CHAPTER 54

1.8K 246 6
                                    

Bagaimana bisa aku tidak ingin berlari memelukmu setiap kali aku melihat wajah cantikmu dari sini?

Senyumanmu yang merekah sama indahnya seperti barisan kelopak bunga mawar juliet yang berada dalam pelukanmu.

Aku iri dengan bunga itu.

Aku juga ingin merasakan hangatnya pelukanmu, lagi.

Aku sangat terkejut ketika kamu berlari keluar setelah menerima kiriman bunga dariku melalui seorang anak kecil.

Seolah kamu mengetahui dari mana bunga itu berasal, kamu melihat sekeliling untuk mencariku.

Aku disana,

Aku bersembunyi di sudut jalan yang tak dapat kamu lihat.

Melihat kamu akhirnya bisa mewujudkan mimpimu saat itu membuatku merasa sangat bangga padamu, Elena.

Melihatmu dari jauh saat membuka dan menutup tiga toko impianmu, bagaimana mata itu berbinar dan senyumanmu merekah setiap melakukannya membuat hatiku berdebar.

Rasanya aku sangat ingin berlari memelukmu dan mengatakan aku sangat bangga padamu.

Pagi itu, lagi-lagi kamu terus menatap keluar kaca hingga punggung pemuda yang kusuruh untuk mengambil bunga pesananku menghilang dari pandanganmu.

Aku dapat melihatmu dari seberang jalan, bagaimana dirimu terlihat gelisah setelah mengetahui pesanan bunga dahlia hitam itu.

Aku memang membutuhkan bunga itu untuk memperingati hari kematian ayahku.

Jadi, kusuruh pemuda yang kebetulan lewat di depan mobilku untuk mengambil pesanan bunga itu padamu.

Maafkan aku, karena aku membuatmu sedih lagi setelah mengetahui kalau bukan aku yang datang padamu.

Kehadiranmu di kamarku malam itu juga menjadi sesuatu yang cukup mengejutkanku.

Aku baru saja selesai mandi dan berniat untuk mengambil baju di lemari, sampai aku mendengar suara langkah cepat dari luar pintu kamarku.

Lalu, kamu masuk dan berdiri disana.

Aku melihatmu memeluk kemejaku dan menangis.

Kamu tahu?

Saat itu, aku bersembunyi di dalam sisi lemari yang lain.

Firasatmu memang benar.

Aku ada disana, Elena.

Indera penciumanmu sangat tajam, aku belum lama menyemprotkan perfume. Aku juga baru saja bangun setelah tertidur di ranjang.

Kamu tidak salah lihat, Elena.

Sprei ranjang itu kusut setelah aku tiduri.

Dadaku berdenyut perih saat melihatmu menangis lagi.

Maafkan aku, lagi-lagi aku membuatmu menangis.

Andai kamu tahu bagaimana perjuanganku menahan diriku agar tak keluar dari lemari dan berlari untuk memelukmu saat itu.

Aku hampir saja kehilangan kewarasanku jika kamu tak segera pergi dari sana.

Kamu membawa kemejaku pergi dan keluar dari kamar.

Aku menyentuh sisa bekas tetesan air matamu diatas ranjangku.

Rasanya sangat menyakitkan.

Aku sangat ingin mengejarmu.

Ketika aku baru saja tiba ditangga, kamu sudah pergi.

Dolores juga hendak ingin memberitahumu, tetapi kamu terlihat terburu-buru.

Aku pergi dan kembali ke kamarku.

Elena, maafkan aku.

Aku menunggu saat yang tepat untuk bertemu denganmu.

Tidak, bukan karena aku tidak ingin bertemu dan melihatmu.

Aku sangat ingin melakukannya.

Aku sangat ingin berlari menuju dirimu.

Aku ingin memberikan mawar juliet itu langsung padamu.

Aku juga ingin mengambil pesanan bunga dahlia hitamku langsung padamu.

Aku tidak ingin bersembunyi di ujung jalan hanya untuk melihatmu tersenyum dari jauh.

Aku ingin memelukmu saat kamu menangis di kamarku.

Aku ingin melakukannya.

Elena, aku selalu disana.

Aku hadir di setiap langkah yang tanpa kamu sadari.

Aku selalu disana Elena, wanitaku.

Kekasih hatiku.

Aku selalu ada disana.

Selalu ada.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Éphémère - {Complete}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang