2.

700 48 0
                                    

Keesokannya Arkan dibuat kaget karena ruangan nya dipenuhi oleh teman teman nya dan teman teman abangnya.

"Kalian ngapain sih rame rame disini!." Ucap Arkan membuat mereka terdiam kemudian menatap kearahnya.

"Abang lo nitip lo ke kita." Jawab Richard membuat Arkan bingung.

"Raka nya berangkat kkn." Lanjut Ryan ketika melihat mata Arkan penuh tanya.

"Tiba tiba banget??."

"Ngibul aja, gue cuman ke kantin doang juga." Ucap Raka yang baru datang

"Apasih!." Kesal Arkan

"Udah makan belum?."

"Belum lah, gue aja baru bangun!."

"Sensi amat sih, lagi dapet ya? kkkk." Kekeh Rasya dibalas tatapan tajam oleh Arkan.

"Kenapa kalian semua disini sih, berisik tau."

"Suka suka kita." Jawab Rasya

"Kapan pulang sih, suntuk bgt sat."

"Ntar siang udah bisa." Ucap Arzan

"Yess!."

"Mana jiwa brandal nya?." Tanya Agra menjaili Arkan

"G."

"Ka, lepas dong." Ucap Arkan menunjukkan tangan nya yang tertancap infus.

"Ga." Larang Raka

"Ga ngomong sama abang!."

"Em, bang. Kayaknya kita pamit ya." Ucap Dirgan mewakili teman teman nya

"Buru buru amat, mau ngapain?." Tanya Agra

"Mau ke markas bang, ada sesuatu." Jawab Ezar

"Ikut dong."

"Diem, cepet kalian pergi."

"Iya bang, duluan ya."

"Hati hati." Ucap Raka

"Ck, nyebelin banget." Dumelnya

"Kita juga pulang ya, ga enak ganggu istirahat adek lo." Ucap Kairel

"Iya, santai aja. Hati hati ya." Ucap Ryan

"Yoe."

Setelah semua nya keluar dan pulang, sekarang menyisakan Raka dan Ryan.

Cup

"Anjing!." Kaget nya langsung menghapus kecupan singkat dari Ryan

"Ulangi?." Oke, Arkan takut jika berurusan dengan Ryan.

"G-gak!."

"Diubah bahasa mu Ar." Tegur Ryan

"Ngatur." Cibir nya

"Sudah abang bilang kan! ubah bahasamu!." Geram Raka mencengkram pipi Arkan.

"Akh, bang sakit!." Ringis nya mencoba melepaskan cengkraman itu namun nihil, kekuatannya tak sekuat Raka.

"Bang sakitt!." Sentak nya dengan berkaca kaca

"Lepas Rak." Tegur Ryan

Raka melepas cengkraman dari pipi Arkan, ia lihat adiknya langsung menidurkan dirinya dengan membungkus tubuhnya dengan selimut.

"Jangan gitu, pengap." Ryan menyibak selimut nya melihatkan wajah adik sepupunya yang menangis.

"Gak biasanya dian nangis kaya gini..." Gumam Raka yang didengar oleh Ryan

"Berarti lo udah biasa giniin dia?." Tanya Ryan dibalas anggukan pelan.

"Bego."

"Tapi dia ga pernah nangis Yan, meskipun gue pernah mukul dia."

Berdua? | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang