15. Pertengkaran

80 8 0
                                    

EITSSSS
Lyn sedikit Ngelunjak, FOLLOW dong akun author😚😚😚😚😚


(Uhuuyyyyyyy, Joe disini>> Kasih lop-lop untuk readers yang follow akun author😘)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Uhuuyyyyyyy, Joe disini>> Kasih lop-lop untuk readers yang follow akun author😘)

(Uhuuyyyyyyy, Joe disini>> Kasih lop-lop untuk readers yang follow akun author😘)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Pukul setengah 9 pagi.
Suasana sekolah lengang, aku duduk sendiri dibangku yang ada dikoridor. Aku baru saja dikeluarkan dari mata pelajaran Perekonomian Masyarakat. Alasannya, sebab tidak memiliki catatan yang lengkap, ketika pak Orkha bertanya mengenai pelajaran minggu lalu padaku, aku menjawabnya terbatah-batah, salah pula. Hingga guru tersebut marah, menunjuk pintu. Menyuruhku keluar. Pak Orkha memang terkenal guru yang sangat disiplin dan ketat.

"Untuk kalian semua!. Sepuluh menit menunggu pelajaran berikutnya baca buku sebelum masuk kelas. PAHAM!".

Aku mengusap wajahku, kena mental. Suara pak Orkha sayup-sayup terdengar dari luar. Memberitahu semua teman kelasku bahwa ia tidak menerima alasan apapun. Seketika aku patah semangat untuk bertahan hidup dizaman ini hanya karena dibentak oleh guru. Wajahku memerah, untuk pertama kalinya aku menangis terisak.

Lima belas menit menangisi nasib, aku mendongak menatap sekeliling. Suasananya tetap sama, sunyi. Aku melangkah menjauhi kelas, berjalan cepat dikoridor menuju toilet sekolah. Tiba disana, aku langsung membasuh muka, kulakukan beberapa kali. Aku menatap wajahku yang sembab walau sudah kubasuh dengan air, mataku juga masih memerah.

"Aku tidak mau disini".

___

Aku keluar dari perpustakaan tepat alarm jam istirahat pertama berbunyi. Tadi, setelah dari toilet aku bergegas masuk ke perpustakaan. Aku ingin membuktikan bahwa aku, lady Rheana, gadis dari abad pertengahan bisa bersaing dengan manusia dizaman modern. Aku mencoba belajar dengan keras. Membaca buku tentang Perekonomian Masyarakat dan pelajaran selanjutnya setelah istirahat. Berjaga-jaga, aku takut bernasib sama dengan mata pelajaran sebelumnya .

"Wow, siapa ini??!".

Huh. Tepat melewati tangga aku berpas-pasan dengan empat senior. Senior Olive dan gengnya yang baru turun dari lantai-2. Aku diam saja. Melewati empat senior itu seakan tidak melihat mereka. Beberapa siswa memperhatikan kami.

"Anak ini perlu diajari sopan santun, Liv. Lihat!, dia bahkan tidak menjawab sapaan kita". Senior berambut ikal, Karin namanya. Ia jengkel melihatku mengabaikan mereka.

Aku tidak tahu jika empat senior itu menjajarkan langkahnya denganku, hingga tepat melewati empat kelas 11 senior Olive langsung menendang kakiku. Aku terbanting jatuh, merasakan dinginnya lantai koridor. Aku terduduk mengeluh. Menatap marah empat senior yang tengah tertawa mengejekku. Sangat tidak sopan. Aku menatap sekeliling, beberapa siswa tidak berani mendekat apalagi menolong, mereka hanya sibuk menonton. Seolah ini adalah tontonan seru.

"Heh, itu akibatnya menjadi adik kelas yang tidak punya sopan santun!!". Seru Olive tajam. Tangannya terulur ingin mencengkram daguku.

Senior ini seakan lupa diri. Siapa sebenarnya disini yang tidak punya sopan-santun?, menyinggung tentang etika baik padahal dia yang seharusnya perlu disadarkan. Sedangkan aku?, aku sudah belajar etika bangsawan sejak umur empat tahun hingga akan ingat seumur hidup.

Aku menutup mata, menarik napas banyak-banyak. Hari ini aku merasa sangat sial, seolah manusia-manusia di zaman ini tengah mengujiku.
Aku menepis tangan senior Olive.

"Dia masih berani melawan ternyata!". Karin kembali bersuara, menatapku tajam.

"Kau ingin dipukul yaaa!!". Senior lainnya bersuara, Sofia.

"Minta maaf pada, Olive!". Bentak Angel, senior satu lagi.

"Tidak mau". Aku menjawab tegas. Sudah cukup aku diperlakukan dengan kasar. Aku berdiri cepat, seolah menantang mereka. Semua manusia dizaman ini begitu angkuh, gila hormat dan menjengkelkan.

Olive mendorongku. Aku mundur beberapa langkah. Ia terpancing emosi melihat aku yang mulai berani. Ia menggeram marah lalu berkata... "Kau akan sama sepertinya".

Aku tahu maksud ucapan senior Olive. Aku balas menatap wajahnya. Aku tidak takut. Ya, aku tidak takut. Setelah tahu dan mengerti apa yang terjadi, aku akan memberanikan diri untuk melawan empat senior ini. Apalagi aku juga telah melihat gadis bernama Anna yang koma akibat ulah senior Olive dan gengnya, aku semakin gigih ingin membalas perbuatan mereka.

"Sebelum itu terjadi, kupastikan semua orang akan tahu perbuatan kalian".

Tepat diujung kalimatku, Olive telah maju melayangkan tamparannya. Aku tidak tinggal diam, membalas tamparannya dengan memukul. Mereka mengeroyokku, empat lawan satu. Aku tidak peduli, mereka akan menjadi pelampiasanku. Beberapa senior laki-laki yang melihat pertengkaran kami, berusaha memisahkan, juga satu-dua siswa perempuan berlari keruang guru.
Hingga kami diseret masuk keruang BK.

.

.

.

🙈🙈 Hayyyyyyyyyyyyyy selamat siang
Duuhhhh Lyn lagi ada waktu senggan🙊 jadi mutusin Up part ini🧘‍♀ semoga suka🤸‍♀

Eheheheheh agak pendek yaaaa. Umm nggak apa-apa sich✌

Oke jan lupa vote⭐ dan komen 😘😘😘😘

See You next part>>>>>>





Transmigrasi Lady RheanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang