03

81 28 3
                                    

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN

~~WANGI EMBUN PAGI~~

••••




••••



"Baiklah anak-anak karena bel jam istirahat telah berbunyi pelajaran kita lanjutkan lain waktu." Pak Bejo merapikan bukunya dan berjalan keluar kelas.

Meja Rayyan langsung diserbu dari berbagai arah, Rayyan yang tiba-tiba di dekati para wanita terlonjak kaget dan memusatkan pandangan pada meja di depannya.

Dia tau hal ini akan terjadi karena ini adalah sekolah umum bukan lagi pesantren dimana selama ini dia menuntut ilmu.

"Ayyan."

"Rayyan." Begitulah namanya terus-menerus di panggil.

"Rayyan Aku Kania Anggraini wanita tercantik di sekolah ini." Kania mengulurkan tangannya bertujuan untuk berjabat tangan.

Mata Rayyan tetap tertuju pada meja tidak menatap Kania sedikit pun, dia mengatupkan kedua tangannya. Kania yang merasa tertolak langsung menarik kembali tangannya yang terulur di udara.

Senyuman yang awalnya memudar kembali terukir di wajahnya, "Rayyan ayo ke kantin bareng." Kania berkata dengan semangat, hingga tubuhnya di condongkan mendekat ke Rayyan. Rayyan langsung reflek memundurkan tubuhnya hingga meja di belakang ikut bergeser.

"Eh siapa ini yang narik kerah baju Gua anjir." Kania menoleh ke belakang menatap siapa yang berani-beraninya menarik kerah baju kembang sekolah.

"Gue!, kenapa berani Lo sama Gue?." Mahira langsung menjauhkan tubuh Kania dari Rayyan.

"Dasar Lo, jangan pikir Gua gak berani sama Lo, Lo ganggu Gua aja. Iri Lo sama Gua ya." Kania memelototi Mahira yang memasang ekspresi jijik ke arahnya.

"Gue?" Mahira menunjuk dirinya sendiri, "Iri sama lonte kayak Elo."

"Astaghfirullah tutur bahasanya." Mahira menatap wajah Rayyan yang beristighfarlah setelah mendengar kata-katanya.

Saat menolong Rayyan Mahira tidak terlalu memperhatikan wajahnya. Saat ini Mahira dapat melihat wajahnya dengan sangat jelas, wajah yang tampan bersih, hidungnya yang mancung sungguh pahatan yang sangat sempurna. Dengan bulu mata lentik dan panjang terlihat sangat sempurna. Bahkan satu lesung pipinya ketika ia berbicara terlihat begitu indah.

"Holla bro, masih ingat Gue gak?."

Rayyan menganggukkan kepalanya, "Tentu, Saya mengingat Kamu yang menolong Saya pada hari Selasa pukul dua siang."

Wah gila sedetail itu dia mengingat nya sungguh luar biasa.

"Wajah Gue disini cuy, bukan di bawah sana. Wajah Gue juga gak jelek untuk di pandang kok" Mahira yang terbiasa menepuk bahu orang lain, melakukan hal yang sama kepada Rayyan. Namun, Rayyan langsung menghindar dan Mahira hanya memukul angin.

Hal ini membuat suasana menjadi canggung seketika, hingga Rayyan membuka suaranya, "Saya tidak menatap kamu bukan karena kamu tidak cantik, Saya menundukkan pandangan karena Saya ingin menjaga pandangan mata Saya. Dan Saya tidak ingin memandangi sesuatu yang belum halal untuk Saya."

Hati Mahira sedikit berdebar, dia telah begitu banyak mendengar kata gombalan atau kata rayuan jenis apapun, tapi kali ini terasa berbeda, mengapa?, apa kata-katanya begitu indah.

Aqila yang berada di samping Mahira langsung memandangi Mahira dan Rayyan dengan senyuman penuh maksud di wajahnya.

Sedangkan Kania dan gengnya yang berisi 3 orang memandangi Mahira tidak suka, dan langsung pergi dari situ.

Mahira terbatuk dua kali dan menatap Johanes di sebelah Rayyan yang juga terpana dengan kata-kata yang baru saja di dengar nya, "Jo, bawa Rayyan ke kantin. Tunjukkan dimana kantin berada."

Johanes dan Rayyan pergi melewati mereka, Mahira dapat mencium aroma segar seperti embun pagi ketika Rayyan melewati dirinya.

Wanginya sangat segar dan lembut, aromanya tidak meninggalkan jejak yang lama hingga cepat hilang di bawa angin. Namun, aroma samar itu tetap dapat di rasakan oleh Mahira.

Aqila menepuk bahu Mahira, "Hira Gue dukung kalian."

"Apaan sih Lo, ayok ke kantin."

••••




••••

"Rayyan kenapa pindah ke sekolah umum?" Johanes bertanya kepada Rayyan dalam perjalanan mereka menuju kantin.

Rayyan tersenyum dengan pandangan menunduk, "Saya ingin memastikan sesuatu." Johanes hanya meng'oh'kan saja perkataan Rayyan.

"Hai." Dari belakang tiba-tiba muncul seorang pria yang merangkul Rayyan.

"Hallo teman baru. Gue Nathan mari berteman." Pria dengan tubuh lebih tinggi dari Rayyan memperkenalkan dirinya.

"Saya Rayyan."

Mereka bertiga telah sampai di kantin yang ramai, beberapa pandangan mata tertuju pada mereka, tidak, lebih tepatnya pada Rayyan.

"Ray, kayak nya Lo jadi incaran ciwi-ciwi nih." Rayyan tidak menanggapi perkataan Nathan.

Mahira duduk di meja belakang Rayyan dia dari tadi telah memperhatikan Rayyan dari Rayyan yang membaca doa sebelum makan. Mahira yang biasanya langsung menyantap makanannya reflek ikut berdoa ketika ia melihat Rayyan menampung tangannya untuk berdoa.

Bahkan di lihat dari punggung nya saja dapat diketahui seberapa tampan wajahnya. Posisi duduknya yang tegak dengan dan punggung nya yang lebar benar-benar pesona tiada batas.

"Mahira bisa-bisa juling mata Lo mandangin dia terus." Mahira menoleh kearah Aqila yang menyantap bakso pesanan nya.

"Ray, Lo, pernah pacaran?." Johanes membuka percakapan.

Rayyan menggelengkan kepalanya, "Haram, tidak boleh."

"Anjir yang bener Lo." Nathan seakan tidak percaya dengan apa yang barusan dia dengar.

"Wah Mahira, Luar biasa banget gak pernah pacaran cuy." Aqila berbisik ke arah Mahira, mereka menguping pembicaraan Rayyan Johanes dan Nathan secara diam-diam.

"Emang boleh se alim itu." Mahira langsung menutup mulut Aqila, "diam Cok, nanti ketahuan."

Tanpa mereka sadari Rayyan mendengar percakapan mereka berdua tanpa melewati nya sedikit pun.

PILIHANKU or PILIHAN UMMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang