Gadis itu menoleh ke luar kafe, beberapa orang sedang meneduh di sana dari hujan yang turun membasahi kota itu semenjak pagi. Ia lalu menghela napas pelan, orang yang ia tunggu belum datang, mungkin saja terjebak macet—atau apapun itu, ia juga sebenarnya tidak peduli.
Adora menghela napas panjang, mata cokelat mudanya kembali menatap secangkir minuman cokelat yang sepertinya sudah terlalu lama ia diamkan. Tangannya bergerak mengambil cangkir putih itu lalu menyesap isinya sedikit, untung saja masih hangat.
Ting! Lonceng kafe berbunyi, kepala gadis yang sedang memakai headphone itu segera menoleh, berharap orang yang ia tunggu-lah yang masuk ke kafe itu. Sayangnya bukan, yang masuk adalah seorang gadis berpakaian SMA bersama dengan pacarnya, Adora bisa menarik kesimpulan dari bagaimana gadis itu menggandeng tangan laki-laki yang juga berseragam putih abu-abu di sampingnya.
Ah ... waktu-waktu SMA ... tidak ada yang menarik sebenarnya, kecuali mungkin saat Juan menyatakan perasaannya di depan semua orang saat laki-laki itu sedang tampil bersama teman-temannya di atas panggung saat pentas seni. Gosh ... tapi di mana laki-laki itu sekarang?
Tepat saat Adora memutuskan untuk pergi, lonceng kafe itu berbunyi lagi, menampilkan seorang laki-laki berjaket cokelat tua yang sangat familiar di mata Adora.
"Gimana janjiannya?" tanya Juan seakan-akan ia tidak membuat Adora menunggu nyaris satu jam lamanya di kafe ini, sendirian dan tanpa kabar atau kepastian.
"Bisa dibatalin kalau gue udah buru-buru pulang," jawab Adora sarkas dengan wajah datarnya, gadis itu kembali mendudukkan dirinya.
Senyum Juan yang tadinya bertengger di bibirnya seketika luntur, gadis ini bukan tipe gadis yang mudah untuk dibujuk. Adora itu tegas, dan sepertinya itu juga alasan mengapa Juan menyukai kutu buku ini.
"Kita putus." Adora menatap lurus mata Juan, tidak ada keraguan di dalam kalimat yang baru saja ia ucapkan.
Juan terdiam sejenak, "Are you sure?"
Adora tidak menjawab, tetap menatap Juan datar.
Tiga detik Juan menatap gadis itu, ia lalu menghela napas panjang, "Oke ... kalau emang itu keinginan lo—"
"Lo juga mau ini, Juan," tegas Adora.
Juan menggeleng, "Gue gak pernah mau putus sama lo, Ra. You're the most special girl in my life, you know that."
Bullshit.
Adora tersenyum tipis, gadis itu berdiri dari tempat duduknya, "Kalau gitu maafin gue yang gak bisa tetap pacaran sama cowok yang gak cukup sama satu cewek," sarkas Adora sebelum berjalan meninggalkan Juan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
night
Romance"Kita putus." Adora menatap lurus mata Juan, tidak ada keraguan di dalam kalimat yang baru saja ia ucapkan. Juan terdiam sejenak, "Are you sure?" Tentu saja Adora yakin. Apa yang membuatnya tidak yakin untuk memutuskan laki-laki yang dengan mudahnya...