...
Aku memasang raut datar ketika tahu siapa yang menarikku keluar dari kafe. Dante, remaja laki-laki berstatus senior disekolahku. Ia berdiri menjulang tinggi didepanku, sambil menyodorkan ponselnya, menagih apa yang telah kami sepakati disekolah. Aku mendengus tertahan dalam hati, lalu merogoh ponselku dari dalam sling bag yang ku kenakan. Tanpa banyak bicara aku segera mengecek nomorku lalu menyalinnya ke kontak ponsel milik Dante. Aku tahu dia hanya berdiri didepanku tapi matanya yang tajam itu tetap sibuk menatapku lekat bukan kearah ponsel kami tapi kearah raut wajahku yang beberapa kali menyerngit akibat jariku yang salah tekan tombol keyboard ponsel.
"Ekhm, ini!". Aku mengembalikan ponselnya. "Sudahkan?".
Senior Dante mengangguk sambil menyeringai kecil. "Tunggu sebentar".
Dia menahan kembali ketika kakiku ingin bergerak melangkah pergi. Beberapa detik berikutnya aku merasakan ponselku bergetar didalam tasku, aku kembali merogohnya. "Nomor baru?".
"Oke". Ucapnya tiba-tiba.
Jelas aku melongo. Ternyata nomor Dante. Astaga!, dia tidak percaya kalau aku memberikan nomor yang benar sehingga mengeceknya lebih dulu.
"Kau kira aku berbohong!".
"Aku cuma memastikannya saja, Ashley".
Aku mendengus tak suka, memilih melangkah pergi, Joe pasti mencariku. Tapi...
"Gadis itu, kenapa sangat lucu".
Aku masih bisa mendengar gumaman serta kekehan senior Dante. Wajahku seketika menghangat, langkahku terhenti, aku membalik sejenak memastikan ucapan remaja laki-laki fenomenal disekolah itu. Dante tersenyum kearahku ketika tahu aku kembali membalik kearahnya.
"Eh, ada apa dengannya?". Aku segera lari tanpa menoleh apalagi membalikkan badan untuk melihatnya lagi. Senior Dante baru saja mengedipkan sebelah matanya padaku.
"Kau darimana saja?". Joe bertanya jengkel, gadis itu seperti baru saja diserang kepanikan.
Aku yang tiba-tiba muncul dibelakangnya hanya menyengir. Aku tidak tahu harus menjawab apa. "A-ha?".
"Ihh, As, aku takut kau hilang. Jika tahu anaknya kembali pulang sendiri lagi, tante Helen pasti akan langsung memblack listku dari kehidupanmu".
"Kau terlalu berlebihan Joe".
Joe melotot lucu, membantah. "Aku tidak berlebihan".
___Esok harinya.
"Ini bukan salah ibunda jika kau terlambat sayang". Ibunda berbicara santai sambil menyetir, mobil kami membelah jalan raya yang tampak ramai pagi itu, sesekali macet pula.
Aku terlambat bangun. Semalam setelah pulang diantar Joe, ponselku berdering beberapa kali, panggilan masuk dari nomor baru yang aku ingat sekali milik senior Dante. Aku mengangkatnya setelah dilayar ponsel itu menunjukkan 3 panggilan tak terjawab. Senior Dante bertanya basa-basi, dilanjutkan dengan menanyakan bagaimana dengan belajar berhitungku. Lagi-lagi remaja laki-laki itu menawarkan diri untuk mengajariku, tapi lagi-lagi aku menjawab tidak usah, aku bisa belajar sendiri. Senior Dante banyak bicara, sedangkan aku menjawab apa saja yang ia tanyakan dengan nada sedikit risih. Entah senior Dante tak peka atau memang tahu tapi hanya membiarkanku saja, hingga aku tahu ia menelpon sambil mengerjakan tugas Matematikannya, aku dengan jelas mendengarnya berhitung pelan disela-sela aku menjawab pertanyaannya. Kami selesai berbicara hingga pukul sebelas, dan biasanya aku sudah tertidur jam 9, itu waktu yang sangat terlambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Lady Rheana
FantasyBagaimana jadinya jika seorang lady dari abad pertengahan mengalami transmigrasi ketubuh gadis era Gen Z, Ashley Noellee yang menjadi target bully selanjutnya oleh senior disekolah. Ditambah lagi lady Rheana harus menghadapi sikap senior bernama Dan...