~~~~KAK MAHIRA, AKU BENAR-BENAR MENYUKAIMU DAN AKU TIDAK BERCANDA ~~~~
••••
•
•
•
••••Tama menarik Mahira ke tempat dimana motor nya terparkir, motor nya yang di parkir di luar sekolah. Tempat nya tidak jauh tepat berada di samping sekolah, dimana tempat batu angin di buat.
"Lo mau ngapain narik Gue kemari? Buat batu angin?."
Tama tertawa, "Astaga kak, tidak mungkin lah."
Mahira melihat Tama yang menyapa beberapa pekerjaan dan mengambil motor yang terpakai di sana.
Motor yang selalu di gunakan oleh Tama.
Tama menepuk-nepuk jok motor nya, "Ayo Kak naik."
"Gak." Mahira pergi, tapi tangannya di tahan oleh Tama. Tama menarik paksa Mahira hingga tangannya terasa sedikit sakit.
"Iya, iya Gue naik Anjing." Tama tersenyum.
"Gini kan enak kalau kakak nurut gak bakalan ada pemaksaan seperti tadi."
Mahira mengelus tangannya yang terasa sakit, "Maaf udah nyakitin tangan kakak." Mahira hanya diam mendengar permintaan maaf dari Tama.
Entah mengapa, Mahira merasakan bahwa aura Tama mirip dengan Tio.
Tama mengegas motornya.
Tidak tau akan di bawa kemana Mahira.
Tapi, Mahira percaya satu hal. Tama tidak mungkin macam-macam dengan nya.
Ketika mereka berada di jalan besar Tama membawa motor dengan sangat kencang. Bahkan dia menyalip beberapa kendaraan besar maupun kendaraan kecil.
"Ya Allah Tama! Pelan-pelan." Suara Mahira tidak terdengar jelas, suaranya teredam terbawa angin.
Takut.
Itulah yang di rasakan oleh Mahira.
Dia sangat takut jika ngebut-ngebutan di jalan. Dia kuat tapi juga pengecut.
"Kakak ngomong apa?." Tanya Tama, "Gak kedengaran."
"Pelan-pelan anjir, Ya Allah pelan-pelan Tama." Mahira hampir menangis.
"Apa lebih cepat." Tama berpura-pura tidak mendengar dan menggoda Mahira dengan membawa motornya lebih cepat. "Oke, arahan di terima." Dia tertawa.
Mahira memeluk Tama wajahnya dia benamkan ke punggung Tama. "Pelan-pelan Gue takut, anjirlah." Pelukan nya semakin erat.
Tama tersenyum melihat sekilas lengan yang memeluk pinggang nya dengan sangat erat.
Sepanjang perjalanan Mahira terus memeluk Tama dengan sangat erat, dia bahkan juga tidak membuka matanya. Matanya terus terpejam.
"Kak kita udah sampai." Mahira tidak menyadari bahwa motor yang membawanya telah berhenti. Dia masih terus memejamkan matanya membaca doa-doa yang dia tau. Bahkan Mahira membaca doa tidur karena sangking takut nya.
Tama menepuk pelan tangan yang melingkari pinggang nya, "Kak."
Mahira tersadar, secara
reflek Mahira langsung turun dari motor. Tanpa di duga kakinya lemas seakan tidak memiliki tulang hingga hampir jatuh jika tidak di tangkap oleh Tama.
KAMU SEDANG MEMBACA
PILIHANKU or PILIHAN UMMI
Teen FictionKatanya Santri harus nikah dengan Santriwati, lantas bagaimanakah dengan Mahira yang bukan Santriwati jatuh cinta dengan Seorang Santri. Tunggu? Dia juga suka Aku? "Saya bersumpah demi Allah, kau adalah wanita yang akan Saya nikahi. Jika tidak denga...