8. Namanya Samuel

112 12 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Ctak

Aku membuka loker, memasukkan seragamku disana. Hari ini, jam kedua kelas kami mata pelajaran olahraga, tepatnya permainan bola basket. Aku tidak tahu itu permainan apa, yang jelas aku akan semangat mengikuti pelajaran kali ini sebab belajar diluar kelas. Walaupun diluar sana sedang hujan tapi pak Dani, selaku guru pelajaran tetap masuk dan harus praktek. Sekolah ini mempunyai gedung olahraga, maka dari itu pak Dani dengan suka hati menyuruh kami segera ke gedung olahraga yang berbentuk sepotong bulatan bola.

"LARI-LARI".

Suara pak Dani terdengar begitu nyaring dilorong koridor kelas, beberapa siswa keluar melihat kami atau sekedar mengintip dari jendela. Lari yang kami lakukan ini adalah pemanasan, agar setibanya digedung olahraga kami langsung ke inti pembelajaran.

"As, tadi aku sempat melihatmu bersama senior Dante. Kau punya masalah dengannya?". Joe bertanya ditengah berisiknya teman-teman kelas yang mengeluh sebab suara pak Dani membuat telinga mereka sakit. Kami berada paling belakang, sengaja sedikit lambat.

Aku menggeleng. "Tidak ada, aku diparkiran sebab menunggumu".

"Tapi kulihat kalian mengobrol".

"Sedikit". Aku menoleh kearah Joy sambil mengangkat tangan kananku, memperlihatkan jari telunjuk dan ibu jariku yang memiliki jarak yang begitu jauh.

Joe mengangguk sambil menyeringai aneh. "Setidaknya kau beruntung pernah ngobrol dengannya. Kau tahu!, senior Dante sangat jarang bicara apalagi mengajak duluan mengobrol. Ah, tapi kurasa senior Dante akan berubah ketika bersama Abigail, kekasihnya. Iyakan?" 

Aku mengedikkan bahu. Seingatku, selama remaja laki-laki itu menghampiriku dia paling banyak bicara, bertanya. Bahkan ketika aku tidak bertanya sekalipun senior Dante memberitahu apa yang dilakukannya. Aneh memang, ketika banyak orang yang mengatakan senior itu bersikap dingin dan malas ngobrol.

"HEI, YANG DIBELAKANG, JANGAN MENGOBROL, KALIAN SUDAH TERTINGGAL JAUH!".

Aku dan Joe tersentak, posisi kami memang tertinggal dua meter. Kami segera lari kencang menyusul teman-teman lain sambil menuduh satu sama lain. Dasar bodoh. Apalagi melihat wajah teman-teman kelas meledek kami seakan mengatakan. Rasakan itu.

Transmigrasi Lady RheanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang