🖇️09. Painting

73 42 2
                                    

Follow ig aku:
@yaa_frstn @kucingimut1258

Ig mereka juga:
@zayaflow_
@gafi.prnz
@kaylen_yrf
@luv_yin
@atlnta_

🔗🧸📕

"BELIN Ngapain kamu di kamar saya!?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"BELIN Ngapain kamu di kamar saya!?"

Atlanta begitu kaget, baru pulang dari luar tapi sudah menemukan Belinda—adik tirinya yang tidur di kasur miliknya.

Belinda menegakkan tubuhnya dan menatap Atlanta yang sudah melayangkan tatapan tajam kepadanya.

"Kak, itu tadi aku—"

"KELUAR!" Usir Atlanta dengan emosi yang sudah meledak.

"Tapi kak—"

"Saya bilang keluar ya keluar, Lin!"

Dengan terpaksa Belinda keluar dari kamar Atlanta sebelum cowok itu bertambah marah. Atlanta mengusap mukanya, dan memijit pelan pangkal hidungnya. Tidak bisakah dia hidup dengan tenang di rumah ini?

Atlanta tidak menyukai Belinda karena ada sebab tertentu. Dan hal tersebut yang membuatnya sangat muak bertemu gadis munafik seperti Belinda.

"Dasar gadis aneh," gumam Atlanta.

Lalu, Atlanta mengeluarkan kanvas yang dirinya beli bersama Zaya tadi. Ditatap lekat-lekat kanvas putih polos itu sambil tersenyum penuh arti. Dari sekian banyaknya kanvas yang ada, cuma kanvas ini yang paling berharga baginya. Tak menunggu lama, Atlanta mulai menggoreskan tinta dan mencampurkan warna sehingga menjadi sebuah lukisan yang indah. Tak lupa juga Atlanta menambahkan sebuah objek orang di dalamnya.

Hanya butuh waktu tiga puluh menit, akhirnya lukisan indah Atlanta selesai. Gambar seorang gadis cantik yang sedang duduk menatap senja dengan sebuah buku di tangannya. Diam-diam sudut bibir Atlanta terangkat ke atas.

"Sudah saya bilang kan, Nona? Kamu akan abadi di dalam karya saya."

"Saya sadar bahwa saya cuma orang baru yang hadir dalam hidupmu. Tapi, orang baru ini akan membantumu sembuh dari luka masa lalu, Nona. Izinkan saya membuka dan menata hatimu kembali."

⛓️🧸📕

Suara decitan sendok dan garpu berbunyi sangat nyaring di meja makan. Sebuah keluarga yang terdiri atas seorang Ayah, Ibu, dan anak perempuan itu saling melempar tawa dan obrolan di sela-sela makan malam mereka.

Azaya. Bahkan tak jarang-jarang gadis itu merasa kesal karena Sang Ayah yang terus menjahilinya. Bahkan Bundanya Zahara cuma menggeleng-gelengkan kepala melihat interaksi antara ayah dan anak itu.

"Flow, kamu tau gak kenapa Ayah bisa ketemu sama Bunda kamu?" tanya Arzen.

"Kenapa, Yah?" tanya Zaya yang cukup penasaran dengan kisah orangtuanya ini.

We Are Happy Ending [END] [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang