...
"Aku lupa bahwa kau belum pernah naik kendaraan umum. Lalu, bagaimana dengan tante Helen, apakah dia marah aku meninggalkan anaknya sendiri ditaman?".
"Ibunda tidak marah, dia hanya sedikit khawatir padaku". Jawabku, kami sedang dikantin sekolah. Jam istirahat di hari senin.
Joe bernapas lega, melanjutkan menyendok makanan. "Oh iya!. Buku yang kau beli, bagus?".
Aku mengangguk semangat, buku yang ku baca kemarin memang bagus, sangat bagus malah. "Ya, buku itu sangat bagus dan menarik".
"Kau lucu, As. Dulu, pelajaran sejarah hanya membuatmu mengantuk, sekarang kau malah memuji-mujinya. Kurasa kau memang kehilangan ingatanmu". Joe tertawa pelan sambil menggeleng.
Aku tersenyum lebar. Benarkah begitu?. Ah!, itu kelakuan Ashley asli. Kami melanjutkan makan sesekali bercerita. Tetapi, ketika aku meraih gelas air minum, tanganku langsung terhempas kedepan, gelas yang kupegang jatuh kelantai dengan suara pecah yang begitu nyaring.
"Astaga!". Joe berseru kaget.
Aku menoleh, Joe mendongak, sedangkan siswa lain yang berada dikantin ikut menatap kearah kami.
"Ups!, aku tidak sengaja".
Senior Olive ada dibelakang kami bersama geng-nya. Wajah mereka terlihat meremehkan dan tidak ramah. Tidak ada yang berani membantu kami.
"Kau terlalu duduk dipinggir adik". Salah satu dari mereka yang memiliki rambut ikal berbicara.
"Umm, sepertinya dia perlu di ajari cara duduk yang baik". Timpal yang lain sambil tertawa.
"Oh ya, aku harus menggantikan air minumnya, kasihan dia belum sempat minum".
Senior Olive langsung meraih gelas minum yang berisikan jus jeruk lalu dengan sengaja menumpahkannya dimeja membuat aku dan Joe seketika berdiri dengan cepat, menghindar. Siswa lain terperangah melihat kelakuannya, juga ibu kantin yang sibuk menyiapkan makanan dan beberapa pelayannya yang hilir mudik seketika menghentikan aktivitasnya.
Jus jeruk habis, gelas diletakkan secara kasar dimeja, Olive melihatku dengan tajam lalu melangkah pergi dengan santai seperti tidak terjadi apa-apa, diikuti geng-nya yang tertawa meledekku.
"Kau tidak apa-apa?". Joe menghampiriku, berbisik.
"Mereka punya masalah apa sih?". Aku berbicara sambil menatap para senior itu yang kini duduk di meja panjang yang sedang diduduki oleh senior lainnya, bergabung disana, termasuk senior Dante. Remaja laki-laki itu menatapku dengan raut datarnya. Jangan lupakan satu-satunya junior yang bergabung bersama mereka adalah Abigail.
Joe membuang napas pelan. "Ayo, sebaiknya kita pergi dari sini".
Aku mengangguk. Kami berdua menghampiri kasir kantin, membayar makanan disana tak lupa membeli dua botol air minum lalu segera berjalan keluar.
"Olive sialan, apa yang baru saja dia lakukan". Seseorang bergumam pelan.
Aku menoleh kedalam kantin dari dinding kaca transparan. Menatap seluruhnya. Sebelum melangkah lebih jauh aku sempat melihat seseorang yang juga memperhatikanku. Dia!?...
___
Oliveira atau Olive, senior yang dikenal dengan perilakunya yang suka membully. Gadis itu tak segan-segan berbuat kasar pada orang yang mengusik dan sangat menganggu dimatanya. Tindakannya itu bahkan telah membuatnya masuk BK (Bimbingan Konseling) tidak terhitung jumlahnya. Sekolah tidak bisa mengeluarkan gadis itu sebab orang tua Olive penyumbang dana terbesar kedua setelah keluarga Willend. Dengan mengandalkan kekuatan keluarga, Olive jadi semena-mena walau keluar-masuk BK, gadis itu tidak peduli.
Awalnya aku tidak tahu apa itu bully tapi setelah membaca artikel beberapa hari lalu aku telah paham. Bully atau bullying adalah bentuk penindasan atau kekerasan, dilakukan secara sengaja oleh seseorang atau kelompok yang merasa mereka-lah lebih kuat. Sekolah ini tentu memilik pelajaran mengenai Etika dan Perilaku Baik, lalu apa yang dilakukan geng senior itu ketika mengikuti pelajaran itu, kurasa nilai mereka memang eror untuk pelajaran tersebut.
Aku menatap diriku dipantulan cermin toilet.
"Tolong berikan aku sedikit ingatanmu, Ashley". Bagaimana bisa Ashley tidak memberikan ingatannya barang satupun. Aku mendesah kesal. Tidak mungkin senior Olive menargetkanku sebagai siswa yang dibully selanjutnya tanpa alasan apapun. Ashley asli pasti tahu sesuatu.Aku membasuh mukaku beberapa kali, barangkali dengan begini aku bisa mengingat sesuatu. Tidak-tidak, ini tingkah yang sangat konyol, rambutku bahkan basah bagian depan. "Dasar bodoh!". Kini aku menyesali tingkahku. Rambutku jadi lepek.
Aku melangkah memasuki kelas, dikursiku ada Joe yang sedang duduk sambil memegang sesuatu. Aku mendekatinya.
"Joe?".Gadis itu memicingkan matanya padaku. Eh, kenapa?. "Kau punya pacar ya!!!". Tuduhnya tiba-tiba.
Aku terperanjat. Pacar, kekasih?. Jangankan kekasih, tunangan saja aku sudah punya, pangeran Mathew. Tapi ini zaman yang berbeda, aku menggeleng pelan.
"Jangan coba menutup-nutupi". Joe memperlihatkan sepucuk surat dan cokelat batang didepanku. Itu cokelat yang sering ku makan bersama Joe Akhir-akhir ini. "Surat cinta untukmu dan cokelat".
Aku menganga tak percaya. "Surat cinta, cokelat!!!". Aku menggeleng ribut. "Umm, aku tidak tahu".
Joe mendengus, menuntut penjelasan. Ketimbang menjadi sahabat, Joe sekarang malah seperti kekasih yang pencemburu. "Jangan berbohong, Ashley!".
"Siapa yang berbohong?!. Selama ini hanya kau yang dekat denganku". Bantahku, kesal juga membela diri tapi tidak dipercayai.
Joe akhirnya terdiam, membenarkan ucapanku. Benarkan aku selalu bersamanya, kecuali kemarin, dia dengan tega meninggalkan ku sendiri di taman. Gadis itu memilih izin padaku untuk membuka surat misterius itu.
Maaf, tadi aku tidak bisa menolongmu
~DM"M-mungkin dia penggemar rahasiaku". Ucapku asal, setelah mengintip kalimat pendek dari isi surat.
Aisss, Joe menyentil kepalaku. "Penggemar rahasia tidak berguna. Kau disakiti oleh senior, dia malah hanya diam menyaksikanmu. Dasar payah".
Aku menggaruk tengkukku. Benar juga kata Joe. Tidak ada penggemar yang rela idolanya disakiti. Tapi...
"Duhh, namanya juga peng-ge mar ra-ha-sia, kalau dia menelongku, bukan lagi rahasia dong". Ucapku sambil menatap Joe yang sudah memakan lebih dulu cokelat itu, separuhnya diberikan untukku. Beberapa hari menjalani hidup di zaman ini membuatku ikut-ikutan menambah kata tambahan ketika berbicara. Aku menutup kembali cokelatnya. Joe melirikku sejenak lalu berkata.
"Suka hati kaulah".
Pada akhirnya aku tertawa melihat Joe yang sebal melihatku, ketimbang memikirkan kejadian dikantin tadi kami malah membahas hal lain, merencanakan mampir ke tokoh kue ibu Joe, belajar membuat kue disana. Pasti menyenangkan.
"Baiklah, aku akan izin pada ibunda".
.
.
.Selamat pagi-selamat berpuasa (bagi yang melaksanakan)
🤸♀Maaf yaa kalau ada typo
Btw makasih loh yang udah mampir ke cerita ini, yang udah vote⭐, lop-lop untukmu😘❤.See you next part🧘♀🧘♀🧘♀
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Lady Rheana
FantasyBagaimana jadinya jika seorang lady dari abad pertengahan mengalami transmigrasi ketubuh gadis era Gen Z, Ashley Noellee yang menjadi target bully selanjutnya oleh senior disekolah. Ditambah lagi lady Rheana harus menghadapi sikap senior bernama Dan...