017. What feeling?

367 34 0
                                    

Hari ini, seperti biasa Naya melaksanakan kewajibannya sebagai seorang mahasiswi, yaitu masuk kelas, tidur, keluar dari kelas, lalu makan di kafetaria. Namun sialnya, ia malah harus bertemu dengan pria menyebalkan seperti Jendral.

"Mau ayam lagi gak?? Ayam lo kecil-kecil, nih gue kasih ayam gue," tawar Jendral. Meskipun sudah berkali-kali Naya ngomel kepadanya, itu tidak akan menjadi penghalang bagi Jendral untuk terus mendekati Naya.

"Bisa gak lo sehari aja gak usah ganggu gue," ketus Naya kepada Jendral yang ikutan terduduk dihadapannya.

"Oh, jadi gue ganggu lo banget, ya?"

"Iyalah, pake nanya." Naya merotasikan bola matanya malas.

"Oke kalau gitu, gua akan terus ganggu lo setiap hari," ucap Jendral membuat Naya semakin muak jika harus menyantap makanannya bersama dengan Jendral. Akhirnya gadis itu memilih untuk beranjak dari kursinya dan memilih kursi lain yang masih kosong.

"Nay!" panggil Jendral, rupanya laki-laki itu masih tak mau menyerah.

"Apaan lagi, sih?? Kalo suka sama gue tuh bilang!" tegas Naya karena sudah sangat muak terhadap Jendral.

"Iya, gua suka sama lo."

Jawaban dari Jendral tidak pernah Naya kira-kira sebelumnya. Bahaya, pikir Naya. Jantungnya membuat reaksi yang berlebihan akan jawaban dari Jendral barusan, meskipun ia tahu bahwa Jendral tidak akan pernah serius soal apapun.

"Canda, Nay. Tapi kalau lo mau juga gapapa," Jendral tersenyum jahil kepada Naya. Naya masih mencoba untuk menghindari Jendral. Ia memilih untuk terduduk di kursi kosong yang sengaja hanya memiliki satu kursi. Naya pikir, itu sudah lebih dari cukup untuknya menghindari Jendral, namun ternyata Jendral masih memiliki berbagai ide jahanam nya untuk mendekat kepada Naya.

"Bro, gua boleh pinjam kursi lo? Nanti gua balikin dua ratus ribu, sisanya buat rokok lo, oke?" bisik Jendral kepada salah satu mahasiswa yang sedang asik menyantap makanannya di kafetaria. Mendengar dua ratus ribu disebut, mahasiswa itu langsung beranjak dan memberikan kursinya kepada Jendral. Jendral menyeret kursi itu dan kembali terduduk di hadapan Naya. Bukannya makan, Jendral malah sibuk memperhatikan Naya yang sedang menyantap makanannya dengan anggun. Ia tidak peduli sekalipun Naya tidak menganggapnya ada disana, yang penting ia bisa menikmati pemandangan ini setidaknya sekali dalam seumur hidupnya.

"Lo ngapain sih ngeliatin gue terus?" Naya tidak jadi menyuap makanannya, ia risi karena merasa diperhatikan oleh Jendral.

"Heheh, sorry," jeda Jendral membenarkan posisi duduknya. "Gua mau ngomong sesuatu sama lo Nay."

"Apa?"

"Hari ini bunda mengundang lo datang ke rumah. Gak tau dalam rangka apa, tapi katanya bunda mau masak semur ayam kesukaan lo," jelas Jendral, sedangkan Naya hanya merespons dengan "oh."

"Jadi gimana, lo mau gak? Kalau lo mau juga gapap—"

"Gue mau karena ini permintaan bunda, bukan karena lo. Jadi, jangan kepedean duluan, ya." Naya menjawab meskipun sedikit jutek. Jendral memekik dalam hati, yes! dia mau. Meskipun sebenarnya undangan itu tidaklah benar adanya, Jendral hanya iseng saja ingin mengajak Naya main ke rumahnya, namun Jendral tahu kalau dia hanya mengajak Naya main ke rumahnya begitu saja, Naya tidak akan pernah mau. Oleh karena itu ia memikirkan cara lain agar tidak ada penolakan yang bisa Naya lontarkan kepadanya.

Angrybao || ENGAGEMENT RINGS {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang