BAB [10] MANULATIVE 🦖

550 17 3
                                    

Up tapi pendek buat tes ombak masih banyak gak yang nungguin nih cerita!

Pukul 12 malam, Mariel mengunjungi gadisnya dan masuk secara diam diam ke kamar Ruby melalui jendela adalah rutinitasnya. Berbaring di samping gadisnya menatap diam dengan mata berbinar binar, kebiasaannya dan sialnya cowok itu sangat menyukainya.

Tangan terangkat untuk menyingkirkan anak rambut milik Ruby yang menutupi wajah cantik gadisnya yang selalu membuat Mariel terpesona setiap hari.

" Cantik, persis mommy!"

" Hidungnya mungil, lucu!" ujar Mariel tertawa pelan.

Mariel menyentuh pelan hidung mungil milik Ruby lalu beralih ke pipi mulus sedikit cubby itu." Mulus banget, cubby lagi." gumamnya kagum.

" Cocok buat di cium, di gigit tiap hari." ocehan Mariel lalu tertawa sendiri.

" Ini bagian favorit gue," ujar Mariel seraya menyentuh pelan bibir mungil Ruby yang terlihat menggoda." Sayangnya gue belum pernah rasain, bisa bisa nanti di pasung sama om Reynald kalo tau gue yang ngambil first kiss putrinya." kekeh Mariel.

" Tapi tenang aja gue pastiin gue adalah orang pertama yang dapet first kiss ini," ujar Mariel lalu mendesah kecil." Fuck, gue tak sabar nunggu waktu lo jadi milik gue seutuhnya."

Mariel memeluk erat tubuh mungil Ruby lalu menghirup aroma khas dari tubuh Ruby. Sungguh aroma kesukaannya dan sialnya bikin candu lalu menatap Ruby yang tidur nyenyak tanpa terganggu dengan ocehan Mariel. Tenang saja, Mariel sudah menyuntikan obat tidur agar gadisnya tak terbangun. Sungguh gila bukan, tentu saja itulah Mariel.

oOo

Pagi ini, senyum cerah menghiasi wajah Mariel dengan bersenandung kecil dan berjalan sesekali melompat kecil persis seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan sebuah mainan. Jangan lupakan rambutnya yang sedikit agak panjang itu bergerak naik turun saat dirinya melompat kecil.

Binar wajahnya semakin cerah saat melihat gadisnya dan calon mertuanya berada di depan lobi sekolah.

" Rubyyy!!" teriak Mariel tak tau malu dan justru membuat mereka yang melihatnya terpekik geli dan gemas. Berbeda dengan Reynald yang berdecak kesal. Dasar bocah caper batinnya mengatai Mariel yang sialnya calon mantunya.

" Pagi Rubyy! Pagi om Reynald!!" sapa Mariel tersenyum manis, biasa pencitraan dulu di depan.

"Pagi El," sahut Ruby tersenyum tipis.

Reynald memutar bola matanya malas, Berdehem ketus." Hmm, pagi."

" Bocah susu ngapain di sini?" tanya ketus Reynald tak suka. Ruby yang melihat raut wajah tak suka Daddynya hanya bisa menepuk dahinya. " Tumben juga, bocah susu gak bawa susu? udah habis ya, minta sana sama si Moriz Ayah kamu suruh beliin!" seru Reynald dan membuat Ruby tersenyum malu. Astaga!

Mariel mengangguk lucu." Riel udah beli pabriknya jadi om Reynald tenang aja. Riel juga bawa banyak susu kotak, Om Reynald mau minta?" tawarnya polos sambil menunjuk tasnya yang lebih dominan susu kotak ketimbang buku tulis yang hanya ada satu saja.

" Enggak buat kamu aja, om gak terlalu doyan susu kotak Om biasanya sih lebih suka susu langsung dari sumbernya." tolak Reynald enteng dan membuat Ruby terkejut spontan menatap sang Daddynya tajam.

Reynald terkekeh geli lalu menyengir konyol saat ditatap tajam oleh sang putri.
" Bercanda!" serunya.

" Sudahlah, sana masuk sebelum bel hmm?" pintah Reynald lembut seraya mengusap pelan kepala putrinya dan diangguki Ruby.
" Dan kamu jangan coba coba cari kesempatan buat deketin anak Om, meskipun saya gak ada disini saya tetap pantau dari jauh, ingat itu!" ujarnya mengancam dengan tampang sangar dan datar.

Mariel menaikkan satu alisnya sejenak lalu mengangguk saja. Ia sedikit terkekeh geli saat melihat perubahan raut wajah dan nada bicara yang terkesan dingin si tua bangka yang sangat disayangkan calon mertuanya sendiri.

Ruby menyodorkan tangannya. Bukan, bukan untuk bersalaman. " Minta uang dad, buat jajan cimol, uang Ruby yang kemarin udah habis buat beli cilung hehe!!" ujarnya enteng. Ya begitulah Ruby jika bersama sang Daddynya akan berubah menjadi anak yang manja.

Reynald hanya bisa menghela nafas kasar. Pria paruh baya itu pikir tadinya sang putri ingin bersalaman meminta pamit ternyata ada maksud lain. Sungguh ajaib sekali putrinya ini.

[BERSAMBUNG]





MARIEL : BAYI BESARKU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang