🖇️07. Gift

93 47 6
                                    

Follow ig aku:
@yaa_frstn @kucingimut1258

Ig mereka juga:
@zayaflow_
@gafi.prnz
@kaylen_yrf
@luv_yin
@atlnta_

⛓️🧸📕

"TATAA! Aku ada bawain bekal buat kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"TATAA! Aku ada bawain bekal buat kamu."

Gadis rambut kucir dua dengan konsep innocent dan terlihat natural itu memegang sebuah kotak bewarna biru tua itu di tangannya. Senyumnya tak henti-henti terpancar di wajah cantiknya.

Laki-laki yang duduk di taman perpustakaan kampusnya itu tidak menggubris ucapan gadis di hadapannya ini. Menganggu ketenangan orang saja.

"Tata, aku bicara sama kamu, loh."

Atlanta sedikit melirik gadis itu kemudian kembali menatap bukunya. "Apa?"

Belinda—gadis itu kembali tersenyum. "TADA!! Aku bawain kamu bekal spesial dari aku."

"Gak usah! Gak butuh," jawab Atlanta masih fokus menatap bukunya.

"Tata ishh, aku udah buatin ini dari jam lima pagi," ucap gadis itu.

"Gak ada yang nyuruh kamu buatin bekal ini kan?" Atlanta menutup bukunya dan menatap mata gadis itu.

Gadis itu terdiam. "Tapi aku —"

"Dan jangan panggil saya Tata, Belinda. Kita gak kenal, jadi jangan sok akrab sama saya!" Tekan Atlanta kemudian pergi dari sana meninggalkan gadis kucir kuda tersebut.

Belinda Lovatte—gadis yang umurnya di bawah dua tahun dari Atlanta itu menghentak-hentakkan kakinya ke tanah. Dirinya begitu kesal karena gagal lagi membuat Atlanta tertarik kepadanya.

Belinda berstatus sebagai adik tirinya Atlanta. Mama Belinda menikah dengan ayah Atlanta setelah Ibu Atlanta meninggal ketika melahirkan adik perempuannya. Athira Carlisle Dhamari, gadis kecil yang bersekolah di sekolah dasar kelas empat.

"Aku cuma mau dekat sama kamu aja, Tata," lirih Belinda menatap bekal yang baru saja dia siapkan untuk Atlanta pagi tadi.

Tata adalah panggilan spesial dari Belinda untuk Atlanta.

🔗🧸📕

"SENANG BANGET, AKHIRNYA AKU UDAH NGOLEKSI TIGA NOVEL TERE LIYE!!!"

Suara cempreng itu membuat Zaya menutup kedua telinganya karena menusuk indera pendengarannya. Badan kecil, tapi suara cempreng. Siapalagi kalau bukan Valena Abrielza Olana—gadis kepang satu dengan poni yang menghiasi wajahnya. Serta kacamata bulat yang terpampang di matanya.

"Wah selamat, Na, aku satu aja belum punya," ujar Zaya.

"Ini juga kakak aku yang beliin. Kamu mau minjam gak?" Tawar Valena.

"Mau banget," histeris Zaya dengan matanya yang berbinar.

Zaya dan Valena duduk di bangku taman perpustakaan sambil membaca bukunya masing-masing. Tiada hari tanpa membaca buku. Dan tiada hari juga mereka datang ke tempat ini hanya untuk sekedar membaca lembaran kertas-kertas tersebut.

We Are Happy Ending [END] [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang