3

72 26 1
                                    

Brukk!!
Aku merebahkan tubuhku diatas kasur dan memejamkan mata.
semilir angin yang berasal dari kipas Dilangi-langit atap seolah membelai pipiku pelan. Ahh tidur di kamar sendiri memang yang terbaik. Itu membuatku melupakan berbagai masalah yang sering menyebabkan kepalaku berdenyut denyut karena pusing.

Namun,heningnya malam terkadang membawaku kembali teringat oleh ayah dan ibu.
Sedang apa ya mereka disana? Pernahkah mereka sekali saja mengingat anaknya disini?

Mataku terbuka, dan menatap dinding kamar dengan tatapan kosong. Tiba-tiba sebuah pertanyaan terbesit di pikiranku,

"Kapan ya terakhir kali aku berjumpa dengan mereka?"

Begitulah kira kira, Sudah dua tahun lebih kami tidak bertemu. Dan juga terkhir kali kami bertemu pun obrolan yang terjalin terlihat canggung.

Aku yang malas basa basi, ibu yang tidak mempunyai inisiatif untuk memulai percakapan, serta ayah yang sibuk dengan pekerjaannya walaupun sedang dirumah membuat hubungan kami tidak terjalin dengan baik.

Memikirkan masalah keluarga membuatku pusing. Aku beranjak dari kamar dan pergi kedapur
Aku memandagi jam yang baru menunjukan pukul 21:00 WIB
Kemudian aku membuka lemari pendingin dan mengambil sekaleng minuman bersoda

Ceklek!! Aku membuka Pintu depan secara perlahan agar nenek tidak terbangun dari tidurnya
Kursi panjang depan rumah selalu jadi tempat favoritku untuk melamun. Kaleng soda ku letakan begitu saja diatas meja

Masih banyak motor motor yang berkeliaran diluar, mungkin karena malam ini malam minggu. Jadi banyak muda mudi yang pergi berkencan dengan pasangannya.
Aku meminum soda beberapa tegukan lalu meletakkannya kembali diatas meja.

Sendirian + melamun itulah kira-kira yang sedang aku lakukan sekarang, mataku menatap langit malam yang kelam dengan tatapan kosong. Menghiraukan dinginnya malam yang menyerang tubuhku. Ingatan ingatan tentang mereka semakin membuat kepalaku berdenyut denyut.
Tanpa disadari, air matapun kini jatuh membasahi kedua pipiku.

Hatiku sesak, lukaku belum sepenuhnya sembuh, masih ada goresan yang terkadang mengundang perih. Andai saja aku tidak dilahirkan
Mungkin aku tidak akan pernah merasakan semua ini
Andai saja aku terlahir dikeluarga lain, mungkin aku akan sangat disayangi oleh kedua orang tuaku.

Banyak sekali takdir yang ingin aku ubah, namun kenyataanlah yang menjadi pemeran utamanya...

"Neng, kamu lagi ngapain malem malem diluar. Hayu masuk dingin" Ucap nenek mengagetkan ku

Buru-buru aku mengelap air mataku yang sedari tadi membanjiri pipi. Aku tidak mau nenek tau kalau aku sedang tidak baik baik saja, kasihan dia sudah terlalu tua untuk memikirkan diriku dan masalah keluargaku. Aku ingin nenek memikirkan kesehatannya saja, hal yang lebih penting dari apapun.

"Iya nek, lagi nyari angin tadi. Tapi ini udah mau masuk kok" Ucapku cepat

Aku menarik napas dalam dalam dan beranjak masuk sembari berharap hari esok jadi lebih baik....

Aku naik ketempat tidurku. Dengan badan yang terasa lemas, mata sembab, dan hidung mempet karena drama tangis tadi.
Drtt!! Drtt!! Pandanganku teralihkan ke benda pipih yang sedari tadi ku letakan diatas kasur.

Sebuah pesan dari dio. Aku ingin membalas namun kondisiku tidak memungkinkan, jadi kuputuskan untuk tidak membalas pesan itu
Sayup-sayup mataku mulai mengantuk dan akupun tertidur dengan sendirinya.


°°°*****°°°°°

Pov kamar ranum



Pov kursi panjang depan teras




Pov minuman  bersoda


Indah Tak sempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang