Ash mengulurkan lengannya, sedangkan Seraphina menatapnya bingung.
"Apakah kau keberatan jika kita pergi sambil bergandengan tangan?"
Seraphina tersenyum, meletakkan tangan kirinya di lengan tangan kanan Ash yang terulur.
"Tidak sama sekali."
Keduanya berjalan bergandengan di bawah sinar matahari yang hangat. Sudah lama sekali sejak Seraphina pergi keluar untuk berjalan-jalan. Saat angin sejuk bertiup, pohon-pohon maple yang ditanam secara berkala di tepi jalan mengeluarkan suara gemerisik. Dia mengangkat pandangannya, menatap langit biru dengan sedikit awan. Pemandangan yang begitu berwarna itu sangat indah.
Ada banyak orang yang berlalu-lalang di jalanan ibu kota. Orang-orang dewasa terlihat sangat sibuk. Tentu saja, tidak akan ada yang bisa menganggur di musim gugur. Anak-anak bermain air dan tertawa terbahak-bahak di sekitar air mancur dan orang tuanya memperhatikan dari belakang. Di setiap langkahnya, sesekali Seraphina mendengar tawa dan percakapan orang-orang ramah. Ada perasaan tenang dan damai hanya dengan melihatnya.
Saat pintu restoran dibuka, bel yang jelas berbunyi di atas pintu. Semua orang yang ada di dalamnya memandang mereka dengan mata lebar. Beberapa dari mereka meragukan penglihatannya saat Pangeran Pertama datang bersama seorang wanita, yang mereka tahu bahwa wanita itu sudah memiliki tunangan, terlebih lagi dengan bergandengan tangan.
Seseorang yang tampaknya adalah pemilik restoran tersebut mendekat, menyapa dengan sopan, dan memandu ke meja yang berada di sudut lantai dua dengan pemandangan indah ibu kota. Itu adalah tempat yang cocok untuk berkencan.
Setelah memesan beberapa menu makanan pada pramusaji yang membawa buku catatan dan pena di tangannya, Ash kembali memusatkan perhatiannya kepada Seraphina. Lebih tepatnya pada leher, tulang selangka, dan bahunya yang tertutupi lengan gaun. Untuk sesaat, ingatan kemarin malam melintas di kepalanya.
"Bagaimana dengan memar di bahumu?"
"Itu menjadi lebih baik berkat obat darimu, Ash."
"Senang mendengarnya. Ngomong-ngomong, apa kau sudah memiliki rencana untuk menghancurkan Beaumont?"
Terkejut dengan pertanyaan yang tiba-tiba, mata Seraphina melebar, kemudian mengalihkan pandangan ke sekelilingnya. Khawatir seseorang akan mendengarnya. Namun, tanpa dia ketahui, Ash telah melepaskan sihir agar tidak ada seorangpun yang bisa mendengar percakapan mereka.
"Jangan khawatir. Tidak akan ada orang yang bisa mendengar percakapan kita."
Mendengar perkataan Ash, Seraphina menghela nafas lega.
"Aku berencana mengirimkan mata-mata ke kediaman Beaumont untuk menyelidiki apakah Sergio disembunyikan di sana. Meski aku tidak yakin Duke Beaumont akan bertindak ceroboh dengan menyembunyikan Sergio di kediamannya. Aku hanya ingin melepaskan rasa penasaranku."
Ash mengerti apa yang Seraphina rasakan. Mengetahui Duke Beaumont yang menjadi dalang utama pembunuhan kedua orang tuanya membuat kecurigaan bahwa adiknya disembunyikan di kediamannya adalah hal yang wajar. Akan tetapi, tanpa Seraphina ketahui, Ash telah melakukan pencarian Sergio setelah memutar waktu kembali ke masa lalu, bahkan sebelum Seraphina meminta, mengingat Sergio lah yang akan menghancurkan kerajaan ini di masa depan karena terpengaruh oleh sihir gelap yang dilakukan sekelompok penyihir hitam. Namun, pencarian yang telah dilakukan di kediaman Beaumont itu tidak membuahkan hasil.
"Bagaimana dengan penyihir yang menyamar sebagai pelayan?"
Seraphina menganggukkan kepalanya dan mengambil keputusan. Dia berpikir itu adalah hal yang bagus, sehingga dia tidak perlu memilih seseorang dan mencari cara untuk memasukkannya ke dalam kediaman Beaumont tanpa dicurigai.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERAPHINA : When Fate Finds Us
FantasySeraphina Seymour adalah wanita muda yang cantik, ceria dan penuh percaya diri. Kulit putih pucat, rambut perak yang lurus bersinar dengan indah, mata biru yang cerah seperti langit di musim gugur, dan lekuk tubuh yang feminin dan cantik selalu mena...