You know what's funny?
Orang yang mengatakan 'kita masih bisa temenan' setelah putus. Mungkin bagi orang lain ini hal yang normal, atau bahkan hal yang sangat dianjurkan—atau bahkan hal yang terpuji? Entahlah, tapi bagi Adora tidak begitu.
Adora tidak bisa kembali 'berteman' dengan orang yang sudah mengkhianatinya.
Drt ... tepat saat Adora membuka pintu kamar kosnya, ponselnya berdering. Adora segera mengambilnya, kakinya berjalan masuk ke kamar. Dahinya mengernyit saat melihat nama Ava di layar ponselnya, tangan kirinya bergerak menutup pintu kamarnya lalu menguncinya, sedangkan tangan kanannya bergerak menerima telepon itu.
"Aloha?"
Terdengar suara helaan napas dari seberang sana, "Alright, honey ... I have two news for you, good and bad news. Which one do you want to hear first?" tanya Ava, suaranya terdengar bergetar.
Adora semakin bingung, ada apa dengan gadis ini?
"Lo diculik?" tanya Adora polos.
Pikirannya tidak bisa memikirkan hal lain selain itu, entahlah. Jika sedang kacau seperti ini hanya otak kriminalnya—I think that's not the right word to explain it—yang berfungsi.
"Astaga! Amit-amit!" seru Ava heboh dari seberang sana.
"Terus?"
Ava menahan napasnya, "The good news is ... I'M GOING TO SINGAPORE TOMORROW!" pekik Ava heboh.
Senyum Adora mengembang, "Oh my God! You're not joking, right? This isn't a prank, is it? You're being serious, aren't you?!" tanya Adora beruntun.
Ada satu mimpi Ava sejak mereka kecil, Ava ingin sekali berkunjung atau bahkan tinggal di Kota Singa tersebut. Tetapi lucunya, ia bahkan pernah terbang ke Jepang tetapi tidak pernah ke Singapura karena Mamanya sudah bosan ke sana katanya.
"Tapi, Ra ...." Nada Ava berubah seketika.
"What? What is it?" tanya Adora, masih tidak mengerti apa yang terjadi di sini.
Kali ini terdengar helaan napas panjang dari seberang sana, "Gue sebenarnya keterima beasiswa di sana, Ra ...."
Adora lagi-lagi mengernyit, "Wait ... isn't that a great thing—oh, wait ... you're leaving ...."
"I'm very sorry, Ra. I—"
Adora menggeleng cepat, "Gak, gak. Maksud lo apa minta maaf? Ini mimpi lo, Va, Lo harus ke sana, come on ..." potong Adora. Ia tidak mau Ava terbang ke Singapura dengan rasa bersalah karena meninggalkannya.
"Mhm, gue gak apa harus mulai kuliah dari awal lagi kalau di Singapura. Dan, dan ... kayaknya gue gak bakalan ambil Desain Grafis di sana." Ava terkekeh pelan, nadanya kembali ceria—thank God, "Gue salah jurusan, astaga."
Adora tersenyum, ia tahu Ava tidak melihatnya, tetapi Adora bangga dengan Ava. Walaupun berita ini sebenarnya membuat jantung kecilnya itu jatuh ke perut, rasanya seperti itu—tentu saja tidak benar-benar terjadi.
Adora berdehem, "Harusnya sekarang lo siap siap, gak, sih?" tanya Adora, mengalihkan pembicaraan mereka—mungkin.
"Ah ... iya juga. Yaudah kalau gitu, bye, honey!"
Tut ... telepon dimatikan.
***
Kata orang, dunia Adora sempit, dan Adora tidak membantah hal itu. Lagipula dunia a.k.a bumi itu seluas apa, sih? Di dunianya hanya ada Ava, Juan—dulunya, dan Andara. Tidak ada orang lain. Benar-benar tidak ada orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
night
Romance"Kita putus." Adora menatap lurus mata Juan, tidak ada keraguan di dalam kalimat yang baru saja ia ucapkan. Juan terdiam sejenak, "Are you sure?" Tentu saja Adora yakin. Apa yang membuatnya tidak yakin untuk memutuskan laki-laki yang dengan mudahnya...