Waktu seolah berjalan begitu cepat. Tidak terasa sudah dua bulan berlalu sejak Septian mengucap janji di hadapan ayah Zifa dan menjadikan gadis yang masih belia itu sebagai istrinya.
Baik Septian maupun Zifa sedikit banyak sudah mulai terbiasa dengan rumah tangga yang mereka jalani. Meskipun sempat ada penolakan dan perasaan terpaksa, namun perlahan rasa tidak nyaman itu mulai luntur seiring berjalannya waktu. Meskipun sejauh ini masih belum ada hubungan yang lebih intim dan romantis dari keduanya.
Hari ini Septian izin pulang dari kantor lebih awal karena sudah berjanji ingin mengajak istrinya itu berkunjung ke rumah mamanya karena sejak mereka menikah, Septian belum pernah sama sekali mengajak Zifa ke rumah orang tuanya.
Rumah orang tua Septian lumayan jauh, sekitar tiga jam perjalanan. Hari sudah hampir gelap saat Septian dan Zifa akhirnya sampai di sana. Septian berjalan mendahului Zifa sambil menenteng dua kantong kresek oleh-oleh untuk mamanya dan Zifa berjalan mengikutinya.
"Assalamualaikum." ucap Septian saat memasuki ruang tamu. Ia langsung masuk karena kebetulan pintu depan terbuka lebar.
"Waalaikumsalam." sahut seorang wanita paruh baya sambil tergopoh-gopoh keluar dari arah dapur. "Ya Allah, Mas Tian."
"Hallo, Mbak Ratih." Septian tersenyum saat melihat Mbak Ratih, pembantu yang sudah bekerja di rumah ini sejak dirinya masih duduk di bangku SMP.
Septian menaruh barang bawaannya di atas meja dan menyalami Mbak Ratih seperti menyalami orang tuanya sendiri dan di ikuti oleh Zifa di belakangnya.
"Ini istrinya Mas Tian? Namanya siapa, Mbak lupa soalnya." kekeh Mbak Ratih.
"Zifa, Mbak. Zifana Mazaya Putri." ujar Zifa sambil tersenyum.
"Masyaallah, cantik banget."
Zifa maupun Septian tersenyum saat wanita yang hampir seusia mamanya itu memuji Zifa sambil memegang kedua pipi chubby gadis itu.
"Iya dong, istri Septian gituloh." sahut Septian sambil tertawa bangga. "Oh iya, mama kemana, Mbak?"
"Em, Ibu— biasa masih sibuk di butik, Mas. Mau Mbak Ratih panggilin?"
Septian menggeleng pelan. "Nggak usah, Mbak, biar Tian aja yang kesana. Ayo, Dek." ujar Septian yang langsung di angguki oleh Zifa.
Zifa mengedarkan pandangannya saat melihat rumah Septian begitu besar dan cukup mewah. Sejak mereka menikah, baru kali ini Septian mengajak Zifa berkunjung ke rumah orang tuanya.
"Ini kita mau kemana, Mas?" tanya Zifa bingung karena Septian seperti mengajaknya mengelilingi seisi rumahnya.
"Ke butik milik mama, Dek."
"Lah emang butiknya di mana? Di dalam rumah ini masa?"
"Ikutin Mas aja, nanti kamu juga tahu."
Zifa akhirnya diam dan mengikuti saja kemanapun Septian melangkah. Hingga akhirnya mereka pun sampai di halaman belakang rumah itu. Dan benar saja, dari kejauhan Zifa melihat sebuah butik yang berada tepat di samping rumah orang tua Septian.
"Assalamualaikum." ujar Septian saat melangkah masuk ke dalam butik itu.
"Waalaikumsalam." Beberapa orang yang merupakan karyawan mamanya Septian itu menyahut secara serempak.
"Mama di mana ya?"
"Oh, ibu ada di dalam, Mas. Mas Tian langsung masuk aja." sahut salah satu dari mereka. Hampir semua yang bekerja di butik mamanya sudah mengenal Septian karena mereka juga bekerja sudah lama di butik itu.
Septian dan Zifa pun melangkah masuk. Septian berjalan mendekat saat melihat mamanya tengah sibuk memotong kain yang akan di jahit oleh para karyawan.
"Assalamualaikum, Mama."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Om Husband || Heerina [END]
ФанфикSeptian Mahendra dan Zifana Mazaya Putri adalah sepasang suami istri yang kepribadiannya sangat bertolak belakang. Septian berusia 34 tahun dan Zifa baru menginjak 19 tahun. Septian begitu kaku dan tak banyak bicara namun Zifa sangat cerewet dan kek...