4 - you gotta move on

192 6 0
                                    

Ting tong ... Adora yang sedang tertidur di waktu sore seketika terbangun saat mendengar seseorang menekan bel kamar kosannya—kosan yang Adora tempati ini memang cukup elite jika dibanding kos-kosan yang lain di dekat kampus mereka.

Biayanya tentu saja lebih mahal dan ... dan mendapatkan kamarnya tidak mudah, Adora saja mendapatkannya dengan bantuan orang dalam—seperti biasa, Ava. Yap, pemilik kos ini adalah keluarga Ava, jadi jangan heran mengapa Adora bisa mendapatkan kamar di sini.

Adora dengan malas membuka pintunya, sudah pasti itu Ava, siapa lagi kalau bukan dia coba? "Lo ngapain lagi di sini?" tanya Adora jengah.

"Kapan gue ke sini?"

Adora melotot saat melihat laki-laki di bus tadi berdiri di depan kamar kos-annya. Aduh ... salah lagi, kan? Ia benar-benar harus tidur malam sepertinya agar tidak bersikap konyol seperti ini lagi kedepannya.

Adora menggeleng, gadis itu memilih untuk menunggu laki-laki—entah siapa namanya ini—menjelaskan apa tujuan ia ke sini daripada Adora yang harus menjelaskan alasannya menanyakan hal seperti itu.

Dan lagi, persetan dengan sikap ketusnya, ia sangat sangat mengantuk sekarang.

"Kata nyokap dia nitip sesuatu di kamar ini," kata laki-laki itu datar, "Mana?" tanyanya kemudian.

Adora mengerjap, titipan? Ia tidak ingat Wina—nama ibu kosnya—menitipkan sesuatu padanya, dan kalaupun ada, Adora pasti akan segera memberikannya begitu ia mendapatkannya.

"Gak ada," jawab Adora yakin.

"Mana bisa gak ada?" tanya laki-laki itu kesal.

Adora menggeleng, "Gak ada, tante Wina gak nitip apa-apa seingat gue tad—"

"Seingat lo, kan?" potong laki-laki itu, "Coba lo ingat-ingat lagi," titahnya kemudian.

Adora menatap laki-laki yang sangat-sangat tinggi dibandingkan dengan dirinya itu dengan tatapan kesal.

"Gak ada."

"Lo lebih baik refresh otak lo dulu sebelum ngomong," dengus laki-laki itu.

Adora mendengus, dirinya memang baru saja bangun, tapi bukan berarti otaknya tidak bisa dipakai di keadaan seperti ini.

"Gak ada, lo salah kamar," kata Adora, tangannya bergerak menutup pintu sebelum ia lupa untuk bersikap baik pada anak bu Wina ini.

Sialnya laki-laki itu dengan lancang menahan pintunya agar tertutup.

"Ini kamar 5, kan?" tanya laki-laki itu memastikan.

Adora menghela napas, "5A atau 5B? Kalau 5B, itu yang di depan gue, kamar gue ya 5A." Adora menjelaskan, sistem kamar di sini terkadang memang membingungkan bagi sebagian orang.

Eh, tapi kan laki-laki ini anak pemilik bagunan kos ini, kenapa Adora harus menjelaskannya, ya? Harusnya ia lebih tahu, dong.

Laki-laki itu mengernyit, menunjuk kamar yang persis di depan kamar Adora, "Itu bukan kamar 6?" tanya laki-laki itu tidak habis pikir.

Adora mengangguk mantap, "Itu 5B," jawab Adora yakin.

Laki-laki itu mengangguk, tangannya tidak lagi menahan pintu Adora, "Salah kamar," ujarnya kemudian.

"Ya emang salah," timpal Adora kesal.

"Kan udah gue bilangin tadi, salah kamar, ngotot lo. Jadi sekarang yang otaknya perlu di-refresh siapa, sih?" dumel Adora kesal, dan tentu saja ia setengah berbisik agar laki-laki itu tidak mendengarkan omelannya.

nightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang