Bab 03 - Awal musim panas. (2)

383 117 34
                                    

Seraphina membuka matanya, dia merasakan kain yang dibasahi air hangat menempel di dahinya. Dia melihat ke sekelilingnya, ruangan yang tidak asing itu adalah kamarnya. Dadanya naik turun, sesak di dadanya masih terasa. Demam panas naik dalam tubuhnya. Meski sudah diselimuti kain yang tebal, tubuhnya tetap menggigil.

Di samping tempat tidurnya, ada Asta yang sedang menjaganya. Seraphina melihat raut kesedihan yang belum menghilang di wajah Asta.

Tubuhnya yang lemah mencoba bangkit, Asta mengambil kain basah yang menempel di dahi Seraphina dan membantunya untuk duduk. Seraphina menyandarkan punggungnya pada sandaran tempat tidur, selimutnya ditarik menutupi bahunya.

Asta memberikan segelas air pada Seraphina. Seraphina meminumnya dengan perlahan.

"Apakah ada sesuatu yang anda butuhkan, Nona?"

Seraphina menggeleng dengan lemah, kakinya yang diperban terlihat karena tarikan selimutnya. Dia menundukkan kepalanya, sungguh, dia sangat membenci tubuhnya yang lemah.

"Saya akan segera kembali setelah memanggil dokter."

Seraphina yang ditinggalkan sendirian di ruang hangat oleh perapian yang menyala, menatap kosong ke luar jendela, hujan masih belum reda. Tetesan air tak henti-hentinya membentur jendela. Langit seolah turut menangis atas kepergian orang tuanya. Dia tidak tahu apakah sekarang siang atau sore dan entah sudah berapa lama dia berbaring di tempat tidur.

Air mata kembali menggenang dan jatuh. Seraphina tidak pernah menyangka dia akan kehilangan seluruh keluarganya secepat ini. Musibah selalu datang tak terduga.

Terdengar suara ketukan di pintu, Seraphina segera menyeka air mata yang jatuh dengan punggung tangannya.

"Masuklah"

Asta datang bersama dokter yang membawa nampan, di atasnya terdapat tiga obat cair pekat yang disimpan di mangkuk kecil.

"Bagaimana perasaan anda, Nona?"

Seraphina terlalu lemah hanya untuk menjawab pertanyaan dokter. Dokter menyimpan obat-obatan di atas meja di samping tempat tidur. Dia mulai memeriksa kembali tubuh Seraphina.

"Demam Nona masih tinggi. Sesak nafas Nona kambuh karena udara dingin mengiritasi saluran udara yang menyebabkan tubuh memproduksi lebih banyak lendir. Nona harus makan dan beristirahat dengan baik. Saya akan memberikan obat secara rutin."

Seraphina mengangguk lemah. Sejak kecil Seraphina memiliki saluran pernapasan yang sensitif. Debu, asap, udara dingin maupun stres selalu menjadi faktor pemicu kambuhnya sesak nafas.

Asta membantu Seraphina meminum obat-obat yang sudah dokter siapkan. Rasanya pahit. Sangat pahit. Tapi, mau tidak mau Seraphina harus meminum semua obat itu.

Setelah selesai meminum obatnya, saat dokter bergegas keluar, terdengar suara ketukan pintu. Asta dengan sigap membukakan pintu. Itu Edwin. Dia masuk ke dalam kamar Seraphina, berdiri di depan pintu lalu menunduk penuh hormat sebelum berbicara.

"Nona, saudara Nyonya yang datang dari Ibu Kota sudah sampai."

Ah, sepertinya Seraphina tidak bisa beristirahat dengan baik.

-ˋˏ ༻✶༺ ˎˊ-

"Mari kita berdoa untuk pasangan Marquis Seymour yang telah meninggalkan dunia ini."

Pendeta memimpin misa pemakaman untuk berdoa. Upacara pemakaman berjalan lancar dengan semestinya. Setelah upacara pemakaman selesai Seraphina tetap berdiri menatap makam kedua orang tuanya dengan tatapan kosong.

Count Benedict, kakak laki-laki Ilaria dan istrinya serta Viscountess Pineas, adik perempuan Ilaria dan suaminya. Mereka bangsawan yang datang dari Lorvil, berbisik jauh di belakangnya.

SERAPHINA : When Fate Finds UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang