"Insomnia isn't that bad."
Adora menghela napas, gadis itu tahu apa yang Kaiden maksud, "Apa yang bisa dinikmatin dari insomnia, Kaiden?" tanya Adora jengah.
"Waktu lo lebih banyak di malamhari, isn't that great?" jawab Kaiden, menatapnya menatap Adora lembut.
Adora menatap kedua mata Kaiden, ia terdiam. Tidak biasanya Kaiden menatapnya seperti itu, biasanya ia menatapnya dengan tatapan jail dan usil.
"Sama aja, Kaiden. Siang hari lo kecapean, bad mood mulu, ngantuk pula. Is not great at all for me, okay?" jelas Adora sambil tersenyum datar.
Kaiden tidak merespon.
"Lagian, kalau gue ngantuk di jam segitu, IPK gue bisa mampus," lanjut Adora kemudian.
Kaiden terkekeh, "Ambil kelas malam," balas Kaiden enteng.
Adora menggeleng, "Unfortunately my collage doesn't have that kind of options, so ..." jelas Adora sambil meringis.
Kaiden lalu mengangkat bahunya, ia sudah kehabisan solusi untuk mengatasi masalah Adora.
"Tapi serius, Ra, nikmatin aja insomnia lo, it's not that bad," ulang Kaiden, laki-laki itu mengambil alih laptopnya, "Udah tahu mau nonton apa?" tanya Kaiden selanjutnya.
Adora mengangguk, "How about Gone Girl?" tanya Adora, "Kan ada romance-nya dikit." Adora memberi alasan, gadis itu menyengir, menunjukkan giginya yang berderet rapi dan satu lesung di pipi sebelah kanannya.
"Gue gak tahu lo punya lesung pipi," kata Kaiden lirih—gosh ... this girl's getting cuter and cuter in his eyes.
Adora memegang pipi bagian kanannya, rasanya agak aneh jika orang-orang menegur hal ini, "Ya soalnya lo bikin gue kesal mulu," jawab Adora sarkas.
Kaiden terkekeh, gadis ini tidak salah. Kaiden lalu menekan tombol 'play' di aplikasi itu, setelahnya film itu tampil di layar laptop Kaiden. Adora meneguk sodanya sebelum mendekat ke arah Kaiden, penasaran dengan film itu.
"Lo suka film kayak gini?" tanya Kaiden saat sudah cukup mengerti dengan karakter pemeran utama film itu.
Adora menggeleng pelan, "Gak terlalu, it's kinda creeping me out. I prefer comedy movies," jawab Adora, matanya fokus menatap layar laptop Kaiden.
"Terus kenapa lo pilih ini?" tanya Kaiden, ia jelas tidak fokus dengan film di depannya, matanya fokus menatap wajah Adora yang sangat serius menonton film bergenre thriller-and-mystery itu.
"Gue suka karakter ceweknya," jawab Adora.
"So you're like ..."
Adora menoleh, tangannya bergerak menghentikan film itu sesaat, "No, of course I'm not. I just like her personality, okay? Bukan gue bakalan ngelakuin juga."
Kaiden terkekeh, lantas mengangguk.
Adora tersenyum, gadis itu lalu melanjutkan film itu, menontonnya dengan sangat serius.
Gadis itu bahkan tidak ingin melewatkan sedetik-pun dari film itu. Mungkin Adora sudah berniat menontonnya sejak lama—Kaiden mengamati setiap gerak gerik gadis itu sedari tadi, he knows what he's talking about.
"Boom, semua orang percaya," ujar Kaiden sebelum film itu berakhir.
Adora menghentikan film itu lagi, menatap Kaiden tidak percaya, "Kok lo tahu, sih?" tanya Adora bingung.
Kaiden tersenyum tipis, "Gue salah satu orang yang cukup baik buat nebak plot twist, trust me."
Adora terkekeh sinis, "Yeah, I won't." Tangannya bergerak menekan tombol spasi untuk melanjutkan filmnya.
Kaiden tidak bohong, ia memang salah satu orang yang cukup cepat memahami pattern sesuatu. Dan ia sudah menonton banyak film, ia sudah tahu bermacam-macam plot twist.
Sayangnya Kaiden masih bodoh tentang plot twist di kehidupannya sendiri.
Dan juga, semua film yang ia pilihkan untuk Adora pilih tadi itu adalah film yang sudah ia tonton sebelumnya.
"I'll sing for you every night, Ra."
Adora menoleh, film itu sudah berakhir—untung saja. Matanya menatap bingung Kaiden yang juga sedang menatap matanya dengan serius.
"Kalau gue bisa buat lo tidur, I'll do it," tambah Kaiden lagi.
Dan Adora bukan anak taman kanak-kanak yang tidak bisa membedakan tatapan serius dan tatapan usil.
"Maksud lo?" tanya Adora bingung.
"Gue tertarik sama lo."
***
Tolong tanyakan perasaan Adora sekarang.
Ia tidak bisa tidur memikirkan kalimat-kalimat Kaiden sebelumnya. Setelah Kaiden mengatakan hal bodoh itu, Adora mengalihkan pembicaraan, mencoba 'lari' dari kalimat itu. Dan Kaiden menyadarinya, tetapi ia mengikuti alur saja.
Sampai akhirnya Adora memutuskan untuk kabur ke kamarnya—lebih tepatnya kabur dengan izin, Kaiden mengingatkan hal itu lagi.
"Gue serius soal tadi." Itu kata Kaiden sebelum Adora melangkahkan kakinya untuk turun dari rooftop.
Lalu bagaimana perasaan Adora sekarang? Ia bingung setengah mati.
Jujur saja Adora membutuhkan Kaiden setidaknya sampai ia lulus dari kuliah keramatnya ini—sounds mean but true. Dan Kaiden tidak seburuk itu, minusnya laki-laki itu sedikit annoying saja, tapi kan Kaiden bisa sweet juga.
He's totally Adora's type—Adora tidak akan bohong lagi. Dan seandainya Kaiden tidak bersikap menjengkelkan sejak awal, Adora mungkin akan sedikit naksir pada laki-laki itu. He's ten out of ten—jika dibandingkan dengan Juan.
But here's the thing, fellas. Adora masih belum bisa move on dengan masa lalunya.
She's not talking about Juan. Yang Adora bicarakan adalah perasaannya.
Ketika Kaiden mengatakan hal itu, ada satu pertanyaan yang sialnya langsung muncul di kepala Adora.
"What if you find someone better than me? Prettier than me? Smarter than me? Dan yang lebih penting lagi, lebih romantis dari gue? What will you do? Apa lo bakalan ninggalin gue juga kayak Juan? Atau lo bakalan bersikap biasa aja? Karena lo udah ada gue?"
Alright, sorry, turns out it's more than just one question. Tapi Adora hanya butuh satu jawaban, satu kata, dua huruf.
Just say 'Ya' and Adora will overthink about something else.
Tapi bagaimana jika Kaiden hanya sweet di awal saja?
Bagaimana jika Kaiden sebenarnya sedang kesepian dan Adora terlihat seperti an easy bait to use? Adora tidak tahu apa-apa soal Kaiden, dan Kaiden juga sepertinya seperti itu. Tidak ada alasan mengapa Adora harus menerima hal itu, kan?
Dan lagi, Adora belum siap untuk menikmati resiko lain—resiko yang ini saja belum bisa ia nikmati, ia tidak mau serakah. Menyukai seseorang berarti sedang mempertaruhkan ketenangan hidup.
Kedengarannya lebay, but I guess everybody know that.
Lalu apa Adora bisa tidur malam ini? Lagi-lagi tidak.
Ava pernah berkata seperti ini, "Gak apa, asal lo udah ngasih tahu dia gimana perasaan lo ke dia."
Apanya yang tidak apa? Kaiden yang naksir, yang tidak bisa tertidur Adora.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
night
Romance"Kita putus." Adora menatap lurus mata Juan, tidak ada keraguan di dalam kalimat yang baru saja ia ucapkan. Juan terdiam sejenak, "Are you sure?" Tentu saja Adora yakin. Apa yang membuatnya tidak yakin untuk memutuskan laki-laki yang dengan mudahnya...