13. Kedatangan Dante

85 7 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Aku beranjak dari tempat tidur ketika pintu kamarku diketuk dari luar, aku tahu itu bibi Nam. Tadi aku sedang mandi, makanya aku menguncinya. Biasanya, beliau mengetuk dan langsung membukannya.

"Ada apa, Bi?". Aku bertanya penasaran tepat pintu terbuka lebar, aku bersandar di tembok luar kamarku.

Bibi Nam tampak sumringah menatapku. "Itu non, dibawah ada tamu". Tangan bibi Nam menunjuk kebawah lantai satu, ruang tamu.

Aku berpikir sejenak. Astaga!, Joe sudah menjemputku, padahal aku belum mengirim pesan padanya. Lagian ibunda belum pulang. Aku tidak bisa pergi.
"Bilang pada Joe, datang kekamarku. Aku malas kebawah...".

Bibi Nam menggeleng, memotong ucapanku. "Bukan nona Joe, nona".

"Eh, lalu tamu ibunda, ayah?".

Bibi Nam kembali menggeleng. "Bukan nona. Tapi, tamu anda. Cowok".

"Cowok?". Aku menyerngit heran, siapa?. Cowok adalah bahasa gaul untuk panggilan kaum laki-laki usia remaja. Dunia modern memiliki banyak kata-kata yang memiliki makna sama.

"Iya non, cowok. Ganteng pula".

Bibi Nam menyengir kesenangan saat mengatakan bahwa tamu dibawah sana laki-laki tampan.
"Siapa ya?". Aku bergegas jalan, meninggalkan bibi Nam didepan pintu kamarku, menuruni anak tangga dengan pikiran yang menerka-nerka.

Hampir mencapai anak tangga terakhir aku menghentikan langkahku. Dari sini aku bisa melihat seseorang yang kukenali tampangnya, Dante. Tahu darimana senior Dante alamat rumahku?. Lalu, apa maksudnya ia datang kemari?. Aku melirik bibi Nam yang telah berada disampingku.

"Kekasih anda, nona?". Bisiknya dengan nada penasaran sambil senyam-senyum menatapku.

Aku menoleh sempurna kearah bibi Nam. "Dia seniorku disekolah, bi". Bantahku.

Mulut bibi nam membentuk huruf O sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. "Kekasih anda senior disekolah, nona?".

Aku tambah melotot, kukira bibi Nam mengerti ucapanku. "Astaga!, bukan bi, bukan. Dia hanya senior, senior saja. Aku tidak punya kekasih".

Aku melanjutkan langkahku menghampiri senior Dante yang duduk disofa ruang tamu, remaja laki-laki itu sibuk menatap ponselnya. Bibi Nam berlari kedapur, membuat minuman untuk tamu. Aku langsung duduk disofa sebrang.

"Ekhm,...".

Aku memecahkan perhatian senior Dante. Remaja laki-laki itu memperbaiki posisi duduknya sambil menatapku tanpa berkedip beberapa detik. Eh!, apa ada yang salah dengan penampilanku?, padahal aku sudah menggunakan pakaian yang sopan. Dan dengan gerakan cepat senior Dante memasukkan ponselnya kesaku baju.

"A-apa aku mengganggumu?".

Katakan bahwa aku terlalu setia pada pasanganku, pangeran Mathew. Senior Dante, yang notabenenya senior populer disekolah, tampan, cerdas, banyak digilai gadis-gadis disekolah, aku tetap kokoh agar tidak terpana oleh pesonanya. Aku selalu berharap suatu hari nanti aku bisa kembali ke zamanku sesungguhnya.

Transmigrasi Lady RheanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang