Bab 10 - Kesepakatan.

325 75 89
                                    

Meskipun bulan bersinar terang, dunia malam ini tetap sunyi dan gelap. Seraphina melihat ke sekelilingnya, mencoba mencari keberadaan ksatria di kegelapan malam. Saat dia berharap ksatria itu tidak benar-benar meninggalkannya, suara tenang terdengar dari sampingnya.

"Nyonya Seymour."

Seraphina menoleh pada suara seseorang yang memanggilnya. Di sisi kanannya terlihat seorang pria yang memakai seragam ksatria kerajaan sedang berlari ke arahnya. Dia memandanginya sejenak kemudian menatap sesuatu yang dipegangnya. Itu adalah surat kontrak miliknya.

Ksatria itu berhenti di hadapan Seraphina. Dia menyerahkan surat kontrak itu pada pemiliknya.

"Terima kasih telah menjaganya dengan baik."

Ksatria itu tersenyum tipis mendengar kata-kata Seraphina, kemudian kembali memandu Seraphina menuju ruang pertemuan.

Seraphina berjalan menyusuri lorong bersama ksatria. Istana pangeran tampak tenang dan hening. Sejak pertama kali masuk, dia tidak melihat pelayan yang lewat ataupun ksatria yang sedang berjaga. Ini adalah hal yang baik sehingga dia tidak perlu khawatir seseorang akan menyebar rumor buruk tentang dirinya yang mengunjungi istana pangeran.

Perjalanan yang dipenuhi keheningan telah berakhir saat ksatria itu menghentikan langkahnya.

"Kita sudah sampai, Nyonya Seymour. Silahkan masuk, Yang Mulia Pangeran Pertama sedang menunggu anda di dalam."

Seraphina menatap lurus ke arah pintu dengan pola singa tangguh di atasnya dengan tatapan kosong. Kemudian dia mengucapkan terima kasih sebelum ksatria itu pergi.

Seraphina mengetuk pintu dan menunggu jawaban dari dalam. Namun, setelah beberapa saat, tidak ada suara yang datang dari balik pintu, jadi dia memegang knop pintu dan mendorongnya lalu masuk.

Dalam keremangan ruangan yang tenang diterangi cahaya bulan, Ash mengangkat kepalanya saat mendengar suara pintu yang terbuka.

Aroma daun tembakau yang terbakar memenuhi indra penciumannya. Buku-buku berserakan di atas meja tanpa ada satupun lilin yang dinyalakan. Ash duduk di meja kerjanya, membelakangi cahaya bulan yang menyinari malam menyelinap masuk melalui jendela yang terbuka lebar. Dia memegang buku di tangan kirinya dan cerutu di tangan kanannya. Pakaian yang dikenakannya masih sama seperti yang dia lihat di perjamuan beberapa waktu yang lalu, yang berbeda hanyalah gaya rambutnya yang sebelumnya rapi ditarik ke belakang, kini tampak berantakan karena suatu alasan.

Sejenak, Seraphina merasakan perasaan bertemu dengan sebuah karya seni di tempat yang asing. Namun, yang ada dihadapannya tentu saja bukanlah sebuah karya seni, melainkan seorang manusia hidup.

Seharusnya, Seraphina memberikan salam hormat saat masuk. Namun, seolah tenggorokannya tercekat, dia tidak bisa mengeluarkan kata-kata yang telah tersusun rapi dipikirannya.

Ash menatap Seraphina sejenak dengan matanya yang gelap dan berkedip-kedip, lalu dia bangkit dari tempat duduknya setelah menutup halaman buku dan mematikan cerutunya. Dengan sihirnya, dia menyulut lilin dan lentera untuk menciptakan cahaya kuning lembut di dalam ruangan yang gelap.

Sekarang Seraphina bisa melihat lebih jelas. Di ruangan itu terdapat buku-buku yang tersimpan di rak maupun di atas meja tersebar dengan berantakan seolah tidak dirapikan dalam waktu yang lama. Dia merasa takjub melihat Ash tetap bekerja dengan nyaman di ruangan yang berantakan.

Ash melangkahkan kakinya dari meja tempatnya bekerja menuju sofa yang berada di tengah ruangan.

"Anda datang lebih cepat dari yang saya duga. Kemari dan duduklah dengan nyaman."

Seraphina menghampirinya dan duduk di sofa panjang lain berhadapan dengan Ash. Perasaan yang tidak asing ini mengingatkannya saat dia pertama kali berbicara tentang permintaannya di menara sihir.

SERAPHINA : When Fate Finds UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang