33. Loss Of Crown

15 2 0
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu.

WARNING!
Part ini mengandung unsur 21+, walaupun umurku masih 16 Tahun.
Tapi aku terpaksa nulis ini karena ini bagian dari alur.

Aku saranin, bijak dalam membaca ya. Kalau bisa langsung skip saja.

Pokoknya pandai-pandai dalam membaca ya guyss-!!!

Terima kasih

Saya ingin mati, Za

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Saya ingin mati, Za.

Ucapan itu terngiang-ngiang di kepala Zaya. Selama perjalanan, perasaannya menjadi tidak enak. Di dalam hati Zaya berdoa semoga Atlanta tetap baik-baik saja.

Zaya menatap sebuah bangunan tinggi yang terpampang jelas nama 'Hotel Airles' di atasnya. Zaya memasuki hotel tersebut dan memasuki ruang di mana Atlanta berada sekatang. Zaya memasuki ruangan gelap tersebut. Matanya menelusuri berbagai arah mencari keberadaan seseorang. Atlanta. Di mana laki-laki itu?

Brak!

Zaya membalikkan badannya, ternyata pintu kamar sudah tertutup. Zaya mencoba membuka pintu itu namun terkunci. Ketika ingin membalikkan badan, Atlanta meletakkan kedua tangannya di dinding mengunci pergerakan Zaya sehingga membuat gadis itu tersandar di pintu.

"Kak?" Panggil Zaya.

Menurutnya sosok Atlanta kali ini berbeda. Biasanya Atlanta selalu memberikan aura positif, namun Atlanta yang sekarang sangat menakutkan bagi Zaya.

"Saya mau kamu."

Zaya meneguk ludahnya dengan kasar. "Kak—"

Belum sampai Zaya melanjutkan ucapannya, Atlanta sudah menyambar bibir Zaya dengan paksa. Zaya berusaha memberontak dan melepaskan ciumannya dengan Atlanta. Namun tenaga Zaya kalah telak dengan tenaga laki-laki itu.

Atlanta melepaskan pangutannya, lalu menatap mata indah Zaya dengan intens. "Kamu milik saya. Malam ini saya akan menjadikan kamu sebagai milik saya."

Zaya menggeleng. Air matanya sudah jatuh membasahi pipi. Bagaimana pun ia harus bisa untuk melarikan diri dari tempat mengerikan ini. Ini bukanlah Atlanta yang Zaya kenal. Atlanta yang selalu menjaga kehormatan wanita sekarang sudah berubah dan ingin melecehkannya. Atlanta sendiri yang bilang waktu itu kalau laki-laki itu tidak akan mau menyentuhnya tanpa ikatan pernikahan yang sah. Namun sekarang? Manusia itu penuh dengan kepalsuan.

"E-enggak kak ... Jangan ... " Lirih Zaya.

Namun sepertinya, malam ini semesta tidak berpihak kepada gadis itu. Malam ini, mahkotanya sudah direnggut oleh seseorang yang belum sah menjadi suaminya. Zaya sangat berharap ini semua adalah mimpi buruk yang ingin segera Zaya akhiri. Mau seberusaha apapun ia untuk lari, namun dirinya akan tetap kalah dari Atlanta yang tenaganya lebih besar.

"Ma, Pa, maafin Flow. Flow gagal. Gagal jaga kehormatan Flow."

⛓️📕🧸

Cahaya matahari yang masuk dari celah-celah jendela kamar membuat Atlanta terbangun. Atlanta mengucek-ngucek matanya dan menemui keberadaan nya yang sudah tidak terbalut busana satu pun. Atlanta mencoba mengingat kejadian malam tadi. Ingatannya berkelana di kejadian di mana ia sedang mabuk dan membawa Zaya ke dalam kamarnya. Setelah itu, Atlanta tidak ingat lagi apa yang terjadi.

Apakah dia berbuat macam-macam kepada gadis itu?

Apakah gadis itu baik-baik saja?

Namun pikiran itu seketika buyar ketika Atlanta menemukan bercak darah di sprei putih ranjangnya. Dadanya bergemuruh hebat, petir keras seakan menyambar ulu hatinya.

Apa yang telah ia lakukan? Kenapa bisa Atlanta melakukan perbuatan keji seperti ini?

Atlanta membuang jauh pikiran buruknya dan meyakinkan diri kalau semua pikirannya tentang Zaya tidak benar. Ini pasti cuma noda minuman sisa kemarin. Bukan darah!

"Apa sih, Ta? Zaya pasti sudah pulang sekarang."

Pikiran Atlanta beralih ke kejadian kemarin malam. Di mana ia mengambil begitu saja mahkota seorang gadis yang selama ini begitu dijaga-jaga. Mengingat dengan jelas bagaimana gadis itu menangis kesakitan dan kekecewaan karena dirinya. Bagaimana keadaan Zaya setelah kejadian ini? Zaya pasti benar-benar sangat kecewa. Setetes cairan bening jatuh dari pelupuk mata Atlanta tanpa sadar.

Tanpa menunggu waktu lama lagi, Atlanta dengan segera memasuki kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Membiarkan dirinya basah di bawah shower air yang menurunkan jutaan rintik-rintik air. Atlanta menumpahkan semuanya di sana. Menyadari kebodohannya. Hanya dengan satu malam, ia berhasil membuat hidup seorang gadis hancur.

"Za ... Maafin saya. Saya khilaf."

Mungkin kata maaf saja tak mampu untuk menebus semuanya. Setelah membiarkan dirinya basah di bawah shower selama setengah jam, Atlanta keluar dari hotel untuk mencari keberadaan Zaya. Namun sudah berbagai cara ia lakukan tapi tetap tidak menemukan keberadaan gadis itu.

Atlanta tau, Zaya pasti akan sangat kecewa dengan dirinya.

Bukan akan, tapi sudah.

"Za ... Please, angkat telepon saya sekali saja. Saya mohon, Za."

Bukannya mendapatkan telepon dari Zaya, justru laki-laki itu malah mendapatkan telepon dari Belinda. Atlanta menerima telepon itu.

"Ada apa, Lin?"

"Ara jatuh dari tangga, Ta."

Fakta apa lagi ini? Setelah menghancurkan kehidupan anak orang, kini dirinya harus menerima kabar kalau adik kesayangannya jatuh dari tangga?

Dengan panik, Atlanta bergegas pulang ke rumah untuk melihat kondisi adik kesayangannya itu. Atlanta dapat bernapas lega tatkala Athira baik-baik saja.

"Ara kenapa bisa jatuh?" tanya Atlanta rambut kepada Athira.

"Gak papa kok, Kak. Ara gapapa. Kemarin Ara nunggu Kakak pulang, eh taunya malah kepeleset. Kakak kemarin malam ke mana sih? Ara khawatir."

Atlanta memijit pangkal hidungnya. Lagi-lagi dirinya harus mengingat kejadian tadi malam. Kenapa semua ini harus terjadi kepadanya?

"Abang kemarin ada urusan bentar di luar. Eh taunya malah ketiduran di perpustakaan, Maafin Abang ya," ujar Atlanta berbohong.

"Maafin saya sudah berbohong, Tuhan. Saya menyesali perbuatan saya."

___________________

To Be Continued
____________________

Ga tau mau ngomong apalagi di part ini, but..

Atlanta BRENGSHAKE banget🥰

We Are Happy Ending [END] [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang