12 | Tidak Disangka

18 11 0
                                    

Suasana cafe dapat dibilang ramai, gadis bernama Risa itu sedang menikmati pembicaraan hangat dan mulai mengenal dekat siapa Devan sebenarnya.

Namun disela pembicaraan ini sosok mahasiswa muda datang dari belakang kursi yang diduduki Risa.

Laki-laki itu menepuk pundak Risa sekali, "Mbak, gue suka lu. Rambut lu cantik banget."

Ia lanjut menoleh pada Devan, "sorry ya mas hehe."

Sekitar dua detik Risa menolehkan mukanya ke laki-laki itu, ekspresi wajahnya pun berubah menjadi kaget.

"Andra!?"

Ya, dari suaranya dan tampangnya meskipun memakai topi merah basket, Risa mengenal bahwa ini tidak lain dan tidak bukan adalah Andra teman sekelasnya.

Ketika Andra menajamkan matanya, ia juga tersadar bahwa perempuan yang baru saja ia goda adalah Risa.

"Risa ternyata itu lu? Terus cowok ini siapa?" tunjuk Andra kepada Devan dengan wajah penuh kekecewaan dan sedih.

"Wait, Andra?!" jelas Risa dengan suara getar dari mulutnya. Namun dari kejauhan sekelompok teman-teman basket Andra sudah memanggilnya dengan tertawa terbahak-bahak. "Sini Ndra, kita main lagi."

Andra hanya membalikkan badannya namun mukanya melihat Risa dengan wajah penuh ketidakpercayaan dengan apa yang baru ia lihat bahwa Risa sudah kencan dengan laki-laki lain. Sebaliknya Risa juga menatapnya dengan kebingungan.

Andra terus menatapnya sekitar lima detik sambil berjalan, ia pun berlari mendapati sekelompok temannya lalu mereka pergi. Risa hanya duduk terpaku dengan keadaan yang terjadi.

"Risa, cowok tadi siapa?" tanya Devan yang membuat lamunan Risa hilang.

"Eh-eh gapapa, itu cuman temen sekelas doang kok," jawab Risa dengan sedikit senyuman di wajahnya.

"Yakin cuman temen kelas, tapi kok mukanya kayak kecewa gitu," tanya Devan balik.

"Ah masa sih? Gak kok tadi."

"Yaudah mungkin aku yang salah lihat. Gih lanjutin ngopinya."

"Iya Devan."

Pembicaraan berakhir dengan baik namun sedikit ketegangan lalu mereka berdua pulang meninggalkan kafe.

---

Kegelapan malam dengan angin sepoi-sepoi mulai memasuki jendela apartemen Risa, gadis yang sedang berbaring di kasur apartemennya terus bergumam tidak jelas. Ia terus memikirkan kejadian hari ini.

"Andra sorry kalau aku bikin kamu kecewa, tapi gua harus jelasin gimana," gumamnya kepada dirinya sendiri.

Ia masih berpikir keras hingga ia pun tersadar dengan kejadian tadi.

"Bentar, kalau Andra tidak tahu kalau itu gua berarti dia buaya dong!?"

Karena pikirannya yang tak karuan itu, ia memilih untuk menelpon Winter. Risa mengambil handphonenya yang berada di meja, ia mengklik ikon kontak untuk menelpon Winter.

Panggilan bergetar dan beberapa detik kemudian Winter mengangkatnya.

"Alo win?"

"Iya Ris kenapa tumben malam-malam nelpon, ada apa?"

Risa mulai menjelaskan kejadian hari ini.

"Yang bener Ris?"

"Iya, mukanya kayak kecewa gitu."

"Mungkin dia suka sama lu Ris, makanya dia kecewa lu pergi sama temen tantemu itu."

"GAK MUNGKIN! Tadi aja dia ga ngenalin gua, trus dia godain bilang cantiklah, artinya kan dia buaya atau badboy gitu!"

"Iya sih, mending gausah deketin cowok badboy seperti dia, pasti dia udah godain banyak cewek tuh sama temen-temen basketnya."

"Nah kan! Gua kecewa sih sama dia kirain dia anak baik-baik tau-taunya badboy."

"Iya, deketin aja tuh temen tantemu."

"Iya, tapi kurang cocok aja gitu, dia lebih tua jauh dari gua njir."

"Terserah hatimu aja deh, gua udah ngantuk."

"Yaudah bye Win!" balas Risa juga sambil menguap namun kesal karena Winter tidak menanggapi kedekatannya dengan Devan. Risa pun mematikan ponselnya dan langsung membaringkan dirinya untuk tidur.

---

Ini hari baru bagi Risa, Risa sudah siap dengan dandannya yang cantik untuk pergi menempuh hidup yang ia jalani yaitu kuliah.

Risa bergegas dengan pakaian layaknya anak kampus dengan setelan baju kemeja merah dengan celana panjang oversize hitam kesukaannya. Tidak lupa dengan sedikit polesan di wajah membuatnya siap memasuki kelas.

Ketika ia mulai melangkah ke bangkunya, dilihatnya Andra yang sudah ada sejak tadi duduk di sebelah bangku kesukaannya.

Andra tersenyum menyapa Risa "selamat pagi Risa."

Risa menghiraukan sapaan Andra, dan terus melangkah maju melewatinya dan duduk di kursi bagian belakang.

Wajahnya kaku, penuh kesedihan dalam wajah gadis ini. Andra hanya duduk kebingungan menoleh ke belakang.

Seperti biasa hanya mereka berdua di dalam kelas, memang sepi karena mereka selalu datang lima belas menit sebelum kelas dimulai.

Keheningan terdengar di dalam kelas, Risa hanya tertunduk menatap handphone sambil membuka beberapa aplikasi.

"Ris, kenapa?" lagi-lagi Andra membuka mulutnya bertanya. Namun dalam hatinya ia tahu pasti karena kejadian kemarin.

"Maaf Ris, kemarin tuh cuman--"

Perkataannya sudah tidak terdengar lagi oleh Risa karena dengan cepat ia sudah menggunakan earphone di telinganya dengan volume penuh.

Andra menatapnya dengan kesedihan di wajahnya. Ia membalikkan badannya dan kembali membaca buku dengan tenang.

Sekitar sepuluh menit berlalu, beberapa temannya sudah mulai masuk. Banyaknya kursi membuat beberapa mahasiswa duduk sendiri adapun yang duduk secircle mereka.

Risa hanya terus duduk disitu sampai menunggu Winter datang. Beberapa menit berlalu dosen pun datang untuk mengajar namun tidak ada tanda-tanda datannya Winter.

"Winter mana nih?" gumam Risa karena ia duduk sendiri dan tidak ada teman yang dekat dengan dia kecuali Winter, ia hanya mengenal teman sekelasnya namun tidak ada yang sedekat Winter.

Lima menit dosen sudah mengajar, tiba-tiba handphone yang berada di meja di depannya bergetar membuatnya mengecek siapa yang baru saja mengirim pesan.

Winter: Ris ijinin gua ya, gua lagi demam banget nih.

Risa: Oke Win, semoga cepat sembuh ya. Ntar gw ijinin.

Membaca kabar itu membuat Risa makin sedih, teman yang biasanya setiap hari masuk kelas kini tidak ada di sebelahnya hanyalah bangku kosong yang menemaninya.

Selang beberapa detik, "Bu ijin ke kamar mandi ya," ucap Daniel yang berada duduk di sebelah Andra. Daniel pun keluar dari kelas tepat juga saat itu datanglah kepala program studi datang bersama seorang gadis dengan rambut hitam panjang terurai dengan jaket pink dan rok hitam agak panjang.

"Ibu mohon maaf mengganggu waktu mengajarnya, disini saya mau mengenalkan mahasiswi baru. Ia pindahan dari kampus di Jakarta, karena ayahnya baru saja pindah pekerjaan kesini. Ayo kenalkan dirimu!" seru Ibu Diana selaku kepala program studi di jurusan ini.

Gadis dengan wajah yang agak sedikit dewasa itu mulai memperkenalkan dirinya. "Selamat pagi ibu dan teman-teman namaku Lidia. Aku pindahan dari universitas Wallindo di Jakarta, semoga kalian senang dengan kehadiranku."

Semua siswa sekelas mengangguk.

Ibu Lani yang kini mengajar mereka mempersilahkan Lidia untuk duduk dimanapun ia mau.

Saat itu juga ibu Diana pamit kepada ibu Lani untuk kembali ke ruang prodi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang