4.

690 42 0
                                    

Didalam kamar Arkan merasakan bosan karena handphonenya dipegang oleh Raka, ia ingin tidur namun tidak bisa. Akhirnya ia menghampiri Raka di kamarnya.

Tok Tok Tok

"Abang." Panggil nya

Cklek

"Ngapain kesini? abang kan suruh kamu istirahat." Ucapnya namun tetap membawa sang adik masuk ke dalam kamarnya

"Mau tidur juga gabisa bang."

"Sini." Raka menepuk tempat di sampingnya

"Ngapain?." Arkan bertanya, namun tetap ia lakukan untuk merebahkan dirinya disamping Raka

Melihat sang adik yang merebahkan dirinya disampingnya Raka tersenyum, ia mengelus surai Arkan lembut kemudian berkata "Denger, kamu itu adik abang satu satu nya. Abang cuman punya kamu sekarang, begitupun kamu. Abang mohon ya sama kamu, jangan bandel kalo di omongin sama abang, abang gamau kamu kenapa napa, abang gasuka liat kamu sakit, kamu sakit abang juga ikut sakit liatnya, abang mau adik abang yang sehat, abang ga akan ngelarang kamu ngelakuin sesuatu kalo bukan yang bahaya buat kesehatan kamu, abang sayang sama kamu Arkan." Ucapan dari Al membuat nya menatap mata sang abang yang menatap nya dengan penuh kasih sayang, Arkan memeluk tubuh sang abang untuk mencari kenyamanan, karena ia merasa mengantuk akibat elusan dari sang abang.

"Cih, abangnya ngomong malah tidur."

Cup

"Mimpi indah dek."

.
.
.
.

Eugh

"Anjr jam 10, HAH JAM 10 PAGI!." Kagetnya

"ABANGGGGG!." Teriak nya keluar mencari keberadaan sang abang

←←←←

"ABANGGG!." Teriak nya mencari keberadaan sang abang setiap sudut

"Apasih? kenapa teriak teriak!."

"Kok ga ngebangunin sih!." Kesalnya

"Kamu udah abang bangunin ya, tapi ga bangun bangun."

"Emang iya? Ah gatau pokoknya kesel!." Ucapnya berlari menaiki tangga

"JANGAN LARI NTAR JAT

BRUKK

"UH..."

Raka berlari menghampiri sang adik yang sedang meringis menahan sakit di bagian kakinya.

"Kan! dibilangin juga apa!." Omel nya sembari mempapah Arkan ke sofa

"Denger ga? jangan lari lari lagi!." Sentak nya membuat Arkan menatap Raka berkaca kaca.

"Maaf maaf." Al langsung memeluk nya kemudian mengelus elus punggung sang adik

"Sakit bang." Keluh nya

"Coba liat." Raka melihat bagian lututnya yang memerah

"Kayaknya bakal biru, abang kompres ya." Ucapnya langsung bergegas mengambil kompresan

"Pelan pelan ya bang?." Ucapnya setelah melihat abangnya datang membawa kompresan

"Iya iya." Dengan telaten Raka mengompres lutut sang adik yang sesekali meringis.

Berdua? | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang