsung ditembak 'saya mau serius sama anak Om'. Buset kagetnya nggak main-main dah." ucap Papa.
Mas Adam dan Bude Gendis juga Mama kompak tertawa.
"Terus lo jawab apa, Ga?"
"Udah sana kamu pulang dulu. Kayaknya kamu capek jadi ngomongnya rada ngawur ya. Tapi kalo beneran serius, coba besok balik lagi."
Semuanya langsung tertawa, kecuali aku.
"Panggilan Ayas buat dia apa, Ro" tanya Mas Cakra disela-sela tawanya.
"Demit bercepol atau apa gitu deh, Mas. Pokoknya ada demitnya." jawab Kyiv.
"Tuh kan panjang umurnya nih si Jamaikaa." ucap Mas Cakra.
"Kenapa emang, Mas?" tanya Mas Cio.
Mas Cakra langsung mengangkat ponsel yang menampilkan adanya panggilan masuk.
"Si demit bercepol is calling. Angkat jangan nih?" ucap Mas Cakra sambil terkikik geli.
Gusti nu aguuung! Emang dasar demit, munculnya nggak pake aba-aba, tetiba muncul. Somebody shoot me please..