Anneth berlari di antara lorong-lorong yang sepi dengan sebelah tangan yang mengangkat high heels dan sebelah tangannya lagi mengangkat sedikit gaunnya agar tak menghalangi kakinya untuk berlari, peluh di dahinya bercucuran dengan nafas yang tak beraturan disertai dengan degup jantung yang berdetak dengan cepat.
Satu jam yang lalu Lana menelpon dirinya dan menceritakan seluruh kejadian yang telah terjadi pada temannya, Ayara. Lana khawatir sebab gadis itu tidak mau ditemani atau menelpon seorang polisi untuk berjaga disekitar apartemennya, oleh sebab itu Lana menelpon Anneth agar perempuan yang notabenenya teman dekat Ayara menemaninya hingga gadis itu merasa aman.
Tangan Anneth mengetuk pintu dengan cepat hingga menimbulkan suara yang cukup kencang "Ayara! open the door!" teriak wanita itu, tangannya tidak berhenti untuk memukul pintu didepannya.
Tidak ada sahutan dari dalam membuat pikiran pikiran negatif masuk kedalam kepalanya, tangan Anneth beralih memegang kenop pintu lalu menariknya dengan kencang dan-terbuka.
Matanya menatap kenop pintu itu dengan kosong, pintunya tidak terkunci sama sekali. Dengan degup jantung yang berdebar Anneth masuk lalu matanya menatap sekelilingnya tidak ada siapapun.
Sial! Anneth berlari menuju kamar Ayara lalu mendobraknya dengan kencang, tidak ada sosok temannya disana.Bahkan jendela balkonnya terbuka membuat angin malam menerpa paras cantik Anneth.
Anneth jatuh terduduk dilantai dengan mata yang berkaca kaca dan tatapan yang kosong, tangannya mengacak ngacak rambutnya yang panjang sambil terisak kecil. Jika ia tidak meninggalkan Ayara di pesta sendirian pasti ini tidak akan terjadi bukan?. Jika ia tidak terlalu berfokus pada dunianya bukankah ini tidak akan terjadi.
Dengan tubuh yang bergetar Anneth mengambil ponselnya lalu berusaha menghubungi nomor ponsel Ayara, suara sambungan telfon terdengar tetapi sedetik kemudian disusul oleh nada dering yang berbunyi. Bahu Anneth melemas saat melihat ponsel ayara tergeletak dilantai dengan kondisi layar yang pecah.
***
Seorang pria dengan balutan kaos hitam dan celana panjang itu menatap pada jalanan kota yang tampak kecil dimatanya, sesekali matanya melirik pada sosok yang sedang berbaring di tempat tidur dengan nyaman.
Pria itu menyesap sebuah nikotin yang terselip diantara kedua jarinya lalu mengepulkan ke arah jendela yang langsung tersapu oleh angin yang berhembus, matanya masih sibuk menatap hiruk pikuk jalanan di bawah sana.
Tak lama kemudian suara erangan mengalihkan atensi pria tersebut, ia melirik ke arah tempat tidur matanya menatap lekat pada sosok gadis yang sedang menggeliat pelan dalam tidurnya, kepalanya sedikit mendongak dengan mata yang tertutup lalu menyesap nikotinnya sebelum ia menekan ujung rokok itu pada asbak yang berada didepannya.
Ayara membuka matanya dengan perlahan, tangannya sedikit meremas rambut yang berantakan karna pusing yang menjalar di kepalanya, matanya menatap sekitar yang tampak asing dalam penglihatannya.
----
Beberapa jam yang lalu, Ayara memasuki Apartemennya lalu kemudian bersandar pada pintu apartemen dengan mata yang tertutup, syok dengan apa yang telah ia alami. Setelah cukup untuk menenangkan diri, gadis itu berjalan menuju ruang tamu kemudian menduduki dirinya pada sofa dengan kepala yang mendongak pada sandaran kursi dan menutup matanya pelan.
"Aku tidak mengerti, apakah ada seseorang yang ingin membunuhku?" tanyanya pada diri sendiri
Malas memikirkannya ayara hendak bangkit dari duduknya tetapi gadis itu langsung terdiam saat melihat sebuah dokumen yang diyakini adalah surat wasiat yang tadi pagi ia terima berada di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Whispers of Love: Mysterious Protector
AcakI hope you follow me before reading it WARNING : clubbing, kissing, drunk, violence, blood. Be wise dear! Happy reading♡ Ayara mahasiswa tingkat akhir yang menempuh pendidikannya di Hamilton, Kanada. Atas perintah sang nenek. Kehidupan Yara berjal...