01

285 50 18
                                    

HAI JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA YA!!!

•••




Terkadang pertemuan yang tidak di sengaja menjadi awal dari hubungan yang panjang.

••••



HAPPY READING!

Seorang gadis berambut panjang dengan beberapa luka di wajahnya mengayuh sepeda nya dengan semangat. Gadis berpakaian SMA itu baru saja pulang dari sekolah nya.

Gadis itu menatap di jalan gang sempit yang hanya bisa dilalui melalui jalan kaki, gang sempit yang terlihat gelap meskipun matahari sedang bersinar dengan sangat terang.

Ia menatap pemuda yang menggunakan peci berbaju Koko dengan sarung. Lalu matanya menatap pemuda yang juga berpakaian sama dengan nya, ia menatap lambang sekolah di lengan pria itu yang ternyata mereka berada di satu sekolah.

Gadis itu memberhentikan sepedanya memperhatikan mereka, namun mereka yang menjadi perhatian nya tidak menyadari keberadaannya.

Dia memperhatikan pria yang memakai baju SMA sedang menarik kerah pria yang menggunakan baju Koko. "Cepat serahin duit elu kalau lu mau pulang dengan wajah mulus."

Gadis itu menarik nafasnya dan tidak habis pikir masih aja ada palak memalak sungguh hal yang sangat tidak baik.

Gadis itu menyandarkan sepedanya Kedinding

"Eh Lo ke bangetan malak anak orang."

Kedua pria itu memandanginya, "Yang bilang dia bukan anak orang siapa."

"Ya... Ga ada, lepasin dia, atau Gue hajar Lu." Gadis itu menunjukkan tinjunya.

Pria itu melepaskan baju yang sedang di tariknya sedangkan pria berbaju Koko merapikan bajunya.

Gadis itu melihat nametag yang bernama Pratama Syahputra dan ada dua bintang yang terjahit di seragam nya yang menandakan ia baru kelas 11.

"Siapa Lo berani sama Gue?" Tama menatap Gadis itu dan membunyikan kesepuluh jarinya.

"Bapak Gue Preman!"

"Bapak Lu masuk penjara."

"Kok Lo tau." Keheningan terjadi di antara mereka, mata mereka saling memandang satu sama lain.

"Gini ya Gue gak akan lepasin Lu kalau gak kasih Gue du-"

Buagh!

Sebelum Tama menyelesaikan kalimatnya pukulan keras mendarat di wajahnya, gadis itu memukul nya hingga hidungnya berdarah dan bibirnya sedikit sobek. Dia yang tidak siap dengan pukulan itu langsung jatuh terbaring di tanah.

Gadis itu menarik tangan pria berbaju Koko. "Lepaskan tangan Saya, Kamu tidak boleh memegang tangan laki-laki yang bukan mahrom kamu."Gadis itu langsung melepaskan tangannya yang memegang tangan pria itu.

"Ya elah Lo mah udah di tolongin malah ceramah."

Gadis itu menaiki sepedanya dan menepuk-nepuk boncengan di belakang menyuruh pria itu untuk duduk.

"Cepetan keburu dia bangun." Pria itu memandang Tama yang masih terbaring kesakitan memegang wajahnya.

"Kita tidak boleh meninggalkan nya sendirian dalam kondisi seperti itu." Gadis itu memandang Tama yang masih merintis kesakitan, apakah dia memukul nya sekuat itu?, Tidak. Dia saja yang lemah.

"Udah buruan jangan pedulikan, dia gak mungkin sendirian pasti ada komplotan nya." Baru saja Gadis itu selesai berbicara, beberapa orang muncul meneriaki mereka.

"Kan bener kata Gue udah cepetan, Lo mau mampos disini." Pria itu langsung duduk di kursi boncengan sepeda melipat tangannya kebelakang tubuh nya.

"Saya berjanji tidak akan menyentuh tubuh mu sedikit pun."

Gadis itu tidak peduli dengan ucapan pria itu, dia mengayuh sepedanya dengan sekuat tenaga. Tidak sangka pria tinggi kurus yang di bonceng oleh nya ternyata begitu berat.

Sedangkan pria itu yang tidak berpegang pada apapun tubuh nya oleng kekanan dan kekiri akibat sepeda yang di bawa secara ugal-ugalan.

Mereka di kejar oleh 4 orang yang berlari dengan kencang, gadis itu mengayuh dengan sangat kencang hingga kakinya terasa ingin lepas. Sampai pada jarak yang jauh akhirnya mereka lepas dari kejaran.

Pria itu langsung turun dari sepeda dan gadis itu membaringkan tubuhnya ke rerumputan membiarkan sepeda nya jatuh dengan keras. Dia tidak lagi memikirkan sepedanya mungkin rusak jika jatuh dengan suara begitu keras seperti itu, yang dia pikirkan hanya rasa pegal di betisnya.

"Makasih sudah bantu Saya."

"Betisku seperti mau meledak." Suara nafas nya terengah-engah, dia memandang pria yang berdiri di sebelah nya.

Tangannya terulur di udara, "Bantuin Gue bangkit dong." Pria itu menatap ke arah kakinya, "Maaf gak boleh bersentuhan."

"Ya elah Lo mah udah di bantuin lari untuk bantuin Gue bangkit aja kagak mau Lo."

"Bukan seperti itu, itu karena k-"

"Iya, iya jangan di lanjutkan perkataan Lo." Gadis itu mengambil sepedanya, "Lo bisa pulang sendiri kan?, Bye-bye." Gadis itu mengayuh sepeda nya menjauh meninggalkan pria itu yang masih berdiri di tempat nya.

PILIHANKU or PILIHAN UMMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang